"Oh jadi yang suka kamu banyak. Kenapa kamu tidak mau?" tanya Sebastian."He... he.... ceritanya panjang pak." Gadis itu tersenyum nyengir.Sebastian diam memandang wajah cantik sekretarisnya. Jika dilihat dari penampilannya, Zia tidak seperti sekretaris pada umumnya. Yang berpenampilan seksi, menarik, dan sudah pasti riasan wajah full make up. Berbeda jauh dengan Zia, gadis itu berpenampilan sopan namun tetap modis dan elegan. Make up nya juga tidak terlalu tebal, namun tetap terlihat sangat cantik. Sebastian mengusap wajahnya dengan kasar, ketika memberikan penilaian meskipun hanya dalam pikirannya. "Saya tidak tanya tentang kamu jomblo atau enggak, yang saya tanyakan, kamu sudah putuskan ikut saya atau Arion?" Sebastian memperjelas pertanyaannya. Agar jawaban si sekretaris tidak mengambang.Wajah gadis cantik itu merah karena malu setelah mendengar perkataan Sebastian.Sebastian ingin tertawa ngakak ketika melihat wajah Zia yang sudah merah seperti tomat masak. Namun jujur, dia
Setelah berpisah di ruangan berkunjung dengan istrinya, David merasa tidak tenang. Pria itu mondar-mandir di dalam kamar dan entah sudah jam berapa sekarang. Berada di tempat terkurung seperti ini, membuatnya tidak tahu sekarang sudah sore atau malam. Di sini waktu terasa begitu lama berlalu. Entah di mana istrinya bersembunyi karena dirinya tidak memberitahukan tempat yang harus dikunjungi Dewi. David hanya berpesan untuk pergi jauh. David berdiri sambil memegang jeruji besi dan memandang ke depan. Jantungnya berdegup dengan cepat saat melihat sosok yang jalan mendekat ke arahnya. Wanita itu datang dengan wajah yang begitu sangat cantik dan masih memakai mini dres berwarna maron seperti tadi siang. "Sayang kamu masih di sini?" David tersenyum dan memegang tangan istrinya.Dewi tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya. "Bagaimana kamu bisa datang ke sini?" David masih tidak percaya ketika istrinya bisa tahu kamar tahanan yang ditempatinya."Apa sih yang aku gak tahu tentang kam
Setelah pertemuannya dengan Heru enam bulan yang lalu, David seakan memakan buah simalakama. Heru mengajaknya bekerja sama, namun David berulang kali menolak. Namun pada akhirnya David itu menerima tawaran kerja sama ketika Heru mengetahui kelemahannya. Pria berhati iblis itu, mengancam akan mencelakai istrinya dan menjamin bahwa calon anaknya tidak akan pernah melihat Dunia. Karena alasan ini, David menerima kerja sama dengan Heru. Setidaknya dengan bekerja sama dengan Heru dan mengkhianati Arion, istri dan calon anaknya bisa selamat. Dia juga mendapatkan harta berlimpah dan memiliki jabatan tertinggi di perusahaan Arion. Didalam kamar ini, David tidak berbicara dengan penghuni napi yang lain. Pria itu hanya diam dan menyendiri. Lampu mulai di padamkan, pertanda waktu para napi untuk tidur. David tidak bisa memejamkan matanya. Dia masih terus terbayang setiap kenangan yang telah dilaluinya bersama dengan Dewi. Rumah tangga yang awalnya penuh dengan kebahagiaan, hancur dalam sek
