"Saya tidak yakin jika dia mati mendadak seperti ini, begitu juga dengan kematian istrinya. Saya curiga ada yang sudah merencanakan ini semua" Sebastian tidak puas dengan apa yang disampaikan Briptu Amri. "Kami juga berpikir seperti itu pak Bas, dan kami masih menyelidiki kasus ini. Sampai saat ini, anggota tim saya masih melakukan interogasi dengan napi yang satu kamar korban. Kita akan mencocokkan informasi dari napi. Setelah tahu tentang kematian istrinya, semalam David sempat meminta saya untuk menghubungi pak Sebastian atau pak Arion karena dia ingin berbicara. Namun ternyata pagi ini beliau sudah tiada," sesal Briptu Amri.Sebastian diam memandang Arion. Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Briptu Amri, Sebastian benar-benar yakin dengan kecurigaannya. "Apakah ini semua ada kaitannya dengan pembunuhan berencana terhadap Arion beberapa Minggu yang lalu," batinnya. "Apa saya bisa melihat jasadnya?" tanya Arion."Mari, saya akan mengantarkan Anda ke ruang belakang," ajak Br
Heru tersenyum memandang putri bungsunya."Tidak usah dengarkan mami, kamu harus fokus kuliah. Papi tidak mau kamu sibuk dengan dunia model atau bisnis yang tidak jelas." Heru berkata dengan lembut sambil mengusap kepala putri kesayangannya. "Ini yang buat Siren gak ada dewasanya." Ema mengomel."Kedewasaan tidak dilihat dari apa yang dia kerjakan, namun pola pikir," kata Heru bijak. Pria itu tersenyum hangat sambil mengusap kepala Serena. Gadis berwajah cantik itu tersenyum lebar ketika merasakan sentuhan hangat dari papinya. "Kak Alin sudah menjadi model sejak berusia 10 tahun. Diumur 10 tahun, kak Alin sudah memiliki penghasilan puluhan juta. Tidak seperti kamu yang terlalu manja." Wanita itu ingin putri bungsunya sama seperti Alina, anak yang selalu dibanggakan nya."Harta kekayaan yang kita miliki sangat banyak, Seren tidak perlu mencari uang disaat masih kuliah." Heru berkata sambil memandang istrinya. Pria itu lebih memilih mengikuti kemauan anaknya dari pada memaksa sesuat
Zahira duduk di kursi prakteknya. Hari ini tidak banyak pasien yang datang, sehingga waktunya banyak untuk bersantai. Tatapan matanya memandang ke layar ponsel dan kemudian memajukan bibirnya. Entah mengapa ada sesuatu hal yang membuat dirinya tidak nyaman ketika tidak bertemu dengan Arion. Saat akan sarapan pagi, Zahira sudah tidak menemukan pria itu. Dia hanya mendengar Lily mengatakan bahwa Arion ada urusan dan pergi pagi-pagi sekali bersama dengan Sebastian. Bagaimana mungkin Zahira tidak kesal, sampai saat ini pria itu belum ada menghubunginya. Ingin sekali menghubungi Arion lebih dulu, namun dirinya gengsi dan juga takut akan mengganggu pekerjaan lelaki tersebut."Kasih tahu kenapa sih biar aku nggak mikirin kamu seperti ini. "Bibir gadis itu komat-kamit sambil memandang layar ponselnya. "Benar-benar buat kesel." Semangatnya bekerja di hari ini hilang seketika, saat Arion tidak menghubunginya sama sekali. "Hai lagi nyantai ya." Seorang dokter muda duduk di kursi yang ada di
