Sebastian memberhentikan mobilnya tepat di depan kampus milik Serina. Sebelum mereka keluar dari mobil, gadis itu sudah berlari menuju ke mobilnya.Arion memandang Serina dan kemudian keluar dari dalam mobil. "Kakak, aku rindu." Serina tersenyum manja."Jika sikap kamu seperti ini, mana ada yang mau jadi pacar kamu." Arion tersenyum saat Serina memeluknya. "Setidaknya yang memiliki wajah menengah ke bawah akan mundur." Serina tertawa kecil."Mengapa begitu?" Arion mengerutkan keningnya."Mereka harus memiliki wajah yang jauh lebih tampan dari kakak." Serina tertawa.Arion gemas dan mengacak-acak rambut adik sepupunya itu. Meskipun mereka saudara sepupu namun wajah mereka tidak memiliki kemiripan sama sekali. Karena Serina memiliki wajah yang ayu, khas wanita ketimuran pada umumnya. Serina tertawa dan kemudian melepaskan pelukannya dari tubuh Arion. Meskipun saat ini dia menjadi pusat perhatian mahasiswa yang ada di sana, namun tetap tidak dihiraukannya. "Aku rindu," ucapnya lagi.
Arion berlari memasuki koridor rumah sakit. Langkah kakinya terhenti saat melihat Zahira berbicara dengan dokter Nizam. Melihat ini dadanya panas dan bahkan kakinya gemetar menahan rasa marah. "Aku tidak akan memberikan dia mendekati gadis ku. Dasar playboy kesepian," geram Arion. Dengan cepat dia berjalan mendekati Zahira. Zahira terkejut saat merasakan tangan yang menjalar di pinggang langsingnya. Matanya tidak berkedip ketika melihat pemilik tangan besar nan Koko tersebut. "Maaf Beby, hari ini aku sibuk jadi tidak sempat menghubungi mu." Arion tersenyum dan mencium kening Zahira.Zahira masih melongo menatap Arion. Arion senang melihat ekspresi wajah Zahira yang begitu sangat menggemaskan ketika menatapnya. Dalam hitungan detik, dia lupa janji. Diciumnya bibir Zahira dengan lembut. Zahira yang masih belum menyempurnakan cara kerja otaknya hanya diam bahkan menikmati rasa lembut dan empuk bibir milik Arion. Dengan bodohnya melupakan dirinya berada di tempat umum. Tanpa disada
Sebastian berjalan ke dapur dengan langkah ringan. Kondisi mansion ini begitu sepi karena para pelayan yang sudah beristirahat. Pria itu terkejut dan merasakan jantungnya yang seakan mau lepas saat melihat sosok wanita yang muncul dari dalam kulkas dua pintu yang berukuran tinggi. "Paman." Lily tersenyum manis memandang Sebastian. "Anak kurang ajar, hampir saja aku mati karena serangan jantung. Apa kamu tidak bisa berlaku normal seperti para gadis pada umumnya. Apa yang kau lakukan didalam kulkas." Sebastian marah dan kesal karena ulah Lily. Gadis cantik itu memiliki kebiasaan yang aneh dan Sebastian sangat mengetahui hal itu. "Haha... Ha.. ha... Apa kata dunia jika paman mati hanya karena melihat seorang bidadari." Lily tertawa kecil. Sebastian kesal melihat wajah tanpa dosa si gadis. Akhirnya dia hanya menarik napas pelan dan duduk di kursi bar. "Paman mau apa ke dapur?" Tanya Lily dengan sedikit tersenyum."Aku ingin minum kopi," jawab Sebastian."Paman mau minum kopi apa?
