Beranda / Romansa / Dosa Manis Istri Mafia / Sayang, Kau Makin Menarik

Share

Sayang, Kau Makin Menarik

Penulis: moonchiyy
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-02 19:37:13

"Ayah! mengapa aku tidak diizinkan keluar untuk bermain dengan anak-anak lain?"

"Seorang Putri terlihat anggun dengan hanya bermain boneka di dalam kamar. Lagi pula dunia luar sangat berbahaya."

"Ayah!"

Bianca berteriak begitu keras setelah bangun. Mimpi masa lalu.

Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Romeo. Sepanjang acara Bianca terus menyunggingkan senyum palsu kepada para tamu yang bahkan tidak dia kenali sama sekali. Sementara keluarganya sendiri tak ada yang datang karena Romeo telah memutus hubungan dengan seluruh keluarga Rodriguez termasuk Ibu Bianca yang sedang sekarat.

Pernikahan yang menyedihkan. Bianca yang hanya diam memendam semuanya jatuh pingsan karena terlalu lemas. Ketika dia sadar, tubuh yang tadinya masih mengenakan gaun putih pernikahan telah berganti gaun tipis di atas lutut. Bianca merasa hidupnya sangat menyedihkan hingga dia tak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri.

Dia meringkuk, menenggelamkan kepalanya di sela lutut. Bahkan tak bisa menangis walau ingin. Bianca tahu bahwa hal itu tidak akan mengubah hidupnya saat ini. Dia juga tak ingin terlihat lemah terus-menerus.

"Ayah... Ibu..." Bianca mendongak, menatap langit-langit kamar.

Sejak kejadian kemarin Romeo seakan memusuhi keluarganya hingga membuat Bianca berpikir apakah kesalahan Ayahnya sefatal itu? Yang Bianca ketahui dari pembicaraan keduanya kemarin hanya perihal kerugian yang ditimbulkan oleh Ayah Bianca.

Tetapi, apakah hanya karena uang Romeo tega memusuhi keluarga Rodriguez. Jika benar begitu mengapa dia tak membenci Bianca?

Sudah diputuskan. Bianca segera bangkit dan keluar dari kamar untuk pergi ke ruang kerja Romeo. Sejak kedatangannya kemarin dia telah diberi tahu banyak hal tentang kediaman Romeo Albert. Dia cukup hafal dengan ruangan di sekelilingnya.

"Romeo!" teriak Bianca bersamaan dengan membuka paksa pintu ruang kerja Romeo.

Romeo tidak ada di mejanya, setelah Bianca mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dia baru menemukan Romeo yang tertidur pulas di sofa dekat rak buku. Bianca menghampiri pria itu, terlihat penampilan Romeo masih mengenakan setelan jas yang dipakai pada acara pernikahan mereka tadi.

Bianca makin mendekat, lalu duduk tepat di sebelah sofa tempat Romeo tidur.

"Tu-tuan..." Mendadak niat Bianca yang tadinya ingin meminta banyak penjelasan mendadak terurungkan begitu melihat wajah tampan Romeo yang terlelap.

Bianca menatap wajah pria yang sudah resmi menjadi suaminya itu lamat-lamat. Pikirnya jika dilihat-lihat, Romeo bagaikan seekor singa yang sedang tidur. Wajahnya tak mengesankan betapa kejam dan kasar sifat yang dia miliki. Bahkan Bianca masih bisa mengingat dengan jelas kejadian kemarin malam saat Romeo menyerangnya secara kasar di atas ranjang.

Namun saat makin menatapnya, rasanya Bianca menjadi sangat kesal. Karena bagaimana pun juga Romeo telah membunuh Ayahnya secara sadis dan bahkan menjauhkannya dari keluarganya sendiri.

"Eh..." Bianca hampir beranjak karena terkejut ketika Romeo yang masih terlelap menggerakkan tubuhnya. Bersamaan dengan itu sebuah pistol jatuh dari atas sofa.