"Aku sedih," lapor Helena. Bunga yang sudah bermekaran dihatinya kini layu dan gugur."Kenapa, apa dia melakukan sesuatu denganmu?" Zahira bertanya dengan membesarkan matanya. Jika benar seperti apa yang dipikirkannya, Zahira akan mendatangi dokter yang tidak berhati tersebut.Helena semakin menangis ketika mendengar pertanyaan dari Zahira."Kenapa sih mau-maunya diajak ke ruangannya." Zahira kesal. Baginya ruangan dokter Nizam, tempat yang paling menyeramkan. Helena tidak menjawab, justru malah semakin menangis dengan keras."Kamu diapain? Apa sudah digituin? Jangan bilang kalau kamu yang memaksanya melakukan itu?" Zahira bertanya tanpa henti.Helena semakin menangis ketika mendengar ucapan sahabatnya."Cerita Helen, jangan nangis aja." Zahira gemas ketika melihat tingkat temannya."Mimpi aku terlalu tinggi, aku ngarep dia minta aku ke ruangannya, karena ingin menjadikan aku salah satu kekasihnya, namun ternyata aku salah." Helena kembali menangis. Setelah mengetahui bahwa dokter t
"Walau bagaimanapun paman Heru, satu-satunya keluarga yang aku punya." Arion menghembuskan napas dengan kasar. Tidak bisa dibayangkan jika paman kandungnya berniat untuk menghabisi nyawanya. Sebastian memandang Arion. Pria itu melengos kesal ketika mendengar perkataan Arion. Meskipun statusnya paman, namun tetap hanya paman angkat yang tidak memiliki hubungan darah dengan Arion.Pria berambut gondrong itu semakin kesal ketika melihat keponakannya itu tertawa."Bagiku Paman lebih dari sekedar saudara, karena Paman adalah pengganti mami dan papi. Jika paman pengganti mami dan papi, seharusnya aku memanggil paman bibi, ya." Arion tampak berpikir keras sambil mengetuk-ngetuk pipinya."Beneran nggak enak Paman, kalau paman aku panggil paman bibi. Kapan Paman akan menikah?" Arion berkata ketika Sebastian akan berbicara. Arion tertawa lepas ketika melihat wajah pamannya yang sudah memerah. Di saat hatinya sedang gundah gulana, rasa sedih itu hilang seketika saat melihat wajah kesal paman
Sebastian memberhentikan mobilnya tepat di depan kampus milik Serina. Sebelum mereka keluar dari mobil, gadis itu sudah berlari menuju ke mobilnya.Arion memandang Serina dan kemudian keluar dari dalam mobil. "Kakak, aku rindu." Serina tersenyum manja."Jika sikap kamu seperti ini, mana ada yang mau jadi pacar kamu." Arion tersenyum saat Serina memeluknya. "Setidaknya yang memiliki wajah menengah ke bawah akan mundur." Serina tertawa kecil."Mengapa begitu?" Arion mengerutkan keningnya."Mereka harus memiliki wajah yang jauh lebih tampan dari kakak." Serina tertawa.Arion gemas dan mengacak-acak rambut adik sepupunya itu. Meskipun mereka saudara sepupu namun wajah mereka tidak memiliki kemiripan sama sekali. Karena Serina memiliki wajah yang ayu, khas wanita ketimuran pada umumnya. Serina tertawa dan kemudian melepaskan pelukannya dari tubuh Arion. Meskipun saat ini dia menjadi pusat perhatian mahasiswa yang ada di sana, namun tetap tidak dihiraukannya. "Aku rindu," ucapnya lagi.
