Share

2. Dituduh Gila

Author: Dream.owner
last update Last Updated: 2025-02-19 13:38:06

Cahaya pagi merayap masuk melalui celah tirai, menerpa wajah seseorang yang masih terbaring di tempat tidur. Matanya bergerak di balik kelopak yang masih berat, sebelum perlahan terbuka, menyipit menyesuaikan diri dengan cahaya.

Dengan malas, Alicia menghela napas panjang, lalu menggeliat, meregangkan tubuh yang terasa kaku setelah semalaman terlelap.

Ia menguap lebar, mata sedikit berair karena kantuk yang belum sepenuhnya hilang. Kepalanya masih terasa berat, enggan lepas dari bantal yang empuk. Namun, ia ingat siapa dirinya dan harus segera bergegas untuk berangkat kerja, dan akhirnya, dengan gerakan malas, ia berusaha bangkit, duduk. Menatap kosong ke depan sambil berusaha mengumpulkan kesadaran.

Tunggu. Kenapa ruangan ini asing? Apakah ia masih dalam mimpi?

Alicia menampar-nampar pipinya. Pelan. Namun, cukup perih sih. Sadar ia tak sedang bermimpi. Matanya melebar, napasnya tertahan. Sudah. Ia sudah ingat sekarang.

"Oh sial! Ini bukan mimpi!" Alicia memekik dalam hati.

Jantungnya hampir berhenti berdetak. Rasa kantuk yang masih menguasai pikirannya lenyap seketika, digantikan oleh gelombang panik yang naik dari dadanya. Napasnya tercekat saat matanya menangkap sosok pria asing yang terbaring di sampingnya, tertidur lelap dengan wajah tenang seolah ini hal yang biasa.

"Astaga Alicia... apa yang lo perbuat sih?" Gumamnya dalam hati. Tubuhnya membeku. Matanya terbuka lebar-lebar. Melihat tubuhnya tanpa busana. Pakaiannya yang berserakan ke lantai. Bagian bahwa perutnya juga terasa nyeri.

Rasanya mau menangis. Mau marah tapi ke siapa? Ia yang mulai duluan mengajak pria itu. Ya ampun, ia dalam masalah. Malu banget ya Tuhan. Bisa-bisanya ia mengajak tidur pria yang bahkan ia tidak tahu namanya. Seharusnya semalam ia langsung pulang saja bukan malah sok-sokkan minum alkohol untuk menghibur diri. Ingin melempar semua barang dan teriak tapi tidak mau pria asing itu bangun. Pokoknya ia tidak boleh bertemu pria itu seumur hidupnya!

Sebelum pria itu bangun, ia harus kabur dari hotel ini. Mengingat apa yang ia lakukan sungguh ia ingin menghilang dari bumi. Terutama tak bertemu dengan pria yang masih tertidur pulas di kasur itu. Fix! Ia harus cepat kabur. Nangisnya nanti saja di rumah. Cancel dulu kalau tidak mau mempermalukan diri. Ingat, Alicia itu wanita penuh harga diri dan perfect woman. Jadi jika ia tidak bertemu pria itu semuanya akan baik-baik saja. Iya, semua akan baik-baik saja.

"Lupakan yang terjadi dan cepat kabur dari sini." Alicia dengan gerakan pelan, turun ranjang, mengambil pakainnya dan cepat memakainya

"Selamat tinggal. Semoga gue nggak ketemu lo lagi! Semoga Tuhan cepat-cepat jemput lo pulang. Aamiin." Maaf Tuhan ia berdoa buruk untuk pria itu. Namun, tidak ada pilihan. Ia masih ingin hidup tenang jadi akan lebih baik salah satu diantara mereka menghilang dan tentu saja harus pria itu. Karena dirinya belum siap mati. Masih banyak dosa. Ibadah juga masih bolong-bolong.

Dengan tarikan napas panjang sambil memincing sepatu high heels-nya, Alicia meninggalkan kamar hotel. Menutup pintu pelan lalu pergi dengan berlari kecil menuju resepsionis. Tentu ia masih pintar. Sebelum pergi harus menghapus jejak buku tamu dulu. Walaupun pihak hotel meyakinkan kerahasian para tamu, ia harus benar-benar memastikan dengan menyuap resepsionis untuk tutup mulut.