Saat melihat benda itu, bayang-bayang kematian Ayahnya kemarin kembali terputar layaknya sebuah film. Emosi dan dendam seakan kembali menyelimuti Bianca yang masih terus menatap senjata itu. Hingga tanpa banyak berpikir lagi Bianca mengambil pistol itu dengan cepat lantas langsung mengarahkannya tepat di atas kepala Romeo.

Tubuh Bianca mulai bergetar dan berkeringat. Dia meneguk liur dan memberanikan dirinya untuk menekan pelatuk pistol. Namun sesuatu yang entah apa seakan terus menahannya agar tidak melakukan hal itu.

"Kau bisa menembaknya sekarang, Bianca. Dia telah membunuh Ayahmu, orang yang paling kau cintai dan sayangi di dunia ini." Bianca terus bergumam untuk meyakinkan dirinya sendiri.

Ketika Bianca sudah memantapkan hati, dia mulai memejamkan mata--lantas mulai menekan pelatuk pistol perlahan-lahan.

Dorrr!

Setelah berhasil melesatkan satu tembakan, Bianca mulai menghela napas. Namun saat dia membuka mata, "Peluru hampa, Sayang."

"Tuan," lirih Bianca, dia langsung mundur karena terkejut. Namun tangan panjang Romeo berhasil menahan tubuhnya yang hendak melarikan diri.

"Ouh... kau telah membangunkan seekor singa, Sayang," desis Romeo tepat di samping telinga Bianca.

Pria itu dengan tubuh besarnya menubruk Bianca hingga gadis itu tergeletak di atas lantai, kemudian Romeo mengunci tubuh Bianca yang terus saja memaksa melarikan diri.

"Lepaskan aku, Berengsek!" teriak Bianca yang terus memukul-mukul dada bidang Romeo. Sementara Romeo hanya diam menerima perlakuan itu dan menatap tajam mata Bianca tanpa berkedip sekali pun.

"Lepas!"

"Jangan membuatku marah, Sayang." Romeo mengatakannya dengan nada yang begitu lembut namun terdengar mengerikan bagi Bianca.

"Kau, aku sangat membencimu!" teriak Bianca tepat di depan wajah Romeo tanpa berpikir panjang. Hal itu membuat Romeo melepaskan dirinya. Lantas pria itu beranjak seraya merapikan kembali bajunya.

Kali ini Bianca sudah tak bisa menahannya lagi. Air matanya perlahan turun, matanya memerah dan dia sangat ketakutan juga emosional. Dalam keadaannya yang kacau terduduk di atas lantai, dia kembali berteriak kepada Romeo dengan terus menangis.

"Aku sangat membencimu, Tuan! Kau manusia terburuk yang pernah kutemui. Kau mengerikan!"

Romeo yang mendengar teriakan Istrinya itu hanya bisa memasang wajah datar, namun matanya senantiasa menatap tajam dan nyalang seperti seekor elang.

"Kau membenci keluargaku, membunuh Ayahku dan menuduhnya sebagai seorang pengkhianat." Bianca berhenti sejenak untuk sekadar menepuk-nepuk dadanya yang terasa begitu sesak.

"Aku adalah Putrinya, aku lahir dari keluarga yang kau sebut sebagai pengkhianat itu! Seharusnya kau membenciku dan bahkan membunuhku, Tuan!" Bianca makin berteriak histeris. Bahkan dia berdiri dan mencekik leher Romeo. Namun Romeo yang mendapatkan perlakuan itu hanya menerimanya tanpa melakukan penolakan.

"Tuan!" Bianca dengan cepat mengambil sebuah pisau dari keranjang buah yang terletak di atas nakas samping meja kerja Romeo, lantas mengarahkannya tepat ke lehernya sendiri.

"Bunuh aku atau... akan kuakhiri hidupku sendiri di hadapanmu!" Bianca masih terus berteriak, matanya yang merah tak berhenti mengeluarkan air mata.