Arion berlari memasuki koridor rumah sakit. Langkah kakinya terhenti saat melihat Zahira berbicara dengan dokter Nizam. Melihat ini dadanya panas dan bahkan kakinya gemetar menahan rasa marah. "Aku tidak akan memberikan dia mendekati gadis ku. Dasar playboy kesepian," geram Arion. Dengan cepat dia berjalan mendekati Zahira. Zahira terkejut saat merasakan tangan yang menjalar di pinggang langsingnya. Matanya tidak berkedip ketika melihat pemilik tangan besar nan Koko tersebut. "Maaf Beby, hari ini aku sibuk jadi tidak sempat menghubungi mu." Arion tersenyum dan mencium kening Zahira.Zahira masih melongo menatap Arion. Arion senang melihat ekspresi wajah Zahira yang begitu sangat menggemaskan ketika menatapnya. Dalam hitungan detik, dia lupa janji. Diciumnya bibir Zahira dengan lembut. Zahira yang masih belum menyempurnakan cara kerja otaknya hanya diam bahkan menikmati rasa lembut dan empuk bibir milik Arion. Dengan bodohnya melupakan dirinya berada di tempat umum. Tanpa disada
Sebastian berjalan ke dapur dengan langkah ringan. Kondisi mansion ini begitu sepi karena para pelayan yang sudah beristirahat. Pria itu terkejut dan merasakan jantungnya yang seakan mau lepas saat melihat sosok wanita yang muncul dari dalam kulkas dua pintu yang berukuran tinggi. "Paman." Lily tersenyum manis memandang Sebastian. "Anak kurang ajar, hampir saja aku mati karena serangan jantung. Apa kamu tidak bisa berlaku normal seperti para gadis pada umumnya. Apa yang kau lakukan didalam kulkas." Sebastian marah dan kesal karena ulah Lily. Gadis cantik itu memiliki kebiasaan yang aneh dan Sebastian sangat mengetahui hal itu. "Haha... Ha.. ha... Apa kata dunia jika paman mati hanya karena melihat seorang bidadari." Lily tertawa kecil. Sebastian kesal melihat wajah tanpa dosa si gadis. Akhirnya dia hanya menarik napas pelan dan duduk di kursi bar. "Paman mau apa ke dapur?" Tanya Lily dengan sedikit tersenyum."Aku ingin minum kopi," jawab Sebastian."Paman mau minum kopi apa?
Setelah selesai menjenguk sang Papi, Shelina berpindah ke lapas perempuan. Ia di kursi tunggu sambil menunggu kedatangan sang Mami dan juga Kakaknya. Shelina tersenyum ketika melihat Ema dan Alina datang secara bersama. "Mami, Shelin bahwa dimsum." Dengan senyum ceria Shelina memeluk Ema. Setelah seluruh keluarganya ditahan, Shelina kehilangan semangat dalam hidupnya. Ia juga tidak bisa bebas keluar, karena pembencinya yang begitu banyak. Dimanapun Shelina berada, Jika berjumpa dengan masyarakat, pasti langsung di hujat. Tak jarang juga, ia dipukul dan dipermalukan di depan umum. Karena statusnya anak seorang pembunuh. Naman Irwan yang melekat di belakang namanya, membuat Shelina tidak bisa bekerja di manapun. Namun walau seperti kondisinya, Shelina tetap tidak mengeluh dan menyalakan orang tuanya."Wah enak sekali, apa ini Shelin yang masak?" Ema langsung membuka kotak makanan dan mencicipi masakan yang dibawakan Shelina."Iya dong mi," jawab Shelina dengan bangga."Enak sekali k
Shelina tidak kuasa menahan tangisnya ketika melihat berita. Pemberitaan diberitahukan bahwa tanggal eksekusi mati untuk 3 orang terpidana pembunuhan sadis sudah di tetapkan. Tanggal 25 Januari 2025, tiga orang terpidana akan dieksekusi. Terpidana itu adalah Heru Irawan 50 tahun, Ema Sari 47 tahun, Alina Irawan, 25 tahun. Itu artinya hanya satu Minggu lagi. Seharusnya Heru sudah di hukum mati sejak tanggal 10 November 2024. Namun ternyata diundang hingga tanggal 25 Januari. Shelina duduk termenung sambil memandang foto keluarga. Foto ini diambil ketika Alina baru kembali dari Paris. Ia tidak menduga bahwa inilah foto terakhirnya bersama keluarga. Kuat tidak kuat, ia harus tetap menghadapinya dan mencoba untuk iklas menerima kematian orang-orang yang disayanginya dengan cara seperti ini. Mungkin dengan cara kematian seperti ini dosa-dosa mereka dapat sedikit terampuni. Tubuh Shelina semakin lama semakin lemah. Kesehatannya juga semakin memburuk. Seharusnya dia sudah menjalani operasi