Setelah selesai ia cepat pergi dari gedung. Seolah  buronan yang kabur dari penjara. Ia bahkan keluar gedung dengan kaki nyeker. Rambut acakan seperti gembel. Hari yang sangat kacau. Bagaimana ia bisa tidur dengan pria asing bahkan dirinya yang duluan mengajak pria itu. Ia masih tak percaya dengan sisi lain dirinya.

"Cukup yang pertama dan yang terakhir!" Ia bersumpah tak akan minum alkohol lagi.

"Alicia! Lo pasti sudah gila! Ngapain sih sok-sokkan ke bar? Kejadian 'kan! Udah tahu nggak pernah minum malah nekat! Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Ia bicara dalam hati.

Alicia mengutuk dirinya sendiri sambil menarik-narik rambutnya. Supir taksi yang melihat penumpangnya itu jadi meragukan kesehatan mental wanita itu.

Apa saya salah ambil penumpang ya? Jangan-jangan wanita ini dari rumah sakit jiwa, batin supir taksi.

Apalagi Alicia memakai setelan medis. Tambah meyakinkan kalau orang lihat dan berpikir dia orang gila yang kabur dari Rumah Sakit Jiwa.

"Pak, jalan!" teriak Alicia yang duduk di jok belakang.

"Maaf Mbak, bensin saya habis." Mendadak si supir punya ide. Takut dicekek orang gila mending kehilangan penumpang. Sayang nyawa daripada milih duit.

"Hah? Gimana sih? Taksi masa kehabisan bensin!" Sarkas Alicia yang kesal tak terbendung.

"Mbak cari taksi lain aja ya, maaf banget." Supir taksi berusaha selembut mungkin agar peluang orang gila itu macam-macam padanya jadi kecil atau tidak sama sekali.

"Dasar supir nggak modal!" Sumpah Alicia sambil menutup pintu mobil dengan kasar.

Supir membuka kaca jendela. "Mbak, jangan kabur-kaburan lagi ya. Kasihan kamu cantik-cantik kalau gilanya belum sembuh."

Mata Alicia memanas mendengar hinaan itu. "Ohhh, jadi bapak nyangka saya orang gila? Saya dokter, Pak!" tekannya. "Saya dokter!" Sambil pamer.

Supir bukannya percaya malah cepat tancap gas meninggalkan Alicia yang setengah mengamuk.

"Supir sialan! Awas ya! Kalau situ sakit saya ogah sembuhin! 7 turunan! Kalau bisa saya suntik mati!"

Orang-orang yang mendengar itu pun jadi berbisik-bisik membicarakan Alicia dan mulai menjauh karena takut.

"Saya bukan orang gila!" tekan Alicia. Walaupun tidak ada yang mengatainya langsung, namun ia sangat peka dan tidak bodoh. Lirikan mata orang-orang itu terlihat jelas sedang membicarakannya.

Tidak ada yang percaya. Anak-anak justru pada kabur dan orang dewasa malah semakin julid.

Saat ada yang mengangkat ponsel, Alicia sudah  dapat menebak apa yang orang-orang ingin lakukan. Jika ia kejepret sedikit aja, bum! Viral lalu ia jadi perbincangan dan itu akan sangat kacau pastinya. Jadi sebelum kejadian Alicia buru-buru lari dan tindakannya itu semakin dipikir orang gila oleh orang-orang.

"Kasihan ya, cantik-cantik gila."

"Pasti karena putus cinta."

"Bukan, mungkin karena capek ngonten tapi nggak viral-viral."

"Atau hamil duluan terus cowoknya kabur."

"Kalian semua salah. Mungkin dia capek ikutan tes CPNS tapi nggak lolos-lolos!"

"Halah! Palingan juga karena pas pemilu capres yang dipilih kagak menang makanya gila!"

"Salah, salah! Dia gila karena lakinya main api sama adik iparnya!"

"Duh, ngeri ya jaman sekarang. Yang gila banyak yang muda-muda."

"Kita semua juga gila, cuma malas keliling aja," celetuk kaum muda yang malas mendengarkan ibu-ibu berghibah.