Sementara Romeo masih dengan wajah datarnya mendekat, dengan cepat meraih tangan Bianca yang tengah memegang pisau dan mengarahkannya tepat di dada kirinya.

"Ahh di sini. Jantungku terus berdetak kencang karenamu, apakah kau bisa menghentikannya sekarang?" Dengan santainya Romeo mengatakan hal itu kepada Bianca.

Namun Bianca yang telanjur emosional sudah tidak bisa mengendalikan diri. Dengan cepat dia menusukkan pisau itu ke dada Romeo. Ketika cairan merah dari tubuh Romeo mulai mengalir, Bianca sontak melepas pisau dari tangannya, dia menutup mulut tidak percaya karena telah melakukan hal ini.

"Arghh Sayang, kau makin menarik."

Bab terkait

  • Dosa Manis Istri Mafia   Perlahan Dan Menikmatinya

    “Apakah dia akan mati?” Bianca meringkuk ketakutan di sudut ruangan. Tangannya yang masih berlumuran cairan kental warna merah bergetar. Mata indahnya terus terbelalak, bekas tetesan air mata di kedua pipinya belum mengering, bibirnya tak berhenti terbuka dan bergumam seperti orang gila. Brak… Brak… Atensi Bianca beralih menatap pintu kamar yang digebrak beberapa kali, bersamaan dengan itu suara berat seorang pria yang Bianca yakin adalah salah satu Bodyguard Romeo mulai terdengar. “Nyonya, buka pintunya!” Bianca semakin menenggelamkan kepalanya. Dia tidak berani untuk sekadar menemui orang-orang diluar sana. Tubuh kecilnya masih terus meringkuk sampai akhirnya mendongak ketika pintu didobrak dan masuklah seorang pria bertubuh atletis. “Saya Alex, Nyonya. Ajudan Tuan Romeo Albert.” Pria berkulit putih dengan mata sipit itu memperkenalkan diri seraya membungkuk. Namun Bianca masih tak memedulikan itu, dirinya benar-benar kalut. Beberapa saat kemudian ia bisa merasakan sebuah keh

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02
  • Dosa Manis Istri Mafia   Sang Monster Kejam

    Bianca memandangi sekelilingnya yang terbuat dari marmer. Ubin dan keramik yang bernuansa putih. Sesaat sebelum matanya menangkap sosok pria yang masuk ke dalam kamar mandi tanpa permisi. Tidak banyak yang bisa ia lakukan selain merendam tubuhnya ke dalam bathub yang didalamnya terdapat busa-busa wangi yang hangat. Romeo yang membawanya kemari setelah merobek-robek dress yang sebelumnya ia kenakan. Sekarang, pria itu telah kembali dengan mengenakan bathrobe putih, menghampiri Bianca. “Jangan gila!” Bianca menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Romeo tersenyum miring. “Tidak usah malu, Istriku. Lagipula aku bisa memandangnya setiap saat jika aku menginginkannya. Bukankah, kau juga menikmatinya?” Ucapan Romeo berhasil membuat Bianca meneguk liur kasar. Detik berikutnya Romeo duduk di pinggiran bathub, mengambil beberapa wewangian dan sengaja menuangkannya ke tubuh Bianca uang hanya tertutup busa. “Kau tahu... di sini kau tidak boleh bertindak semaumu, Istriku,” desis Ro

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02
  • Dosa Manis Istri Mafia   Mengalir Darah Pengkhianat

