"Silakan keluar ibu Dewi," ucap si sopir.Dewi diam memandang sopir taksi. Bagaimana mungkin pria itu mengetahui namanya.Belum sempat Dewi berbicara, pintu mobil sudah dibuka oleh salah seorang pria dan pria itu menyeretnya keluar. "Ada apa ini? Mas Anto," tanya Dewi.Pria yang bernama Anto itu tersenyum memandang Istri mantan bosnya. "Ternyata kita bertemu lagi di sini ya ibu Dewi. Jujur saja saya sudah tidak menjadi anak buah David dan yang memerintahkan saya untuk membawa ibu Dewi bukan David namun bos saya." Pria itu tersenyum sinis. "David itu sangat kejam, karena dia tangan salah seorang anak buah saya, harus diamputasi. Yang lebih membuat saya marah, dia tidak memberikan uang pengeboran dan uang jaminan hidup untuk rekan saya."Wajah cantik wanita itu memucat. Jantungnya seakan mau lepas dari tempatnya. Dengan rasa takut, dia memeluk perutnya sebagai benteng perlindungan untuk calon bayinya."Maaf ibu Dewi, kami hanya menjalankan tugas dari bos kami." Si supir menjelaskan.
"Oh jadi yang suka kamu banyak. Kenapa kamu tidak mau?" tanya Sebastian."He... he.... ceritanya panjang pak." Gadis itu tersenyum nyengir.Sebastian diam memandang wajah cantik sekretarisnya. Jika dilihat dari penampilannya, Zia tidak seperti sekretaris pada umumnya. Yang berpenampilan seksi, menarik, dan sudah pasti riasan wajah full make up. Berbeda jauh dengan Zia, gadis itu berpenampilan sopan namun tetap modis dan elegan. Make up nya juga tidak terlalu tebal, namun tetap terlihat sangat cantik. Sebastian mengusap wajahnya dengan kasar, ketika memberikan penilaian meskipun hanya dalam pikirannya. "Saya tidak tanya tentang kamu jomblo atau enggak, yang saya tanyakan, kamu sudah putuskan ikut saya atau Arion?" Sebastian memperjelas pertanyaannya. Agar jawaban si sekretaris tidak mengambang.Wajah gadis cantik itu merah karena malu setelah mendengar perkataan Sebastian.Sebastian ingin tertawa ngakak ketika melihat wajah Zia yang sudah merah seperti tomat masak. Namun jujur, dia
Setelah berpisah di ruangan berkunjung dengan istrinya, David merasa tidak tenang. Pria itu mondar-mandir di dalam kamar dan entah sudah jam berapa sekarang. Berada di tempat terkurung seperti ini, membuatnya tidak tahu sekarang sudah sore atau malam. Di sini waktu terasa begitu lama berlalu. Entah di mana istrinya bersembunyi karena dirinya tidak memberitahukan tempat yang harus dikunjungi Dewi. David hanya berpesan untuk pergi jauh. David berdiri sambil memegang jeruji besi dan memandang ke depan. Jantungnya berdegup dengan cepat saat melihat sosok yang jalan mendekat ke arahnya. Wanita itu datang dengan wajah yang begitu sangat cantik dan masih memakai mini dres berwarna maron seperti tadi siang. "Sayang kamu masih di sini?" David tersenyum dan memegang tangan istrinya.Dewi tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya. "Bagaimana kamu bisa datang ke sini?" David masih tidak percaya ketika istrinya bisa tahu kamar tahanan yang ditempatinya."Apa sih yang aku gak tahu tentang kam
Setelah pertemuannya dengan Heru enam bulan yang lalu, David seakan memakan buah simalakama. Heru mengajaknya bekerja sama, namun David berulang kali menolak. Namun pada akhirnya David itu menerima tawaran kerja sama ketika Heru mengetahui kelemahannya. Pria berhati iblis itu, mengancam akan mencelakai istrinya dan menjamin bahwa calon anaknya tidak akan pernah melihat Dunia. Karena alasan ini, David menerima kerja sama dengan Heru. Setidaknya dengan bekerja sama dengan Heru dan mengkhianati Arion, istri dan calon anaknya bisa selamat. Dia juga mendapatkan harta berlimpah dan memiliki jabatan tertinggi di perusahaan Arion. Didalam kamar ini, David tidak berbicara dengan penghuni napi yang lain. Pria itu hanya diam dan menyendiri. Lampu mulai di padamkan, pertanda waktu para napi untuk tidur. David tidak bisa memejamkan matanya. Dia masih terus terbayang setiap kenangan yang telah dilaluinya bersama dengan Dewi. Rumah tangga yang awalnya penuh dengan kebahagiaan, hancur dalam sek