Dari ibu-ibu milenial yang berghibah sampai kaum ibu-ibu gen Z. Halte pokoknya jadi heboh membicaran Alicia yang dianggap gila.

Sementara Alicia masih sibuk mencari taksi. Penuh ketakutan jika pria asing itu bangun dan mendepati dirinya. Juga penuh rasa penyesalan karena semalam nekat mabuk-mabukkan.

"Pokoknya gue nggak boleh ketemu sama cowok itu lagi. Plis Tuhan, tolong jangan pertemukan aku lagi dengan pria itu..."

***

Related chapters

  • Dokter vs CEO Berujung Akad   3. Dokter vs CEO

    "Pokoknya gue nggak boleh ketemu sama cowok itu lagi. Plis Tuhan, tolong jangan pertemukan aku lagi dengan pria itu..."Namun, Tuhan sepertinya tidak sayang pada Alicia. Buktinya doanya tak terkabulkan dalam waktu sangat cepat.Malam itu, Alicia dipaksa menghadiri makan malam persahabatan antara ayahnya dengan rekan bisnisnya, meskipun sudah berusaha keras mencari alasan untuk menolak. Namun, ayahnya terus memaksanya."Ayah, aku udah bilang aku lagi nggak enak badan. Aku nggak mau kemana-mana.""Tidak bisa Alicia, kamu harus ikut. Sebentar saja. Ayah janji ini ajakan terakhir untuk menemani ayah ketemu rekan bisnis sekaligus sahabat lama ayah.""Tapi, Yah...""Alicia, Ayah mohon banget. Kamu tidak kasihan Ayah pergi sendirian? Ayah yang lumpuh gini aja masih semangat untuk pergi, kamu yang cuma sakit ringan malah malas-malasan."Alicia menghela napas. "Ya udah, iya, iya. Aku pergi. Puas?"Ayahnya pun tersenyum dengan puas. "Sudah, cepat sana dandan cantik-cantik, ya. Jangan malu-malui

    Last Updated : 2025-02-19
  • Dokter vs CEO Berujung Akad   4. Pertengkaran

    PLAK!Pukulan itu melayang cepat, menghantam wajah Daniel dengan keras. Suara tamparan menggema di ruangan. Daniel tersentak ke belakang, rahangnya menegang menahan nyeri."Apa-apaan?!" Daniel menatap papanya penuh kemarahan.Dylan Zionatan berdiri tegak di hadapannya, tatapannya tajam menusuk.“Kamu sudah berani melawan aku sekarang?” suaranya terdengar rendah, tapi penuh tekanan.Daniel mengusap pipinya yang terasa panas akibat tamparan itu. Napasnya naik turun tak terkendali. “Berhenti mengatur hidupku!” serunya. “Aku sudah dewasa! Aku berhak menentukan wanita yang ingin aku nikahi! Lagipula aku tidak mau menikah!” teriaknya di akhir kalimatnya.PLAK!Satu tamparan lagi mendarat di wajahnya. Kali ini lebih keras.Daniel menoleh tajam ke arah papanya, dadanya naik turun penuh amarah. “Aku bukan anak kecil lagi! Berhenti memperlakukan aku seperti anak kecilmu, Pa!"Dylan tidak peduli. Dengan gerakan kasar, ia menarik kerah baju putranya dan menariknya mendekat hingga wajah mereka ham

    Last Updated : 2025-02-20
  • Dokter vs CEO Berujung Akad   5. Kecelakaan

    Hujan deras mengguyur kota, butiran air menghantam kaca depan mobil Daniel yang melaju dengan kecepatan tinggi. Wiper bekerja cepat, namun pandangannya tetap terasa kabur, bukan karena cuaca, tetapi karena pikirannya yang kacau balau.Tangannya mencengkeram kemudi dengan kuat, rahangnya mengatup, dan napasnya berat. Dadanya masih bergemuruh penuh amarah setelah pertengkaran sengit dengan ayah dan kakaknya.“Sialan! Berani-beraninya mereka memperlakukanku seperti ini! Seolah aku ini barang yang bisa mereka atur sesuka hati!” gumamnya dengan suara geram.Daniel menekan pedal gas lebih dalam. Mobil hitam yang dikendarainya melesat di jalanan basah, melewati lampu merah tanpa peduli."Aku bukan alat untuk memperbesar bisnis keluarga!" suaranya semakin meninggi, nyaris berteriak di dalam mobil. "Aku bukan anak kecil! Aku tahu apa yang aku mau!"Ia tertawa sinis, lalu menendang dashboard dengan kesal."Setelah memperalatku dari kecil dan sekarang mengatur pernikahaku? Omong kosong! Ini hidu