"Saya tidak yakin jika dia mati mendadak seperti ini, begitu juga dengan kematian istrinya. Saya curiga ada yang sudah merencanakan ini semua" Sebastian tidak puas dengan apa yang disampaikan Briptu Amri. "Kami juga berpikir seperti itu pak Bas, dan kami masih menyelidiki kasus ini. Sampai saat ini, anggota tim saya masih melakukan interogasi dengan napi yang satu kamar korban. Kita akan mencocokkan informasi dari napi. Setelah tahu tentang kematian istrinya, semalam David sempat meminta saya untuk menghubungi pak Sebastian atau pak Arion karena dia ingin berbicara. Namun ternyata pagi ini beliau sudah tiada," sesal Briptu Amri.Sebastian diam memandang Arion. Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Briptu Amri, Sebastian benar-benar yakin dengan kecurigaannya. "Apakah ini semua ada kaitannya dengan pembunuhan berencana terhadap Arion beberapa Minggu yang lalu," batinnya. "Apa saya bisa melihat jasadnya?" tanya Arion."Mari, saya akan mengantarkan Anda ke ruang belakang," ajak Br
Heru tersenyum memandang putri bungsunya."Tidak usah dengarkan mami, kamu harus fokus kuliah. Papi tidak mau kamu sibuk dengan dunia model atau bisnis yang tidak jelas." Heru berkata dengan lembut sambil mengusap kepala putri kesayangannya. "Ini yang buat Siren gak ada dewasanya." Ema mengomel."Kedewasaan tidak dilihat dari apa yang dia kerjakan, namun pola pikir," kata Heru bijak. Pria itu tersenyum hangat sambil mengusap kepala Serena. Gadis berwajah cantik itu tersenyum lebar ketika merasakan sentuhan hangat dari papinya. "Kak Alin sudah menjadi model sejak berusia 10 tahun. Diumur 10 tahun, kak Alin sudah memiliki penghasilan puluhan juta. Tidak seperti kamu yang terlalu manja." Wanita itu ingin putri bungsunya sama seperti Alina, anak yang selalu dibanggakan nya."Harta kekayaan yang kita miliki sangat banyak, Seren tidak perlu mencari uang disaat masih kuliah." Heru berkata sambil memandang istrinya. Pria itu lebih memilih mengikuti kemauan anaknya dari pada memaksa sesuat
Zahira duduk di kursi prakteknya. Hari ini tidak banyak pasien yang datang, sehingga waktunya banyak untuk bersantai. Tatapan matanya memandang ke layar ponsel dan kemudian memajukan bibirnya. Entah mengapa ada sesuatu hal yang membuat dirinya tidak nyaman ketika tidak bertemu dengan Arion. Saat akan sarapan pagi, Zahira sudah tidak menemukan pria itu. Dia hanya mendengar Lily mengatakan bahwa Arion ada urusan dan pergi pagi-pagi sekali bersama dengan Sebastian. Bagaimana mungkin Zahira tidak kesal, sampai saat ini pria itu belum ada menghubunginya. Ingin sekali menghubungi Arion lebih dulu, namun dirinya gengsi dan juga takut akan mengganggu pekerjaan lelaki tersebut."Kasih tahu kenapa sih biar aku nggak mikirin kamu seperti ini. "Bibir gadis itu komat-kamit sambil memandang layar ponselnya. "Benar-benar buat kesel." Semangatnya bekerja di hari ini hilang seketika, saat Arion tidak menghubunginya sama sekali. "Hai lagi nyantai ya." Seorang dokter muda duduk di kursi yang ada di
"Aku sedih," lapor Helena. Bunga yang sudah bermekaran dihatinya kini layu dan gugur."Kenapa, apa dia melakukan sesuatu denganmu?" Zahira bertanya dengan membesarkan matanya. Jika benar seperti apa yang dipikirkannya, Zahira akan mendatangi dokter yang tidak berhati tersebut.Helena semakin menangis ketika mendengar pertanyaan dari Zahira."Kenapa sih mau-maunya diajak ke ruangannya." Zahira kesal. Baginya ruangan dokter Nizam, tempat yang paling menyeramkan. Helena tidak menjawab, justru malah semakin menangis dengan keras."Kamu diapain? Apa sudah digituin? Jangan bilang kalau kamu yang memaksanya melakukan itu?" Zahira bertanya tanpa henti.Helena semakin menangis ketika mendengar ucapan sahabatnya."Cerita Helen, jangan nangis aja." Zahira gemas ketika melihat tingkat temannya."Mimpi aku terlalu tinggi, aku ngarep dia minta aku ke ruangannya, karena ingin menjadikan aku salah satu kekasihnya, namun ternyata aku salah." Helena kembali menangis. Setelah mengetahui bahwa dokter t
