Wajah Zahira sontak memerah menahan rasa marah dan malu.
Tidak diduganya bahwa ternyata si lelaki yang baru saja diselamatkannya ini tidak punya rasa malu!
Dalam kondisi sekarat saja, dia masih bisa menggodanya.
Dan .... sesuatu di antara selangkangan pria itu saja bahkan masih bisa berdiri dengan sempurna!
"Dasar mesum, dalam kondisi sekarat seperti ini bisa-bisanya pisang tandukmu berdiri." Zahira mengambil selimut dan melilitkan di tubuh Arion tanpa melihat area pribadi pria itu.
Di sisi lain, Arion tersenyum saat melihat wajah polos Zahira yang memerah seperti kepiting rebus.
"Aduh tolong pelan sedikit, Kamu menekan lukaku." Pria itu pura-pura meringis.Namun, Zahira hanya diam tanpa menghiraukan pria tersebut. Arion tersenyum tipis ketika Zahira melilitkan tubuhnya dengan selimut."Ina, bantu aku berjalan?" Wajah Arion tampak menahan sakit ketika mencoba untuk berjalan.Meskipun kesal Zahira tetap membantu pria bertubuh tinggi itu berjalan. Dengan sengaja Arion memanfaatkan kesempatan ini. Pria berwajah tampan itu melingkarkan tangannya di pinggang langsing Zahira."Jangan mencari kesempatan Jono!" kesal Zahira."Maafkan aku Ina, bukannya aku berniat untuk memanfaatkan situasi namun jika aku tidak memegangmu, aku akan terjatuh." Arion berkata sambil meringis.
Zahira tidak menjawab apa-apa, dia kemudian berjalan dengan pelan untuk membawa si pria itu ke kamar tamu.Arion memandang wajah cantik Zahira dengan tersenyum tipis. "Aku tidak menyangka, ternyata yang menolongku seorang bidadari," batinnya.Siapakah gadis yang telah menolongnya ini? Arion bertanya sendiri sambil terus memandang wajah imut sang gadis.Jika benar gadis itu yang mengobati luka ditubuhnya, apa mungkin dia seorang tenaga medis. Karena kemampuan seperti ini hanya bisa dilakukan oleh tenang ahli.Dilihatnya tiang penyanggah infus yang sedang di dorong Zahira. Hal ini membuat Arion semakin bertanya. Karena alat medis yang dimiliki oleh Gadis itu tergolong lengkap.Namun ketika melihat wajah imut si gadis, Arion yakin bahwa dia bukanlah seorang tenaga medis. Karena wajah gadis Itu tampak masih belia dan juga imut. Bahkan bisa dikatakan wajahnya seperti anak SMA.Zahira membuka pintu kamar dan kemudian memandang Arion."Kamu bisa berbaring di sini."Arion diam memandang kamar berukuran kecil yang diberikan oleh Zahira."Apa ini yang kamu katakan kamar?" Arion memandang Zahira dengan mengerutkan keningnya."Iya, apa ada masalah?" Tanya Zahira yang kemudian pergi meninggalkan kamar.Arion terdiam memandang kamar yang berukuran kecil itu. Tidak lama Zahira kembali masuk ke dalam kamar sambil membawakan barang-barang pribadi si pria."Aku tadi mengeluarkan dompet dan ponsel mu. Karena aku sedang mencuci pakaian mu. Ini barang-barang milik mu." Zahira memberikan barang pribadi milik Arion."Apa kamu membuka dompet ku?" tanyanya."Tidak," jawab Zahira.Arion bernapas lega saat mendengar jawaban si gadis."Sejak tadi ponsel kamu tidak henti-hentinya berdering. Aku tidak berani untuk menjawab. Jadi semua panggilan aku tolak," jelas Zahira."Tidak apa, terima kasih," jawab Arion mengambil ponsel tersebut."Aku mandi dulu, nanti aku akan memasakkan menu makanan malam untuk mu." Zahira menyalakan kipas angin, agar pria itu tidak kepanasan."Terima kasih, aku mau steak daging dan spaghetti," jawab Arion."Hai, kamu pikir ini restoran." Zahira membesarkan matanya. Dengan sangat kesal, dia pergi meninggalkan kamar si pria.Arion senyum-senyum sendiri ketika melihat pintu kamarnya yang sudah di tutup rapat. "Aku yakin dia, gadis yang sangat cerdas. Karena bisa melakukan pekerjaan seperti ini."Namun tiba-tiba saja Arion merinding ketika membayangkan bahwa dirinya merupakan kelinci percobaan untuk