"Apa?"tanya Jhon. Pria itu terlalu polos dan tidak bisa memikirkan hal yang menarik seperti Arion."Balas dendam terbaik dengan menjadikan Mereka manusia sampah. Dipandang hina dan menjijikan. Hidup segan mati tak mau," bisik Arion "Maksudmu?" tanya Jhon yang masih tidak paham. "Kau bisa memotong kedua tangan mereka. Memotong kaki, cungkil juga matanya. Jika tidak ingin mereka berbicara dan bernyanyi, potong lidahnya juga," kata Arion.Tubuh Agus dan tiga orang rekannya yang lain langsung gemetar bahkan sampai kencing di celana. Meskipun anggota tubuhnya masih utuh, namun dia sudah bisa membayangkan jika tidak memiliki kaki. Lalu bagaimana dengan nasib anak istrinya.Jhon menganggukkan kepalanya tanda setuju. Bahkan pria itu terlihat sangat bersemangat. Apa yang dikatakan Arion benar-benar menarik. "Aku akan potong tangan, kaki, congkel mata dan potong pisangnya juga." Ha... Ha .... Suara tertawa Jhon memenuhi seisi ruangan tersebut. "Kau suruh orang gila bertindak?" Sebastian yan
"Kau tidak dengar apa yang aku katakan." Arion meninju perut Agus dengan keras. Hingga pria itu menjerit kesakitan."Aku." Agus ingin berbicara namun tidak bisa. Kakinya sudah gemetar lebih dulu. Bahkan ia sangat ketakutan untuk mengakui semua perbuatan bejatnya terhadap Cecilia.Setelah peristiwa itu, Cecilia menjadi gila. Itu artinya tidak ada yang akan mengetahui apa sebenarnya yang terjadi terhadap wanita itu. Ia sangat yakin bahwa perbuatannya tidak akan pernah diketahui oleh siapapun. Terbukti selama 7 tahun ini ia bisa hidup nyaman tanpa ada yang mengetahui apa yang telah dilakukannya di masa lalu. Agus juga memiliki istri serta dua orang anak. Bisa dikatakan hidupnya sangat bahagia. "Jelaskan apa maksudmu." John sudah mulai marah. Kepalanya pusing ketika menebak apa yang sebenarnya terjadi."Kau tidak bisa jelaskan?" Arion menunjuk wajah pria itu dengan keras. "Barang milik mu ini sudah menghancurkan hidup seorang gadis, hingga dia gila dan bahkan melahirkan anak. Apa kau ta
"Kau devil, setelah apa yang kau lakukan terhadap adikku, kau katakan tidak mengenalinya?" John begitu sangat marah dan ingin meninju Arion. Namun sayang Arion tak bernyali melawannya. Bahkan sengaja mengingat tangan serta kakinya. "Aku tidak pernah mengelak dengan apa yang telah kulakukan. Aku memang dulunya sering melakukan hal seperti itu dengan para wanita. Namun asal kau tahu, aku tidak pernah memperlakukan wanita dengan cara menjijikan seperti itu. Perbuatan yang seperti itu bukan aku banget. Pada umumnya para wanita bodoh yang menyerahkan tubuhnya secara sukarela. Dan mereka juga melakukannya dalam keadaan sadar. Mereka juga yang memaksaku untuk menyentuhnya. Jadi aku tidak pernah membuat hal memalukan seperti itu. Aku juga tidak pernah meminta lawan main ku untuk menutup mata seperti sedang bermain Lu-lu China buta." Tak ada ekspresi apapun dari raut wajahnya. Dan hal ini yang membuat John semakin marah."Kau tidak perlu berbohong?" Jangan tersenyum mengejek. Kondisinya saat
Alex beserta anak buahnya sudah berada di parkiran mobil. Saat ini mereka berada di perusahaan milik John. Sesuai jadwal, pria dengan rambut plontos itu keluar dari kantornya dan langsung ke parkiran mobil. John berjalan dengan santai menuju ke parkiran. Jika dilihat gaya serta gerak-geriknya tidak ada sedikitpun mencerminkan bahwa dia salah seorang pembunuh yang ikut serta dalam misi Heru. Tempat parkiran khusus untuk pemilik perusahaan ini memang termasuk sepi, karena hanya ada satu mobilnya yang terparkir di sana. Kondisi seperti ini dimanfaatkan Alex dengan baik. Dalam waktu singkat mereka sudah berhasil melumpuhkan John. Pria bertubuh tinggi itu tidak sadarkan diri ketika tekuk lehernya dipukul dengan keras. Alex meminta kepada anak buahnya untuk memasukkan John ke dalam mobil. Setelah itu mengikat tangan serta kaki pria tersebut dan membawanya ke markas yang sudah ditentukan oleh Arion. Didalam markas ini sudah ada 4 orang pria yang merupakan Agus beserta 3 orang rekannya.