    “Kau berhasil selamat, Nyonya Bianca.” Kalimat sambutan itu berasal dari bibir Romeo yang duduk di sofa sudut kamar Bianca—seperti biasanya. Sementara Bianca yang merasakan luka-luka kecil yang ada di tubuhnya baru menyadari satu hal, bahwa dirinya beberapa saat sebelum pingsan telah mengalami kecelakaan. “A-alex?” Bianca beranjak bangun, dengan perasaan tidak enak ia berniat menanyakan kabar Ajudan yang telah menemaninya pergi. Namun Romeo dengan langkah cepatnya berdiri dan menyengkram rahang Bianca. Tatapan matanya begitu tajam, napasnya menusuk kulit wajah Bianca. Api kemarahan telah tergambar jelas. “Kau membohongiku?” Bianca merasakan sakit atas cengkraman tangan Romeo, dirinya benar-benar ketakutan lantaran ia telah lancang mengunjungi kawasan terlarang bersama salah satu pria kepercayaan Romeo. “A-aku hanya…” “Kau tidak akan bisa membodohiku, Bianca Caterina!” “A-alex, dia…” Romeo segera melepas cengkraman tangannya dari rahang Bianca. “Alex? Laki-laki yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02
  • Dosa Manis Istri Mafia   Simpati Menarik Hati

    “Kau marah kepadaku?” Bianca bertanya kepada Alex setelah tubuhnya yang terluka parah dibawa ke tempat tinggal para pelayan dan bodyguard. Tetapi alih-alih menjawab, Alex masih tetap diam dan fokus untuk mengoleskan obat luka ke tubuhnya. Dia sempat pingsan di hadapan Romeo setelah hukuman berat yang dia terima, namun Bianca meminta bantuan para bodyguard lain untuk membawanya kemari. Setelah sadar, ia menyuruh semua orang untuk pergi meninggalkannya sendirian, lalu dengan kedua tangannya yang turut terluka ia mengobati tubuhnya sendiri. Semua orang telah menyingkir dari hadapannya, namun Bianca tetap menerobos masuk. Lagipula dia adalah Nyonya di kediaman ini, tidak siapa pun berani menolaknya. “Yah... arti dari diammu itu adalah jawabannya.” Bianca mendekat dan duduk tepat di pinggiran ranjang tempat Alex, matanya sayu dan perasaan bersalah masih menghantui pikirannya. “Maaf. Aku telah memanfaatkan ketaatanmu,” sesal Bianca. Suaranya terdengar lem

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-25
  • Dosa Manis Istri Mafia   Menyentuh Wanitaku

    Dengan jantung berdebar, Bianca menemani Alex—mendorong kursi roda untuknya karena tidak mungkin Alex berjalan menemui Romeo dengan kakinya yang terluka. “Sekali lagi maaf jika karenaku semuanya menjadi seperti ini.” “Saya juga meminta maaf karena membuat Anda ikut menemani saya,” timpal Alex, susah payah menampilkan senyum. Bianca masih saja merasa resah, dirinya gugup untuk sekadar ingin tahu apa yang selanjutnya akan Romeo lakukan kepada Alex dan semua orang di kediaman ini karena kesalahannya. Melewati jalanan dengan banyak rumput liar, mereka hampir sampai di lapangan tembak. Bianca pikir, waktunya tidak lebih dari lima menit sesuai dengan perintah Romeo suaminya. “Sampai sini saja, Nyonya. Di depan adalah lapangan tembak. Saya tidak ingin Anda terlibat dengan masalah saya dengan Tuan Romeo.” Bianca mengerutkan kening, “Bagaimana mungkin aku tidak terlibat sementara akulah penyebab ini semua.” “Nyonya, waktunya tidak banyak. Akan lebih bah

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-27
  • Dosa Manis Istri Mafia   Memanjakanmu

    Mungkin matahari telah terbit, itulah yang diyakini Bianca saat dia membuka matanya. Aroma kopi dan roti panggang yang tertata di atas nakas semerbak memenuhi ruangan. Semakin menyadarkan alam bawah sadar Bianca. Bianca bangkit, memandangi nampan berisikan sarapan itu lantas menghela napas. Dia kembali sadar jika kini berada di kamar Romeo ketika melihat tubuh polosnya yang hanya tertutup selimut. "Bisa gila aku! Si brengsek itu benar-benar melakukannya," umpatnya. Bianca turun dari ranjang hendak membersihkan diri terlebih dahulu namun ia malah tersungkur karena kedua kakinya terasa lemas. "Kakiku seakan mati rasa! Brengsek gila, dia benar-benar menyiksaku!" Bianca mengumpat lagi. Namun detik berikutnya pipinya mulai memerah karena mengingat kejadian kemarin malam antara dirinya dengan Romeo di tengah emosi mereka berdua yang meluap-luap. Pikirnya ada hal yang berbeda dari biasanya, atau Bianca baru menyadarinya kali ini. Segera menepis pikirannya yang entah ke mana, Bia