gadis muda itu.Arion tidak yakin jika gadis semuda Zahira sudah menjadi tenaga medis. Dan yang bisa melakukan pekerjaan seperti ini hanya dokter ataupun perawat. Namun wajah Gadis itu masih begitu sangat imut dan terlihat.aaih ABG. Tidak mungkin dia sudah menyelesaikan sekolah tingkat universitas.Zaman sekarang begitu banyak orang yang melakukan uji coba termasuk mengenai pengobatan secara medis. Ilmu yang seharusnya didapatkan di sekolah kedokteran justru diambil dari menonton video dan mempelajari caranya lewat video-video tersebut.Bulu Kuduk Arion merinding ketika membayangkan hal itu terjadi padanya. Dalam situasi Genting seperti ini dia pun tidak bisa menyalahkan gadis remaja itu.Bukan hanya sekedar kagum dengan wajah cantik Zahira. Arion juga kagum dengan kecerdasan si gadis."Ina." Arion menyebut nama yang tadi sempat di katakan si gadis."Bila dia yang merawatku, aku tidak keberatan bila harus di sini hingga berbulan-bulan." Senyum mengembang di wajah tampannya."Tapi di mana, aku saat ini? Aku lupa bertanya kepadanya." Arion menyalahkan ponselnya.Dilihatnya panggilan masuk dari nomor orang kepercayaannya. Panggilan itu terjadi sekitar 1 jam yang lalu. Itu artinya saat ia sudah berada di rumah gadis yang menyelamatkannya. Tidak ada pesan yang masuk dari nomor tersebut. Orang kepercayaannya itu, hanya menghubungi berulang-ulang kali."Apa dia sudah mengkhianatiku?" Arion mulai mengingat sikap dan perilaku David.Rasa percaya kepada asistennya itu sudah memudar. Arion sudah tidak bisa untuk percaya begitu saja. Setelah ini pria itu akan di coret dari daftar orang kepercayaannya."Jika kalian tidak mencurangi ku dengan cara kotor, aku pasti tidak akan seperti ini." Rasa sakit dihati jauh lebih menyakitkan dari pada luka di tubuhnya. "Ternyata lokasi ini cukup jauh dari ibu kota. Aku menyesal mempercayai orang itu. Aku tidak menyangka kalau dia ternyata seorang penghianat." Arion melihat di mana posisinya saat ini dari g****e map. Rasa marah karena dikhianati, nampak jelas di matanya. Namun walau bagaimanapun, dia tetap merasa senang dan bahagia. Bisa berjumpa dengan Zahira. Gadis yang memiliki 1000 pesona.Diperhatikannya setiap sudut kamar yang saat ini ditempatinya. Kamar ini cukup kecil dan hanya ada spring bed untuk 1 orang, lemari pakaian kecil dan kipas angin. Bila diperhatikan, kamar ini seperti tidak ada yang menepatinya. Namun tetap sangat bersih dan rapi.Pria itu mengusap bagian perutnya yang saat ini menempel perban. Meskipun gadis itu mengatakan sudah memberikannya obat penghilang rasa sakit, namun tetap saja dia merasakan rasa nyeri dan pedih.Awalnya Arion menurut dengan perintah Zahira. Dia duduk di atas tempat tidur sambil memeriksa ponselnya. Namun ternyata hal itu membuat dia merasa bosan dan memilih untuk keluar dari kamar.Zahira yang sedang berada di dapur sangat terkejut ketika melihat Arion yang sudah berada di dapur."Aku menyuruhmu untuk beristirahat, kenapa malah datang ke sini?" Zahira memandang pria itu dengan marah."Aku bosan di dalam kamar, panas." Arion berkata dengan wajah tanpa dosa.Zahira kesal memandang Arion. "Jaga api komporku," kata Zahira yang kemudian pergi masuk ke dalam kamar dengan wajah yang cemberut.Awalnya Zahira menduga bahwa si lelaki tidak sanggup untuk berjalan. Mengingat luka yang cukup parah ditubuh pria itu.Namun ternyata dia salah, pria itu tetap gentayangan sesuka hati tanpa melilitkan selimut di tubuhnya. Jika ada warga yang mengetahui hal ini, sudah pasti dia akan di paksa nikah oleh pak RT.Dibukanya pintu lemari dan mencari pakaian yang sekiranya muat di tubuh si lelaki. Melihat sikap si laki-laki pembohong itu, membuatnya frustasi. Bagaimana mungkin pisang tanduk si