"Walau bagaimanapun paman Heru, satu-satunya keluarga yang aku punya." Arion menghembuskan napas dengan kasar. Tidak bisa dibayangkan jika paman kandungnya berniat untuk menghabisi nyawanya. Sebastian memandang Arion. Pria itu melengos kesal ketika mendengar perkataan Arion. Meskipun statusnya paman, namun tetap hanya paman angkat yang tidak memiliki hubungan darah dengan Arion.Pria berambut gondrong itu semakin kesal ketika melihat keponakannya itu tertawa."Bagiku Paman lebih dari sekedar saudara, karena Paman adalah pengganti mami dan papi. Jika paman pengganti mami dan papi, seharusnya aku memanggil paman bibi, ya." Arion tampak berpikir keras sambil mengetuk-ngetuk pipinya."Beneran nggak enak Paman, kalau paman aku panggil paman bibi. Kapan Paman akan menikah?" Arion berkata ketika Sebastian akan berbicara. Arion tertawa lepas ketika melihat wajah pamannya yang sudah memerah. Di saat hatinya sedang gundah gulana, rasa sedih itu hilang seketika saat melihat wajah kesal paman
Begitu banyak yang dilalui. Pada akhirnya ia sampai ke detik penuh kebahagiaan seperti ini. Dimana Alex mengucapkan ijab kabul untuknya.Air mata Fatimah menetes ketika bayangan kedua orang tua beserta kakaknya melintas dipandangnya. Mau seperti apapun orang-orang membenci keluarganya, namun dia tetap menyayangi mereka. Jika acara resepsi telah selesai, Fatimah ingin berkunjung ke makam keluarganya. Ia ingin memberi tahu kepada papi, mami berserta Alina, bahwa ia sudah menikah. Pernikahan yang diselenggarakan hanya dalam hitungan hari. Namun tetap saja berlangsung dengan mewah. Hanya saja tamu yang diundang sangat terbatas. Apa yang dialami Fatimah, membuat ia memiliki trauma jika berhadapan dengan orang banyak. "Padahal sudah janji, nikahnya sederhana." Fatimah berkata sambil memandang wajah tampan suaminya. "Ini sudah sangat sederhana," jawab Alex dengan santainya.Fatimah tersenyum dan kemudian menganggukkan kepalanya. Meskipun wujudnya telah berubah, si cantik Celine masih te
"Nona Fatimah, Apa kamu bisa melihatku?" Dokter yang berdiri di depan Fatimah bertanya dengan tenang. Lagi-lagi Fatimah tidak menjawab Dia menangis dan detik kemudian memeluk Alex dengan erat. "Jika kamu tidak bisa melihat, aku siap menjadi matamu. Aku akan selalu bersamamu dan menjagamu. Kamu jangan sedih." Alex berbisik di telinga Fatimah, sambil mengusap punggung gadis tersebut. Fatimah menggelengkan kepalanya. "Aku akan selalu bersama denganmu. Aku tidak akan mempermasalahkan apapun." Lagi-lagi Alex berusaha meyakinkan gadis tersebut. Mengetahui mata Fatima tidak bisa melihat, tentu saja membuat ia kecewa. Namun cinta tidak dilihat dari fisik. Apapun kekurangan calon istrinya, Ia akan siap menerimanya. "Fatimah, bisa katakan seperti apa pandanganmu saat ini?" Tanya Vandra dengan cemas."Aku sudah bisa melihat." Fatimah mengusap air matanya dan kemudian menatap Alex. "Kamu bisa melihatku?" Alex begitu bahagia setelah mendengar jawaban dari Fatimah.Fatimah menganggukkan kepa