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-28
  • Dosa Manis Istri Mafia   Juliet Untuk Romeo

    “Andai bukan karenamu, markas kita masih aman. Aku tidak perlu repot-repot datang kemari.” Setelah suara berat pria bertopi koboi itu terdengar sarkas, Bianca melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana dua orang bertubuh besar memegang kedua tangan dan kaki Ayahnya, seakan mereka ingin menangkap paksa Ayah Bianca. “Tuan Romeo, maafkan saya. Ini bukan seperti yang Anda pikirkan.” Di tengah kepanikan, Ayah Bianca berteriak meminta ampun. Bianca yang tak tega pun juga tak berani mendekat, yang bisa dia lakukan hanyalah bersembunyi di balik patung harimau dekat tangga dengan tetap memegang nampan berisikan beberapa minuman. . “Lantas, apa yang seharusnya kupikirkan?” Suara yang tadinya terdengar berat, kini sangat lembut namun masih terkesan mengerikan. Bersamaan dengan itu, pria bertopi koboi bernama Romeo itu mengeluarkan pistol yang terselip di saku celananya dengan cepat dan mengarahkannya ke kepala Ayah Bianca. “Ouhh, kerugian yang kau timbulkan cukup besar, Rodriguez. Sebag

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02

Bab terbaru

  • Dosa Manis Istri Mafia   Memanjakanmu

    Mungkin matahari telah terbit, itulah yang diyakini Bianca saat dia membuka matanya. Aroma kopi dan roti panggang yang tertata di atas nakas semerbak memenuhi ruangan. Semakin menyadarkan alam bawah sadar Bianca. Bianca bangkit, memandangi nampan berisikan sarapan itu lantas menghela napas. Dia kembali sadar jika kini berada di kamar Romeo ketika melihat tubuh polosnya yang hanya tertutup selimut. "Bisa gila aku! Si brengsek itu benar-benar melakukannya," umpatnya. Bianca turun dari ranjang hendak membersihkan diri terlebih dahulu namun ia malah tersungkur karena kedua kakinya terasa lemas. "Kakiku seakan mati rasa! Brengsek gila, dia benar-benar menyiksaku!" Bianca mengumpat lagi. Namun detik berikutnya pipinya mulai memerah karena mengingat kejadian kemarin malam antara dirinya dengan Romeo di tengah emosi mereka berdua yang meluap-luap. Pikirnya ada hal yang berbeda dari biasanya, atau Bianca baru menyadarinya kali ini. Segera menepis pikirannya yang entah ke mana, Bia

  • Dosa Manis Istri Mafia   Menyentuh Wanitaku

    Dengan jantung berdebar, Bianca menemani Alex—mendorong kursi roda untuknya karena tidak mungkin Alex berjalan menemui Romeo dengan kakinya yang terluka. “Sekali lagi maaf jika karenaku semuanya menjadi seperti ini.” “Saya juga meminta maaf karena membuat Anda ikut menemani saya,” timpal Alex, susah payah menampilkan senyum. Bianca masih saja merasa resah, dirinya gugup untuk sekadar ingin tahu apa yang selanjutnya akan Romeo lakukan kepada Alex dan semua orang di kediaman ini karena kesalahannya. Melewati jalanan dengan banyak rumput liar, mereka hampir sampai di lapangan tembak. Bianca pikir, waktunya tidak lebih dari lima menit sesuai dengan perintah Romeo suaminya. “Sampai sini saja, Nyonya. Di depan adalah lapangan tembak. Saya tidak ingin Anda terlibat dengan masalah saya dengan Tuan Romeo.” Bianca mengerutkan kening, “Bagaimana mungkin aku tidak terlibat sementara akulah penyebab ini semua.” “Nyonya, waktunya tidak banyak. Akan lebih bah