laki-laki itu bisa berdiri dengan gagahnya, tanpa di sentuh."Badannya besar dan tinggi, mana ada baju yang muat dengan dia." Zahira mengomel.Cukup lama mencari pakaian didalam lemari, namun tetap tidak menemukan pakaian yang bisa di pakai Arion.Zahira tersenyum saat melihat daster berwarna biru dengan motif bunga-bunga miliknya. Daster ini, bahannya bisa melebar dan berukuran jumbo. Pasti muat untuk si lelaki. Zahira berharap agar pria itu tidak menolak.Gadis cantik itu terus saja mengomeli sambil mencarikan celana dalam untuk si lelaki. Jika hanya memakai daster tanpa celana dalam, sudah pasti pisangnya tetap saja berdiri."Sepertinya ini muat." Senyum mengembang di bibirnya saat menemukan apa yang dia carinya. Celana berbentuk segi tiga berwarna pink. Kondisi sudah molor bagian karet dan kainnya. Zahira bersyukur belum membuangnya!***"Apa ini?" Arion bertanya saat Zahira memasangkan baju untuknya."Kamu pakai bajuku dulu. Besok aku akan belikan kamu baju baru." Zahira berusaha menahan tertawanya, saat melihat wajah pria tampan nan tinggi dan tegap itu, menjadi cantik."Ini baju apa?" Tanyanya. Kening pria tampan itu berkerut memandang baju yang di pakainya. "Daster," jawab Zahira."Daster?" Arion kembali mengulang kata yang diucapkan Zahira."Iya, baju kaos kedodoran. Kamu sedang sakit dan banyak jahitan di tubuh mu. Baju ini sangat cocok untuk mu, kainnya lembut dan tidak ngepas." Zahira berbicara asal sambil membujuk si lelaki. Bersyukur pria itu tidak tahu daster, sehingga bisa membodohi si pria seperti ini.Arion hanya menganggukkan kepalanya dan percaya dengan apa yang dikatakan Zahira. "Pantas saja panjangnya sampai selutut ku." Perutnya sudah kram menahan tertawa. Bahkan sekarang wajah Zahira sudah tampak merah karena harus menahan napas dan ketawa yang siap meledak. "Tunggu sebentar, aku mau ke kamar ma
"Coba aja tadi nurut, mau pakai selimut untuk nutupin anunya, pasti nggak bakalan aku kasih daster seperti ini," batinnya. Meskipun ada rasa bersalah terhadap pria itu, namun menurutnya ini merupakan solusi terbaik."Besok, jika situasi di luar sudah aman, aku akan ke pasar untuk membelikan kamu baju dan ikan gabus." Zahira berkata sambil memotong kentang."Aku tidak suka ikan gabus." Mendengar nama ikan itu saja, sudah membuatnya ragu untuk mencoba. "Rasa ikannya sangat enak, kamu harus mencobanya dulu," bujuk Zahira. Arion hanya diam saat mendengar ucapan gadis tersebut.Zahira sudah tidak berbicara lagi. Gadis itu mulai sibuk dengan menu yang akan dimasaknya. Sebenarnya Arion ingin beranjak dari duduknya dan berdiri di samping Zahira. Dia ingin melihat secara langsung, apa yang sedang di masakan oleh gadis tersebut. Namun luka-luka ditubuhnya terasa amat sakit, perih, nyeri dan berdenyut-denyut, hingga membuat pria itu memilih untuk tetap duduk"Apa sudah selesai?" Arion memand
Pria itu menatap wajah cantik Zahira. Sampai saat ini ia masih belum percaya bahwa gadis itu seorang dokter."Bila melihat wajahmu aku sangat tidak percaya kalau kamu itu seorang dokter, karena kamu tampak masih sangat muda." Akhirnya Arion mengungkapkan keraguannya. Zahira tersenyum ketika mendengar keraguan yang dirasakan oleh pria tersebut. "Usia 5 tahun aku sudah kelas 1 SD dan aku selalu mendapat juara kelas di sekolahku. Bahkan aku selalu memegang juara umum di sekolah. Aku selalu berprestasi, mulai dari sejak di taman kanak-kanak hingga sampai aku tamat SMA. Di usia 17 tahun aku sudah menyelesaikan sekolah SMA dan aku lulus di kedokteran. Umur 21 tahun aku berhasil menyelesaikan studi S1 kedokteranku dan cumlaude dengan IPK 3,95 dan menyelesaikan studi 3,6 bulan. 1,6 tahun, aku selesai koas." Dengan penuh kebanggaan gadis itu menceritakan presentasi yang dimilikinya. Mulut Arion terbuka ketika mendengar penjelasan dari Zahira. Ini untuk pertama kalinya, ia mendengar cerita g
