Share

Rasa Bersalah

"Bra, ada panggilan masuk." Aya menyodorkan ponselku tanpa beranjak dari ranjang. Dia tampak bergelung dalam selimut yang menjadi saksi percintaan kami semalaman, menyamarkan perut buncitnya.

Aku meraih benda pipih itu seraya mengeringkan rambut dan bertanya dulu ke Aya. "Siapa pagi-pagi gini?"

"Aku enggak ngecek." Bahu telanjang Aya sempat naik, menegaskan tanda tidak tahu. Wajah polos yang jarang tersapu riasan, cantik. Mata sayunya kembali terpejam, lalu bergelung lagi.

Aya benar-benar enggak peduli atau kelelahan?

Aku menggeleng, menepis bayangan panas semalam yang menyisakan bercak kemerahan di permukaan kulit Aya, juga kulitku tentunya. Sangat kentara saat bercermin pasca mandi.

Getar dari benda dalam genggaman mengingatkanku pada panggilan telepon yang Aya sebutkan. Nama Nanda tertera jelas di layar dengan embel-embel IGD pada awalan.

Bukannya dia masih harus dirawat, ya?

Aku hanya berlagak tidak tahu meski grup pesan yang mengumpulkan para rekan terus membahas mengenai masalah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status