    Last Updated : 2025-02-22
  • Dokter vs CEO Berujung Akad   1. Meniduri Pria Asing

    Di meja bar, seorang wanita yang masih mengenakan setelan medis lengkap dengan jubah medisnya dan pria berpakaian formal dengan dasi yang sudah dilonggarkan, duduk bersebelahan, sama-sama limbung, sama-sama menatap gelas mereka dengan tatapan sayu, dan wajah frustasi berat. Wanita itu kemudian mendesah panjang lalu menjatuhkan kepalanya di meja.“Ibuku mati. Pacarku mati. Ayahku sakit-sakitan. Dan sekarang atasanku membuatku ingin mati. Kenapa dunia ini sangat membuatku muak? Oh Tuhan... aku benar-benar capek dengan hidupku,” gumam Alicia, suaranya hampir tenggelam oleh kebisingan musik yang mengalun."Aku ingin bahagia... aku ingin memecat pemimpin menyebalkan itu..." Kini Alicia menangis tapi diringi tawa hambar, sungguh malang. Gadis baik sepertinya harus merasakan kepahitan hidup.Pria di sebelahnya meneguk sisa minumannya dengan goyah. “Aku turut berduka." Ia meletakkan gelasnya ke meja dengan kasar. "Aku benci ayahku... sial! Kapan pria tua itu mati? Aku benci menjadi putra dan

    Last Updated : 2025-02-19

Latest chapter

  • Dokter vs CEO Berujung Akad   5. Kecelakaan

    Hujan deras mengguyur kota, butiran air menghantam kaca depan mobil Daniel yang melaju dengan kecepatan tinggi. Wiper bekerja cepat, namun pandangannya tetap terasa kabur, bukan karena cuaca, tetapi karena pikirannya yang kacau balau.Tangannya mencengkeram kemudi dengan kuat, rahangnya mengatup, dan napasnya berat. Dadanya masih bergemuruh penuh amarah setelah pertengkaran sengit dengan ayah dan kakaknya.“Sialan! Berani-beraninya mereka memperlakukanku seperti ini! Seolah aku ini barang yang bisa mereka atur sesuka hati!” gumamnya dengan suara geram.Daniel menekan pedal gas lebih dalam. Mobil hitam yang dikendarainya melesat di jalanan basah, melewati lampu merah tanpa peduli."Aku bukan alat untuk memperbesar bisnis keluarga!" suaranya semakin meninggi, nyaris berteriak di dalam mobil. "Aku bukan anak kecil! Aku tahu apa yang aku mau!"Ia tertawa sinis, lalu menendang dashboard dengan kesal."Setelah memperalatku dari kecil dan sekarang mengatur pernikahaku? Omong kosong! Ini hidu

  • Dokter vs CEO Berujung Akad   4. Pertengkaran

    PLAK!Pukulan itu melayang cepat, menghantam wajah Daniel dengan keras. Suara tamparan menggema di ruangan. Daniel tersentak ke belakang, rahangnya menegang menahan nyeri."Apa-apaan?!" Daniel menatap papanya penuh kemarahan.Dylan Zionatan berdiri tegak di hadapannya, tatapannya tajam menusuk.“Kamu sudah berani melawan aku sekarang?” suaranya terdengar rendah, tapi penuh tekanan.Daniel mengusap pipinya yang terasa panas akibat tamparan itu. Napasnya naik turun tak terkendali. “Berhenti mengatur hidupku!” serunya. “Aku sudah dewasa! Aku berhak menentukan wanita yang ingin aku nikahi! Lagipula aku tidak mau menikah!” teriaknya di akhir kalimatnya.PLAK!Satu tamparan lagi mendarat di wajahnya. Kali ini lebih keras.Daniel menoleh tajam ke arah papanya, dadanya naik turun penuh amarah. “Aku bukan anak kecil lagi! Berhenti memperlakukan aku seperti anak kecilmu, Pa!"Dylan tidak peduli. Dengan gerakan kasar, ia menarik kerah baju putranya dan menariknya mendekat hingga wajah mereka ham