"Ina." Arion memanggil gadis yang sedang merapikan meja makan."Iya mas," jawab Zahira. Setelah melakukan perdebatan panjang untuk sebuah panggilan, akhirnya Zahira memanggil pria itu dengan sebutan mas. Karena si pria tidak ingin terlihat tua bila di panggil om, atau uncle."Apa kamu merasa kalau rumah ini sedang dipantau dari luar?" Arion bertanya dengan raut wajah serius. "Iya mas, tadi aku mengintip di jendela. Masih ada 2 orang yang terus memandang ke sini." Zahira berkata dengan santai.Arion diam ketika mengetahui ternyata gadis itu mengetahui hal tersebut. Namun Zahira terlihat santai tanpa ada ketakutan di wajahnya. Padahal saat ini keselamatannya sedang terancam. "Apa kamu tidak takut?" "Takut sebenarnya tapi ya mau gimana lagi. Pengennya bersembunyi di dalam ruang bawah tanah, tapi sayangnya nggak punya. Jadi ya hanya bisa pasrah." Zahira tersenyum.Arion menarik napas panjang kemudian menghembuskan secara perlahan-lahan. "Maafkan aku yang sudah menyeret mu ke dalam perm
"Silahkan masuk, saya akan memeriksa kondisinya." Zahira mempersiapkan ketiga pria itu untuk masuk. Ia merasa lega, karena warga yang mengantar, ikut masuk ke dalam rumah. Kedua pria yang datang bersama dengan pasien duduk di lantai, sedangkan pria yang terluka direbahkan di lantai yang beralaskan karpet. "Sebentar, saya ambil alat medis di kamar." Zahira tampak tenang dan kemudian pergi untuk mengambil perlengkapan medisnya. Dengan cepat ia datang dengan membawa tas yang berisi alat medisnya. Wanita itu mulai memeriksa kondisi detak jantung pasien. Kondisi bahu pasien terbelah, hingga ia tidak bisa membuka pakaian si pria. Zahira akhirnya menggunting baju yang dipakai pria tersebut. "Kondisi luka sangat parah, bahkan lukanya sampai ke bagian tulang dan bersyukur tangan tidak putus. Pasien juga sudah banyak kehilangan darah. Hanya saja saya tidak bisa memberikan penanganan yang intensif untuk pasien. Berhubung alat medis yang tidak memadai. Jadi saran saya, teman anda langsung
"Di luar banyak nyamuk, nanti mas habis digigit, baby," Seloroh Arion. "Kalau nggak mau digigit nyamuk, ya gigit balik nyamuknya. Mas Jono jangan macam-macam ya, ingat aku dokter." Gadis itu tersenyum licik. Mendengar ucapan si gadis, pria itu menjadi lemas. Bagaimana bila dokter muda itu membuatnya tidur setiap waktu. Itu artinya, ia tidak akan memiliki banyak waktu untuk mengenal si gadis. Yang ada dibenak pikirannya saat ini, hanya ingin mengenal super Hero nya lebih jauh. Arion tertawa kering mendengar ancaman si gadis."Terima kasih kamu sudah mau membantuku dan menyelamatkan aku seperti ini." Pria itu berkata dengan penuh ketulusan."Aku sudah katakan, ini tugasku jadi jangan merasa tidak enak." Zahira tidak ingin jika Arion merasa berhutang budi kepadanya. Apa yang dilakukannya, murni karena profesinya sebagai dokter.Tanpa berkata apa-apa, Zahira membawa pria itu untuk kembali ke kamar tamu. Arion hanya bisa pasrah dan mengikuti perintah. Kini ia sudah berbaring di atas tem
"Makanya jadi orang jangan mesum, kondisi sudah seperti ini masih mikir yang aneh-aneh." Zahira tertawa mengejek Arion. Arion berusaha menahan ketawanya, Agar perutnya tidak terasa semakin sakit. "Aku akan membalas mu jika aku sudah sehat nanti. Lagi pula ini pertanda kalau aku ini normal Baby."Zahira hanya diam tanpa menjawab."Tapi aku serius, aku tidak suka jika kamu melihat banyak milik pria." Arion kembali mengulang ucapannya."Aku ini seorang dokter, mulai dari anak bayi sampai kakek-kakek aku melihatnya dan bahkan aku sering memotongnya." Zahira tertawa kecil seperti psikopat.Tangan Arion reflek menyentuh pistol airnya. Tiba-tiba saja nyalinya menciut setelah mendengar perkataan Zahira. . Zahira semakin tidak habis pikir dengan ucapan si pria. Hubungan mereka hanya sebatas pasien dan dokter. Saat ini lelaki itu juga bisa menjadi pasiennya, karena masuk ke dalam rumahnya. "Tidur." Zahira tersenyum dan menarik hidung Arion. Sejak tadi dia sudah sangat geram melihat tingkah s