"Saya tidak yakin jika dia mati mendadak seperti ini, begitu juga dengan kematian istrinya. Saya curiga ada yang sudah merencanakan ini semua" Sebastian tidak puas dengan apa yang disampaikan Briptu Amri. "Kami juga berpikir seperti itu pak Bas, dan kami masih menyelidiki kasus ini. Sampai saat ini, anggota tim saya masih melakukan interogasi dengan napi yang satu kamar korban. Kita akan mencocokkan informasi dari napi. Setelah tahu tentang kematian istrinya, semalam David sempat meminta saya untuk menghubungi pak Sebastian atau pak Arion karena dia ingin berbicara. Namun ternyata pagi ini beliau sudah tiada," sesal Briptu Amri.Sebastian diam memandang Arion. Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Briptu Amri, Sebastian benar-benar yakin dengan kecurigaannya. "Apakah ini semua ada kaitannya dengan pembunuhan berencana terhadap Arion beberapa Minggu yang lalu," batinnya. "Apa saya bisa melihat jasadnya?" tanya Arion."Mari, saya akan mengantarkan Anda ke ruang belakang," ajak Br
Heru tersenyum memandang putri bungsunya."Tidak usah dengarkan mami, kamu harus fokus kuliah. Papi tidak mau kamu sibuk dengan dunia model atau bisnis yang tidak jelas." Heru berkata dengan lembut sambil mengusap kepala putri kesayangannya. "Ini yang buat Siren gak ada dewasanya." Ema mengomel."Kedewasaan tidak dilihat dari apa yang dia kerjakan, namun pola pikir," kata Heru bijak. Pria itu tersenyum hangat sambil mengusap kepala Serena. Gadis berwajah cantik itu tersenyum lebar ketika merasakan sentuhan hangat dari papinya. "Kak Alin sudah menjadi model sejak berusia 10 tahun. Diumur 10 tahun, kak Alin sudah memiliki penghasilan puluhan juta. Tidak seperti kamu yang terlalu manja." Wanita itu ingin putri bungsunya sama seperti Alina, anak yang selalu dibanggakan nya."Harta kekayaan yang kita miliki sangat banyak, Seren tidak perlu mencari uang disaat masih kuliah." Heru berkata sambil memandang istrinya. Pria itu lebih memilih mengikuti kemauan anaknya dari pada memaksa sesuat
Zahira duduk di kursi prakteknya. Hari ini tidak banyak pasien yang datang, sehingga waktunya banyak untuk bersantai. Tatapan matanya memandang ke layar ponsel dan kemudian memajukan bibirnya. Entah mengapa ada sesuatu hal yang membuat dirinya tidak nyaman ketika tidak bertemu dengan Arion. Saat akan sarapan pagi, Zahira sudah tidak menemukan pria itu. Dia hanya mendengar Lily mengatakan bahwa Arion ada urusan dan pergi pagi-pagi sekali bersama dengan Sebastian. Bagaimana mungkin Zahira tidak kesal, sampai saat ini pria itu belum ada menghubunginya. Ingin sekali menghubungi Arion lebih dulu, namun dirinya gengsi dan juga takut akan mengganggu pekerjaan lelaki tersebut."Kasih tahu kenapa sih biar aku nggak mikirin kamu seperti ini. "Bibir gadis itu komat-kamit sambil memandang layar ponselnya. "Benar-benar buat kesel." Semangatnya bekerja di hari ini hilang seketika, saat Arion tidak menghubunginya sama sekali. "Hai lagi nyantai ya." Seorang dokter muda duduk di kursi yang ada di
"Aku sedih," lapor Helena. Bunga yang sudah bermekaran dihatinya kini layu dan gugur."Kenapa, apa dia melakukan sesuatu denganmu?" Zahira bertanya dengan membesarkan matanya. Jika benar seperti apa yang dipikirkannya, Zahira akan mendatangi dokter yang tidak berhati tersebut.Helena semakin menangis ketika mendengar pertanyaan dari Zahira."Kenapa sih mau-maunya diajak ke ruangannya." Zahira kesal. Baginya ruangan dokter Nizam, tempat yang paling menyeramkan. Helena tidak menjawab, justru malah semakin menangis dengan keras."Kamu diapain? Apa sudah digituin? Jangan bilang kalau kamu yang memaksanya melakukan itu?" Zahira bertanya tanpa henti.Helena semakin menangis ketika mendengar ucapan sahabatnya."Cerita Helen, jangan nangis aja." Zahira gemas ketika melihat tingkat temannya."Mimpi aku terlalu tinggi, aku ngarep dia minta aku ke ruangannya, karena ingin menjadikan aku salah satu kekasihnya, namun ternyata aku salah." Helena kembali menangis. Setelah mengetahui bahwa dokter t