  • Dokter vs CEO Berujung Akad   3. Dokter vs CEO

    "Pokoknya gue nggak boleh ketemu sama cowok itu lagi. Plis Tuhan, tolong jangan pertemukan aku lagi dengan pria itu..."Namun, Tuhan sepertinya tidak sayang pada Alicia. Buktinya doanya tak terkabulkan dalam waktu sangat cepat.Malam itu, Alicia dipaksa menghadiri makan malam persahabatan antara ayahnya dengan rekan bisnisnya, meskipun sudah berusaha keras mencari alasan untuk menolak. Namun, ayahnya terus memaksanya."Ayah, aku udah bilang aku lagi nggak enak badan. Aku nggak mau kemana-mana.""Tidak bisa Alicia, kamu harus ikut. Sebentar saja. Ayah janji ini ajakan terakhir untuk menemani ayah ketemu rekan bisnis sekaligus sahabat lama ayah.""Tapi, Yah...""Alicia, Ayah mohon banget. Kamu tidak kasihan Ayah pergi sendirian? Ayah yang lumpuh gini aja masih semangat untuk pergi, kamu yang cuma sakit ringan malah malas-malasan."Alicia menghela napas. "Ya udah, iya, iya. Aku pergi. Puas?"Ayahnya pun tersenyum dengan puas. "Sudah, cepat sana dandan cantik-cantik, ya. Jangan malu-malui

  • Dokter vs CEO Berujung Akad   2. Dituduh Gila

    Cahaya pagi merayap masuk melalui celah tirai, menerpa wajah seseorang yang masih terbaring di tempat tidur. Matanya bergerak di balik kelopak yang masih berat, sebelum perlahan terbuka, menyipit menyesuaikan diri dengan cahaya. Dengan malas, Alicia menghela napas panjang, lalu menggeliat, meregangkan tubuh yang terasa kaku setelah semalaman terlelap.Ia menguap lebar, mata sedikit berair karena kantuk yang belum sepenuhnya hilang. Kepalanya masih terasa berat, enggan lepas dari bantal yang empuk. Namun, ia ingat siapa dirinya dan harus segera bergegas untuk berangkat kerja, dan akhirnya, dengan gerakan malas, ia berusaha bangkit, duduk. Menatap kosong ke depan sambil berusaha mengumpulkan kesadaran.Tunggu. Kenapa ruangan ini asing? Apakah ia masih dalam mimpi?Alicia menampar-nampar pipinya. Pelan. Namun, cukup perih sih. Sadar ia tak sedang bermimpi. Matanya melebar, napasnya tertahan. Sudah. Ia sudah ingat sekarang."Oh sial! Ini bukan mimpi!" Alicia memekik dalam hati.Jantungny

  • Dokter vs CEO Berujung Akad   1. Meniduri Pria Asing

    Di meja bar, seorang wanita yang masih mengenakan setelan medis lengkap dengan jubah medisnya dan pria berpakaian formal dengan dasi yang sudah dilonggarkan, duduk bersebelahan, sama-sama limbung, sama-sama menatap gelas mereka dengan tatapan sayu, dan wajah frustasi berat. Wanita itu kemudian mendesah panjang lalu menjatuhkan kepalanya di meja.“Ibuku mati. Pacarku mati. Ayahku sakit-sakitan. Dan sekarang atasanku membuatku ingin mati. Kenapa dunia ini sangat membuatku muak? Oh Tuhan... aku benar-benar capek dengan hidupku,” gumam Alicia, suaranya hampir tenggelam oleh kebisingan musik yang mengalun."Aku ingin bahagia... aku ingin memecat pemimpin menyebalkan itu..." Kini Alicia menangis tapi diringi tawa hambar, sungguh malang. Gadis baik sepertinya harus merasakan kepahitan hidup.Pria di sebelahnya meneguk sisa minumannya dengan goyah. “Aku turut berduka." Ia meletakkan gelasnya ke meja dengan kasar. "Aku benci ayahku... sial! Kapan pria tua itu mati? Aku benci menjadi putra dan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status