"Ini kunci mobil mu, aku akan kembali ke Indonesia." Bastian memberikan kunci mobil McLaren MP4/4 kepada rekannya. Pria berusia 40 tahun itu, masih menikmati hidup bebas tanpa istri dan menekuni hobi balapnya hingga ke manca Nagara. Mungkin sudah saatnya ia harus kembali ke perusahaan dan membantu sang keponakan. "Kenapa, jam 10 ini kita akan melawan Me lee?" Alex terkejut saat mendengar apa yang dikatakan rekannya."Ada masalah, aku sudah memesan tiket pesawat. Jam 9 ini, pesawat ku akan berangkat," jelas Bastian."Mengapa harus terburu-buru seperti ini Bass. Ayolah Bass, apa kau akan melewati kesempatan mengemudikan mobil balap terbaik di dunia. McLaren MP4/4, bahkan terdaftar di urutan pertama pada daftar mobil balap terkeren di dunia," bujuk Alex. Pria bermata kecil itu, mencoba membujuk sahabatnya. "Aku tertarik, namun tidak sekarang. Saat ini urusanku lebih penting." Bastian berkata sambil mengikat penuh rambutnya yang panjang sebahu. Alex sudah tidak bisa berkata apa-apa lag
Setelah selesai menjenguk sang Papi, Shelina berpindah ke lapas perempuan. Ia di kursi tunggu sambil menunggu kedatangan sang Mami dan juga Kakaknya. Shelina tersenyum ketika melihat Ema dan Alina datang secara bersama. "Mami, Shelin bahwa dimsum." Dengan senyum ceria Shelina memeluk Ema. Setelah seluruh keluarganya ditahan, Shelina kehilangan semangat dalam hidupnya. Ia juga tidak bisa bebas keluar, karena pembencinya yang begitu banyak. Dimanapun Shelina berada, Jika berjumpa dengan masyarakat, pasti langsung di hujat. Tak jarang juga, ia dipukul dan dipermalukan di depan umum. Karena statusnya anak seorang pembunuh. Naman Irwan yang melekat di belakang namanya, membuat Shelina tidak bisa bekerja di manapun. Namun walau seperti kondisinya, Shelina tetap tidak mengeluh dan menyalakan orang tuanya."Wah enak sekali, apa ini Shelin yang masak?" Ema langsung membuka kotak makanan dan mencicipi masakan yang dibawakan Shelina."Iya dong mi," jawab Shelina dengan bangga."Enak sekali k
Shelina tidak kuasa menahan tangisnya ketika melihat berita. Pemberitaan diberitahukan bahwa tanggal eksekusi mati untuk 3 orang terpidana pembunuhan sadis sudah di tetapkan. Tanggal 25 Januari 2025, tiga orang terpidana akan dieksekusi. Terpidana itu adalah Heru Irawan 50 tahun, Ema Sari 47 tahun, Alina Irawan, 25 tahun. Itu artinya hanya satu Minggu lagi. Seharusnya Heru sudah di hukum mati sejak tanggal 10 November 2024. Namun ternyata diundang hingga tanggal 25 Januari. Shelina duduk termenung sambil memandang foto keluarga. Foto ini diambil ketika Alina baru kembali dari Paris. Ia tidak menduga bahwa inilah foto terakhirnya bersama keluarga. Kuat tidak kuat, ia harus tetap menghadapinya dan mencoba untuk iklas menerima kematian orang-orang yang disayanginya dengan cara seperti ini. Mungkin dengan cara kematian seperti ini dosa-dosa mereka dapat sedikit terampuni. Tubuh Shelina semakin lama semakin lemah. Kesehatannya juga semakin memburuk. Seharusnya dia sudah menjalani operasi