"Mas, aku gugup." Fatimah berkata sambil terus menggenggam tangan Alex. Hari ini adalah hari yang sangat ia nantikan. Dimana perban wajah dan perban mata akan dibuka. Namun entah mengapa Fatimah merasa takut dan juga gugup. Bagaimana jika operasi wajahnya gagal. Bisa saja wajahnya akan tampak menyeramkan. Atau mata yang tidak bisa melihat. "Jangan takut, operasi kamu pasti berjalan dengan sangat baik. Setelah ini kamu akan menjadi wanita tercantik." Alex paham dengan apa yang dirasakan calon istrinya. Karena itu dia menghibur calon istrinya tersebut. "Setelah buka perban, ternyata hasilnya di luar harapan. Apakah Mas masih mau dengan aku?" Fatimah berkata dengan nada sedih. Rasa cintanya sudah sangat besar untuk Alex, ia tidak akan sanggup jika kehilangan pria tersebut."Di luar harapan seperti apa maksudnya?" Alex tersenyum dan kemudian mencium punggung tangan Fatimah. "Banyak kan hasil operasi yang gagal. Misalnya saja setelah operasi wajahnya jadi aneh, atau mungkin menyeramkan
Meskipun diminta untuk beristirahat, namun Alex tidak menuruti perintah Vandra. Dengan setia ia menunggu Fatima di depan ruangan observasi. "Tuan Alex, nona Fatimah sudah sadar." Dokter yang memantau kondisi Fatimah langsung memberi tahu Alex. Mereka sangat kagum melihat cinta Alex yang begitu tulus untuk Fatimah. Didunia ini sangat langka bisa di temukan pria seperti Alex. Pria yang mencintai tanpa memandang fisik. "Benarkah? Apakah saya bisa langsung melihatnya?" Alex yang sudah tampak kelelahan, langsung bersemangat ketika mendengar kabar tentang calon istrinya."Silahkan." Dokter berkaca mata itu membersihkan Alex untuk masuk. "Jika nanti nona Fatimah meminta minum, anda berikan saja minum sedikit. Di sana sudah ada gelas minum serta takarannya. Nona Fatimah boleh minum persatu jam." Dokter berkaca mata itu menjelaskan.Dengan cepat Alex menganggukkan kepalanya. Ia langsung masuk ke ruangan operasi. Hal pertama yang dirasakannya, rasa sakit dan perih. Ia tidak bisa membayangkan
Alex menunggu di depan ruang operasi bersama dengan Arion dan Sebastian. Namun karena operasi berjalan sangat lama, Arion dan Sebastian pulang. Kini tinggal Alex seorang yang menunggu. 20 jam menunggu akhirnya lampu yang menyala di ruang operasi dipadamkan. Ini pertanda bahwa operasi telah selesai. Namun tetap saja Alex merasakan jantungnya yang berdebar dengan cepat. Bagaimana jika operasi tidak berjalan dengan baik. Hal itu rasanya tidak mungkin, mengingat tim dokter yang disediakan oleh Arion bukanlah tim Dokter sembarangan. Bahkan Arion mendatangkan dokter-dokter dari luar negeri yang memang sudah terkenal dengan kemampuan dibidangnya masing-masing. Pintu ruangan terbuka, tim Dokter pun keluar dari dalam ruangan. "Dokter Vandra, bagaimana kondisinya?" Alex langsung bertanya dengan Vandra yang merupakan ketua tim."Operasi berjalan dengan lancar namun pasien masih dalam keadaan kritis. Dalam artian kita akan menunggu selama 24 jam untuk memantau kondisi pasien. Jika kondisi pa
Arion sibuk mengganti popok putrinya yang sedang pup. Dengan sangat telaten, pria tampan itu membersihkan pantat bayinya dengan tisu basah. Setelah bersih barulah memasangkan popok yang baru. Arion sangat menikmati perannya menjadi seorang ayah. Ketika putri kecilnya menangis, ia yang bangun lebih dulu. Jika bayi cantik itu bangun karena merasa tidak nyaman dan meminta diganti pipok, Arion tidak akan membangunkan istrinya, dia yang akan menganggti sendiri."Anak Daddy sudah wangi." Arion tersenyum dan mencium pipi bulat putrinya. "Kamu sangat cantik, Mirip mommy." Arion berkata sambil memandang Zahira yang tertidur lelap. Bayi cantik itu memandang Arion dengan bibir bulat. Seakan ia sedang berbicara dengan Daddy nya. Wajah bayi cantik itu sangatlah sempurna. Hidung mancung, bibir kecil, warna kulit putih kemerahan dan rambut yang berwarna coklat. Meskipun paras wajahnya mirip Zahira, namun warna kulit, hidung, mata, Serta alis, milik sang Daddy. Sepertinya bayi cantik itu sangat p