Pada saat itu Lily berusia 14 tahun dan duduk di kelas 9 SMP . Gadis itu pergi ke sekolah lebih awal karena di sekolahnya sedang melakukan MOS untuk siswa baru. Selaku pengurus OSIS, Lily datang lebih awal dengan sepeda motor miliknya. Disaat peristiwa pembantaian keluarganya terjadi, dia tidak berada di rumah. Sang ayah, ibu serta adiknya yang berusia 5 tahun tewas dengan tragis. Ibunya tewas lebih dulu karena melindungi anaknya. Wanita itu akhirnya mengembuskan napasnya saat satu peluru menembus kepalanya. Sedang adik Lily yang di perintahkan lari oleh ibunya, mencoba untuk berlari dan mencari tempat yang aman. Namun salah satu dari penjahat itu menembak kakinya hingga tidak bisa lagi berjalan. Anak laki-laki itu menangis kesakitan dan ketakutan. Namun para penjahat itu malah tertawa dan menembak bahu, dada, perut dan kepalanya. Meskipun anak itu sudah tidak bergerak lagi. Namun para penjahat itu tetap menembak. Lily bisa merasakan rasa sakit sang adik. Disaat tubuh kecilnya mera
Arion duduk di meja kerjanya. Tatapan pria itu fokus ke layar komputer. Dibacanya kalimat yang tercetak hitam kemudian menghafalkannya. Setelah hafal kemudian mencari yang lainnya. Sebastian yang baru saja masuk ke dalam ruangan Arion, hanya diam dan duduk di kursi yang berada di depan keponakannya. Namun sepertinya keberadaannya tidak disadari Arion. Karena pemuda itu senyum-senyum sendiri dan berbicara sendiri."Tahu gak bedanya kamu dengan gitar? Ini kemarin sudah, masak ini lagi. Nanti Zahira malah bilang aku gak kreatif." Arion berkata ketika membaca kalimat gombal di sebuah situs. Ya seperti ini yang dilakukannya, jika stok gombal yang dapat dari beberapa situs sudah habis. Semua ini dilakukannya hanya untuk membuat pipi dokter cantik itu memerah. Arion sangat senang ketika melihat senyum malu-malu Zahira. Meskipun bukan tipe pria yang pintar menggombal, Arion tetap berusaha untuk menggombal sang pujaan hati dengan gombal recehnya.Sebastian hanya diam sambil menggeleng-gele
Zahira terkejut saat melihat Arion datang di jam makan siang seperti ini. Meskipun senang, namun tetap saja menjadi pertanyaan untuknya. "Baby, kita makan siang di luar ya," ajak Arion. Pria itu sudah tidak sabar untuk menerapkan saran dari pamannya. Perlu di akuinya, jika Sebastian benar-benar cerdas dan selalu bisa dihandalkan. Meskipun tidak memiliki pengalaman dengan wanita, namun idenya sangat luar biasa. Tipe wanita yang gengsian seperti Zahira, memang harus di paksa, pikir Arion.Jujur saja, Arion sangat yakin jika Zahira mencintainya. Terlihat jelas dari cara dokter cantik itu memandangnya. Namun yang jadi masalah, bagaimana caranya untuk memaksakan Zahira. Alasan apa yang cocok untuk memaksa si gadis agar mau menjadi istrinya.Zahira memandang jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jika makan di restoran, akan memakan waktu lebih dari 1 Jam. Sedangkan waktu istirahatnya hanya tersisa 30 menit."Maaf mas, aku tidak bisa, aku akan makan di ruangan saja karena jam isti
Arion bukanlah jenis pria yang sabar menunggu. Namun semua itu berlaku ketika berkaitan dengan Zahira.Pemuda berwajah bule itu dengan sabar menunggu Zahira keluar dari ruang rapat. "Apa yang mereka bahas, mengapa lama sekali?" Gumamnya pelan."Jika aku meminta Hira untuk berhenti, dia pasti setuju." Arion berkata dengan yakin."Zahira itu gadis yang cerdas, rajin dan tekun, aku berani taruhan 50 juta. Jika dia mau berhenti, aku akan memberi kakak 50 juta. Namun jika tidak mau berhenti, maka, kakak yang harus memberikan aku uang 250 juta." Mata Arion terbuka lebar ketika mendengar perkataan Lily.l"Aku menang hanya dapat 50 juta, tapi jika kamu yang menang 250 juta?" Arion mengulangi aturan yang dibuat Lily. Lily tersenyum sinis dan menganggukkan kepalanya. Senyum sinis seperti ini sudah menjadi ciri khas gadis tersebut."Ini tidak adil," tolak Arion.Sungguh pintar sekali cara gadis itu untuk mendapatkan uang yang banyak. Aturan yang diberikan "Yang menjadi bos diantar kita, sia
"Ada yang bisa saya bantu pak?" Zia masih menunggu jawaban dari bosnya.Sebastian hanya diam memandang gadis cantik yang saat ini duduk di depannya. Entah mengapa dia merasakan sesuatu yang berbeda ketika melihat Zia. Namun rasa apa ini, Sebastian juga tidak mengerti."Pak Sebastian." Zia memanggil karena pria itu hanya diam memandangnya. "Pak Sebastian. "Zia kembali memanggil. Sikap Sebastian yang seperti ini membuat dia bingung. "Iya," jawab Sebastian dengan gugup.Ada apa dengan dirinya? Mengapa bisa seperti ini. Sebastian sangat malu dengan apa yang barusan dia lakukan. "Maaf pak ada apa memanggil saya?" Zia bertanya dengan sangat sopan seraya tersenyum yang begitu sangat manis. Zia menyadari sangat mengagumi ketampanan bosnya. Apalagi melihat mata Sebastian yang tajam dan bola mata yang berwarna hitam pekat. "Tunggu sebentar." Sebastian mengambil ponsel yang tadi di letaknya di atas meja. Melihat Zia membuat dia hampir melupakan apa yang akan dilakukannya.Zia sedikit mengan