"Apa?"tanya Jhon. Pria itu terlalu polos dan tidak bisa memikirkan hal yang menarik seperti Arion."Balas dendam terbaik dengan menjadikan Mereka manusia sampah. Dipandang hina dan menjijikan. Hidup segan mati tak mau," bisik Arion "Maksudmu?" tanya Jhon yang masih tidak paham. "Kau bisa memotong kedua tangan mereka. Memotong kaki, cungkil juga matanya. Jika tidak ingin mereka berbicara dan bernyanyi, potong lidahnya juga," kata Arion.Tubuh Agus dan tiga orang rekannya yang lain langsung gemetar bahkan sampai kencing di celana. Meskipun anggota tubuhnya masih utuh, namun dia sudah bisa membayangkan jika tidak memiliki kaki. Lalu bagaimana dengan nasib anak istrinya.Jhon menganggukkan kepalanya tanda setuju. Bahkan pria itu terlihat sangat bersemangat. Apa yang dikatakan Arion benar-benar menarik. "Aku akan potong tangan, kaki, congkel mata dan potong pisangnya juga." Ha... Ha .... Suara tertawa Jhon memenuhi seisi ruangan tersebut. "Kau suruh orang gila bertindak?" Sebastian yan
"Kau tidak dengar apa yang aku katakan." Arion meninju perut Agus dengan keras. Hingga pria itu menjerit kesakitan."Aku." Agus ingin berbicara namun tidak bisa. Kakinya sudah gemetar lebih dulu. Bahkan ia sangat ketakutan untuk mengakui semua perbuatan bejatnya terhadap Cecilia.Setelah peristiwa itu, Cecilia menjadi gila. Itu artinya tidak ada yang akan mengetahui apa sebenarnya yang terjadi terhadap wanita itu. Ia sangat yakin bahwa perbuatannya tidak akan pernah diketahui oleh siapapun. Terbukti selama 7 tahun ini ia bisa hidup nyaman tanpa ada yang mengetahui apa yang telah dilakukannya di masa lalu. Agus juga memiliki istri serta dua orang anak. Bisa dikatakan hidupnya sangat bahagia. "Jelaskan apa maksudmu." John sudah mulai marah. Kepalanya pusing ketika menebak apa yang sebenarnya terjadi."Kau tidak bisa jelaskan?" Arion menunjuk wajah pria itu dengan keras. "Barang milik mu ini sudah menghancurkan hidup seorang gadis, hingga dia gila dan bahkan melahirkan anak. Apa kau ta
"Kau devil, setelah apa yang kau lakukan terhadap adikku, kau katakan tidak mengenalinya?" John begitu sangat marah dan ingin meninju Arion. Namun sayang Arion tak bernyali melawannya. Bahkan sengaja mengingat tangan serta kakinya. "Aku tidak pernah mengelak dengan apa yang telah kulakukan. Aku memang dulunya sering melakukan hal seperti itu dengan para wanita. Namun asal kau tahu, aku tidak pernah memperlakukan wanita dengan cara menjijikan seperti itu. Perbuatan yang seperti itu bukan aku banget. Pada umumnya para wanita bodoh yang menyerahkan tubuhnya secara sukarela. Dan mereka juga melakukannya dalam keadaan sadar. Mereka juga yang memaksaku untuk menyentuhnya. Jadi aku tidak pernah membuat hal memalukan seperti itu. Aku juga tidak pernah meminta lawan main ku untuk menutup mata seperti sedang bermain Lu-lu China buta." Tak ada ekspresi apapun dari raut wajahnya. Dan hal ini yang membuat John semakin marah."Kau tidak perlu berbohong?" Jangan tersenyum mengejek. Kondisinya saat
Alex beserta anak buahnya sudah berada di parkiran mobil. Saat ini mereka berada di perusahaan milik John. Sesuai jadwal, pria dengan rambut plontos itu keluar dari kantornya dan langsung ke parkiran mobil. John berjalan dengan santai menuju ke parkiran. Jika dilihat gaya serta gerak-geriknya tidak ada sedikitpun mencerminkan bahwa dia salah seorang pembunuh yang ikut serta dalam misi Heru. Tempat parkiran khusus untuk pemilik perusahaan ini memang termasuk sepi, karena hanya ada satu mobilnya yang terparkir di sana. Kondisi seperti ini dimanfaatkan Alex dengan baik. Dalam waktu singkat mereka sudah berhasil melumpuhkan John. Pria bertubuh tinggi itu tidak sadarkan diri ketika tekuk lehernya dipukul dengan keras. Alex meminta kepada anak buahnya untuk memasukkan John ke dalam mobil. Setelah itu mengikat tangan serta kaki pria tersebut dan membawanya ke markas yang sudah ditentukan oleh Arion. Didalam markas ini sudah ada 4 orang pria yang merupakan Agus beserta 3 orang rekannya.