"Paman, sudah 1 bulan aku disini. Aku bosan mencium aroma obat dan juga aroma desinfektan. Aku rindu aroma kamar. Aku rindu dengan tempat tidur yang empuk seperti di dalam kamar ku. Paman, Aku ingin pulang. Apa Paman bisa meminta izin dengan dokter?" Tanya Shelina. Alex diam beberapa saat. "Ya Paman, aku sudah tidak mau lagi merasakan seperti ini. aku ingin pulang saja. Aku sudah lelah merasakan jarum suntik yang selalu menusuk kulit ku. Aku juga sudah bosan minum obat, hingga lidah ku terasa pahit. Aku ingin menikmati hidup, makan yang banyak tanpa larangan. Minum-minum yang manis dan segar. Aku juga ingin makan bakso dengan cabe rawit." Shelina sudah seperti orang yang pasrah dan putus asa. Ia tidak ingin menghabiskan sisa umurnya di atas tempat tidur pasien. "Kamu jangan bicara seperti itu. Dokter sedang mengatur jadwal operasi kamu. Ada orang yang bersedia mendonorkan mata serta ginjalnya." Alex memberi tahu Shelina. Setelah mendengar ini, ia berharap Shelina akan bersemang
Mendengar perkataan Arion, Zahira pun menganggukkan kepalanya. Dia kembali mengejan. Satu kali, dua kali hingga 3 kali, akhirnya terdengar suara bayi memenuhi ruangan. Suaranya benar-benar ngebas dan melengking. "Bisa dipastikan bakal jadi rocker." Dokter yang membantunya berkata dengan tertawa. Bayi perempuan itu benar-benar sangat cantik dengan hidung yang mancung seperti Daddy nya. Sedangkan bibir kecil seperti mommy nya. "Ini tidak mirip dengan dokter Zahira." Dokter itu langsung memberikan penilaian sambil mengamati wajah cantik bayi tersebut."Iya, mirip dengan Daddy nya," kata suster yang satunya. "Ini mirip dokter Zahira." Suster yang sedang membersihkan bayi cantik itu ikut berbicara. "Mirip sekali dengan dokter Zahira," kata dokter anak yang sedang memeriksa detak jantung bayi. Arion dan Zahira tampak kebingungan ketika melihat tim medis yang ribut memperdebatkan masalah anak yang mirip ibu atau mirip ayahnya. "Sebaiknya kalian jangan berkelahi. Kami membuat dan saling
Didalam mobil Sebastian duduk di posisi tengah. Sedangkan Zahira di sebelah kiri dan Zia disebelah kanan. Pria itu tampak kewalahan ketika menghadapi istri, serta istri dari keponakannya. Rambutnya ditarik dari sebelah kanan dan kiri. Hingga dia harus merasakan sakit di kulit kepalanya. Mengapa kedua wanita ini begitu sangat kejam hingga menyiksanya seperti ini. Sebenarnya yang salah siapa, apakah calon anak dan juga calon keponakannya? Sebastian hanya bisa pasrah ketika rambutnya di tarik dari segala arah. Bukan hanya rambut saja yang ditarik Zahira dan Zia, tangan kiri kanan juga menjadi sasaran kesakitan kedua wanita tersebut.Selama perjalanan ke rumah sakit, Sebastian merasakan penderitaan yang luar biasa. Kedua wanita itu yang akan melahirkan, namun dia juga merasakan kesakitan yang tidak kalah hebatnya. Belum lagi Zia yang mengomel karena menganggap ini semua karena ulah Sebastian.Namun rasa kesal di hatinya mendadak hilang ketika melihat wajah Zia yang begitu sangat kesaki