  • Dosa Manis Istri Mafia   Simpati Menarik Hati

    “Kau marah kepadaku?” Bianca bertanya kepada Alex setelah tubuhnya yang terluka parah dibawa ke tempat tinggal para pelayan dan bodyguard. Tetapi alih-alih menjawab, Alex masih tetap diam dan fokus untuk mengoleskan obat luka ke tubuhnya. Dia sempat pingsan di hadapan Romeo setelah hukuman berat yang dia terima, namun Bianca meminta bantuan para bodyguard lain untuk membawanya kemari. Setelah sadar, ia menyuruh semua orang untuk pergi meninggalkannya sendirian, lalu dengan kedua tangannya yang turut terluka ia mengobati tubuhnya sendiri. Semua orang telah menyingkir dari hadapannya, namun Bianca tetap menerobos masuk. Lagipula dia adalah Nyonya di kediaman ini, tidak siapa pun berani menolaknya. “Yah... arti dari diammu itu adalah jawabannya.” Bianca mendekat dan duduk tepat di pinggiran ranjang tempat Alex, matanya sayu dan perasaan bersalah masih menghantui pikirannya. “Maaf. Aku telah memanfaatkan ketaatanmu,” sesal Bianca. Suaranya terdengar lem

  • Dosa Manis Istri Mafia   Mengalir Darah Pengkhianat

    “Kau berhasil selamat, Nyonya Bianca.” Kalimat sambutan itu berasal dari bibir Romeo yang duduk di sofa sudut kamar Bianca—seperti biasanya. Sementara Bianca yang merasakan luka-luka kecil yang ada di tubuhnya baru menyadari satu hal, bahwa dirinya beberapa saat sebelum pingsan telah mengalami kecelakaan. “A-alex?” Bianca beranjak bangun, dengan perasaan tidak enak ia berniat menanyakan kabar Ajudan yang telah menemaninya pergi. Namun Romeo dengan langkah cepatnya berdiri dan menyengkram rahang Bianca. Tatapan matanya begitu tajam, napasnya menusuk kulit wajah Bianca. Api kemarahan telah tergambar jelas. “Kau membohongiku?” Bianca merasakan sakit atas cengkraman tangan Romeo, dirinya benar-benar ketakutan lantaran ia telah lancang mengunjungi kawasan terlarang bersama salah satu pria kepercayaan Romeo. “A-aku hanya…” “Kau tidak akan bisa membodohiku, Bianca Caterina!” “A-alex, dia…” Romeo segera melepas cengkraman tangannya dari rahang Bianca. “Alex? Laki-laki yan

  • Dosa Manis Istri Mafia   Sang Monster Kejam

    Bianca memandangi sekelilingnya yang terbuat dari marmer. Ubin dan keramik yang bernuansa putih. Sesaat sebelum matanya menangkap sosok pria yang masuk ke dalam kamar mandi tanpa permisi. Tidak banyak yang bisa ia lakukan selain merendam tubuhnya ke dalam bathub yang didalamnya terdapat busa-busa wangi yang hangat. Romeo yang membawanya kemari setelah merobek-robek dress yang sebelumnya ia kenakan. Sekarang, pria itu telah kembali dengan mengenakan bathrobe putih, menghampiri Bianca. “Jangan gila!” Bianca menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Romeo tersenyum miring. “Tidak usah malu, Istriku. Lagipula aku bisa memandangnya setiap saat jika aku menginginkannya. Bukankah, kau juga menikmatinya?” Ucapan Romeo berhasil membuat Bianca meneguk liur kasar. Detik berikutnya Romeo duduk di pinggiran bathub, mengambil beberapa wewangian dan sengaja menuangkannya ke tubuh Bianca uang hanya tertutup busa. “Kau tahu... di sini kau tidak boleh bertindak semaumu, Istriku,” desis Ro