"Mungkin kau bisa ingat ketika melihat fotonya." Sebastian menunjukkan foto seorang gadis yang disimpannya di galeri. Arion memandang foto itu dengan serius namun tetap menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak mengingat gadis itu. "Apa benar dia pernah tidur denganku? Aku saja baru melihat wajahnya.""Kau tidak mengingatnya?""Sama sekali tidak paman. Jika si John itu bekerja sama dengan paman Heru sejak 6 tahun terakhir, kemungkinan aku mengenal adiknya lebih dari 6 tahun."Sebastian menganggukkan kepalanya. "6, 7 bahkan 10 tahun yang lalu sekalipun, aku bukanlah pria brengsek. Aku baru menjadi seperti itu sejak 5 tahun terakhir, dan tobat setelah mengenal Zahira." Arion mengingat kembali dosa masa lalunya."Ya mana aku tahu kalau masalah di atas ranjang kau," jawab Sebastian.Arion menggelengkan kepalanya. "Apa benar dia tidur denganku?"Sebastian mengambil handphonenya dan menghubungi orang yang selama ini diperintahkan nya menyelidiki tentang Jhon. "Coba kau selidiki kapa
"Aku merasa menjadi anak yang durhaka, paman. Mereka yang sudah membunuh papi, mami serta calon adikku. Namun aku justru menjadi dia raja. Aku beri saham yang cukup tinggi. Dengan tujuan dia, istri dan anak-anaknya hidup serba berkecukupan. Aku beri dia jabatan yang tinggi, agar semua orang menghormatinya." Arion tertawa sumbang. Meskipun hukuman mati sudah di tentukan untuk mengakhiri hidup Heru berserta keluarganya, tetap saja Arion merasakan sakit yang luar biasa. Bahkan dia tidak akan pernah memaafkan orang itu. Jangankan untuk memaafkan, melihat wajahnya pun tak sudi."Ya sudahlah kalau kau tidak mau berjumpa dengan orang itu. Aku hanya menyampaikan pesan Briptu Ambri. Jika aku jadi kau, aku juga tidak akan mau berjumpa dengan dia." Sebastian mengangkat kedua bahunya dan dengan gaya acuh tak acuh. Sudah berulang kali Heru meminta untuk berjumpa dengannya. Namun Arion tidak mau menerima bertemu dengan pria bejat tersebut. Ia juga tidak tertarik untuk mendengar drama kesedihan He
Arion sibuk dengan handphone ditangannya, sedangkan mata melirik ke arah Zahira yang sedang memakai baju. Perut istrinya itu sudah semakin besar, namun mengapa Zahira terlihat semakin menggoda. Bobot berat tubuhnya bertambah hingga 15 kg, membuat tubuhnya terlihat berisi dan semok. "Hubby, tolongin." Zahira berkata ketika kesulitan memasukkan kakinya ke dalam kaki celana. "Tolong apa?" Arion berpura-pura sibuk dengan handphone nya sehingga tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh Zahira. "Hobi, Hira susah pakai celana," kata Zahira dengan kesal."Kalau begitu tidak usah dipakai sweet heart. Arion melepaskan handphone di tangannya dan langsung mendekati istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur. "Hobi mau ngapain?" Zahira memandang Arion dengan mata terbelalak. "Kata dokter agar pembukaan cepat maka si botak harus sering-sering lihat anak." Arion tersenyum mesum memandang perut buncit Zahira. Sebagai seorang dokter, Zahira tidak bisa membantah Perkataan suaminya. "Iya, t