"Mungkin kau bisa ingat ketika melihat fotonya." Sebastian menunjukkan foto seorang gadis yang disimpannya di galeri. Arion memandang foto itu dengan serius namun tetap menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak mengingat gadis itu. "Apa benar dia pernah tidur denganku? Aku saja baru melihat wajahnya.""Kau tidak mengingatnya?""Sama sekali tidak paman. Jika si John itu bekerja sama dengan paman Heru sejak 6 tahun terakhir, kemungkinan aku mengenal adiknya lebih dari 6 tahun."Sebastian menganggukkan kepalanya. "6, 7 bahkan 10 tahun yang lalu sekalipun, aku bukanlah pria brengsek. Aku baru menjadi seperti itu sejak 5 tahun terakhir, dan tobat setelah mengenal Zahira." Arion mengingat kembali dosa masa lalunya."Ya mana aku tahu kalau masalah di atas ranjang kau," jawab Sebastian.Arion menggelengkan kepalanya. "Apa benar dia tidur denganku?"Sebastian mengambil handphonenya dan menghubungi orang yang selama ini diperintahkan nya menyelidiki tentang Jhon. "Coba kau selidiki kapa
"Aku merasa menjadi anak yang durhaka, paman. Mereka yang sudah membunuh papi, mami serta calon adikku. Namun aku justru menjadi dia raja. Aku beri saham yang cukup tinggi. Dengan tujuan dia, istri dan anak-anaknya hidup serba berkecukupan. Aku beri dia jabatan yang tinggi, agar semua orang menghormatinya." Arion tertawa sumbang. Meskipun hukuman mati sudah di tentukan untuk mengakhiri hidup Heru berserta keluarganya, tetap saja Arion merasakan sakit yang luar biasa. Bahkan dia tidak akan pernah memaafkan orang itu. Jangankan untuk memaafkan, melihat wajahnya pun tak sudi."Ya sudahlah kalau kau tidak mau berjumpa dengan orang itu. Aku hanya menyampaikan pesan Briptu Ambri. Jika aku jadi kau, aku juga tidak akan mau berjumpa dengan dia." Sebastian mengangkat kedua bahunya dan dengan gaya acuh tak acuh. Sudah berulang kali Heru meminta untuk berjumpa dengannya. Namun Arion tidak mau menerima bertemu dengan pria bejat tersebut. Ia juga tidak tertarik untuk mendengar drama kesedihan He
Arion sibuk dengan handphone ditangannya, sedangkan mata melirik ke arah Zahira yang sedang memakai baju. Perut istrinya itu sudah semakin besar, namun mengapa Zahira terlihat semakin menggoda. Bobot berat tubuhnya bertambah hingga 15 kg, membuat tubuhnya terlihat berisi dan semok. "Hubby, tolongin." Zahira berkata ketika kesulitan memasukkan kakinya ke dalam kaki celana. "Tolong apa?" Arion berpura-pura sibuk dengan handphone nya sehingga tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh Zahira. "Hobi, Hira susah pakai celana," kata Zahira dengan kesal."Kalau begitu tidak usah dipakai sweet heart. Arion melepaskan handphone di tangannya dan langsung mendekati istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur. "Hobi mau ngapain?" Zahira memandang Arion dengan mata terbelalak. "Kata dokter agar pembukaan cepat maka si botak harus sering-sering lihat anak." Arion tersenyum mesum memandang perut buncit Zahira. Sebagai seorang dokter, Zahira tidak bisa membantah Perkataan suaminya. "Iya, t