  • Dosa Manis Istri Mafia   Perlahan Dan Menikmatinya

    “Apakah dia akan mati?” Bianca meringkuk ketakutan di sudut ruangan. Tangannya yang masih berlumuran cairan kental warna merah bergetar. Mata indahnya terus terbelalak, bekas tetesan air mata di kedua pipinya belum mengering, bibirnya tak berhenti terbuka dan bergumam seperti orang gila. Brak… Brak… Atensi Bianca beralih menatap pintu kamar yang digebrak beberapa kali, bersamaan dengan itu suara berat seorang pria yang Bianca yakin adalah salah satu Bodyguard Romeo mulai terdengar. “Nyonya, buka pintunya!” Bianca semakin menenggelamkan kepalanya. Dia tidak berani untuk sekadar menemui orang-orang diluar sana. Tubuh kecilnya masih terus meringkuk sampai akhirnya mendongak ketika pintu didobrak dan masuklah seorang pria bertubuh atletis. “Saya Alex, Nyonya. Ajudan Tuan Romeo Albert.” Pria berkulit putih dengan mata sipit itu memperkenalkan diri seraya membungkuk. Namun Bianca masih tak memedulikan itu, dirinya benar-benar kalut. Beberapa saat kemudian ia bisa merasakan sebuah keh

  • Dosa Manis Istri Mafia   Sayang, Kau Makin Menarik

    "Ayah! mengapa aku tidak diizinkan keluar untuk bermain dengan anak-anak lain?" "Seorang Putri terlihat anggun dengan hanya bermain boneka di dalam kamar. Lagi pula dunia luar sangat berbahaya." "Ayah!" Bianca berteriak begitu keras setelah bangun. Mimpi masa lalu. Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Romeo. Sepanjang acara Bianca terus menyunggingkan senyum palsu kepada para tamu yang bahkan tidak dia kenali sama sekali. Sementara keluarganya sendiri tak ada yang datang karena Romeo telah memutus hubungan dengan seluruh keluarga Rodriguez termasuk Ibu Bianca yang sedang sekarat. Pernikahan yang menyedihkan. Bianca yang hanya diam memendam semuanya jatuh pingsan karena terlalu lemas. Ketika dia sadar, tubuh yang tadinya masih mengenakan gaun putih pernikahan telah berganti gaun tipis di atas lutut. Bianca merasa hidupnya sangat menyedihkan hingga dia tak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri. Dia meringkuk, menenggelamkan kepalanya di sela lutut. Bahkan tak bisa menangis wala

  • Dosa Manis Istri Mafia   Juliet Untuk Romeo

    “Andai bukan karenamu, markas kita masih aman. Aku tidak perlu repot-repot datang kemari.” Setelah suara berat pria bertopi koboi itu terdengar sarkas, Bianca melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana dua orang bertubuh besar memegang kedua tangan dan kaki Ayahnya, seakan mereka ingin menangkap paksa Ayah Bianca. “Tuan Romeo, maafkan saya. Ini bukan seperti yang Anda pikirkan.” Di tengah kepanikan, Ayah Bianca berteriak meminta ampun. Bianca yang tak tega pun juga tak berani mendekat, yang bisa dia lakukan hanyalah bersembunyi di balik patung harimau dekat tangga dengan tetap memegang nampan berisikan beberapa minuman. . “Lantas, apa yang seharusnya kupikirkan?” Suara yang tadinya terdengar berat, kini sangat lembut namun masih terkesan mengerikan. Bersamaan dengan itu, pria bertopi koboi bernama Romeo itu mengeluarkan pistol yang terselip di saku celananya dengan cepat dan mengarahkannya ke kepala Ayah Bianca. “Ouhh, kerugian yang kau timbulkan cukup besar, Rodriguez. Sebag

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status