Share

Teman Lama

"Apa kabar?" Mungkin terdengar canggung saat menyapa. Terasa banget beban di pangkal leher ketika harus melihatnya pasca kuantar terakhir kali.

"Buruk," putus Nanda langsung.

Dia berjalan mendahuluiku melalui pintu utama IGD. Lorong yang kami lalui jadi semakin panjang semenjak pandemi karena ruang tindakan dipindahkan ke tempat yang lebih luas.

"Kamu sudah cek hasil pemeriksaan terbaru?" Aku enggak bermaksud menyusul dan tetap berada di belakang Nanda.

Padahal dulunya dia sering di belakangku sebelum hubungan kami jadi berantakan. Kami bisa bicarakan kasus gejala khusus para pasien dan bergerak cepat karena kesamaan visi di sini.

"Ini mau mastiin." Masih ketus, Nanda mempercepat langkah.

"Jaga kesehatan. Makan dan istirahat yang cukup. Jangan stres."

Dia spontan berbalik. Aku refleks terhenti sebelum menabrak, terkejut sampai mengacungkan kedua telapak tangan di depan dada. Ujung hidung Nanda sudah merah muda, juga sklera matanya meski tidak ada air mata yang keluar.

"Kalau memang Pa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status