Pria itu menatap wajah cantik Zahira. Sampai saat ini ia masih belum percaya bahwa gadis itu seorang dokter.
"Bila melihat wajahmu aku sangat tidak percaya kalau kamu itu seorang dokter, karena kamu tampak masih sangat muda." Akhirnya Arion mengungkapkan keraguannya.Zahira tersenyum ketika mendengar keraguan yang dirasakan oleh pria tersebut."Usia 5 tahun aku sudah kelas 1 SD dan aku selalu mendapat juara kelas di sekolahku. Bahkan aku selalu memegang juara umum di sekolah. Aku selalu berprestasi, mulai dari sejak di taman kanak-kanak hingga sampai aku tamat SMA. Di usia 17 tahun aku sudah menyelesaikan sekolah SMA dan aku lulus di kedokteran. Umur 21 tahun aku berhasil menyelesaikan studi S1 kedokteranku dan cumlaude dengan IPK 3,95 dan menyelesaikan studi 3,6 bulan. 1,6 tahun, aku selesai koas." Dengan penuh kebanggaan gadis itu menceritakan presentasi yang dimilikinya.
Mulut Arion terbuka ketika mendengar penjelasan dari Zahira. Ini untuk pertama kalinya, ia mendengar cerita gadis yang memiliki otak jenius dan terbukti dengan prestasi akademik yang dimiliki si gadis. "Aku tidak menyangka ada gadis cantik yang paket komplit seperti dirimu." Meskipun terdengar gombal tapi itu memang kata-kata yang keluar dari ungkapan hatinya.Zahira hanya tersenyum saat mendengar ucapan si pria."Bila aku menebak, apa usiamu, 22 tahun?"Aira menganggukkan kepalanya."Ternyata kamu masih sangat muda. Kalau begitu kamu tidak boleh memanggil namaku saja." Arion tersenyum tipis."Kalau begitu apa aku harus panggil, om?" Zahira tersenyum mengejek si pria. Berapa umur Arion yang sesungguhnya, ia sudah tahu. Usia mereka terpaut 10 tahun.Meskipun usianya tidak mudah lagi, namun Arion tidak terima bila di panggil om. "Aku belum tua."Zahira hanya mencibir mendengar ucapan si lelaki."Apa wajah ku sudah terlihat tua? Apa karena dia dokter, sehingga bisa menebak usia ku?" Arion membatin.Untuk pertama kalinya, dia merasa tidak percaya diri mendekati seorang gadis. Bila Zahira sama seperti para wanita yang selalu mengejarnya, mungkin tidak akan sulit untuk didapatkan. Namun gadis ini berbeda."Apa yang aku pikirkan, mengapa aku sudah berpikir jauh seperti ini." Arion memaki dirinya sendiri. Lelaki itu menarik napas panjang dan kemudian menghembuskan secara berlahan-lahan. "Aku bukan tua, tapi dewasa."Zahira tertawa ngakak ketika mendengar pembelaan diri pria tersebut. "Apa susahnya mengakui tua." Gadis itu mengejek dan menjulurkan lidahnya. Entah mengapa, ia suka mengerjai pria tampan tersebut.Arion menarik napas panjang dan menghembuskan secara berlahan-lahan. Sepertinya perdebatan untuk sebuah panggilan, tidak akan mudah terselesaikan.***Wajah pria itu merah padam. Ia begitu sangat takut dan juga panik. Bagaimana mungkin, targetnya bisa lolos. Padahal rencana sudah disusun sebaik-baiknya. kemungkinan gagal hanya 5% dan pria itu tidak menyangka bahwa kegagalan lima persen itulah yang sekarang dialaminya."Apa kalian masih tidak bisa menemukannya?" Pria itu berkata dengan nada suara yang tinggi."Belum pak.""Bodoh." Pria itu mengamuk kepada anak buahnya. Ditendangnya dengan keras bagian perut orang suruhannya tersebut, hingga pria itu terjatuh dan terduduk di lantai."Orang kita berhasil menusuk bagian perutnya dan juga luka-luka dibagiqn tubuhnya yang lain. Saya yakin dia sudah mati." Pria itu masih bisa berkata dan menjelaskan."Aku tidak akan bisa percaya dengan ucapan mu, jika mayatnya tidak ditemukan." Satu tendangan keras mendarat di kepal laki-laki tersebut. Laki-laki itu hanya bisa mengerang kesakitan. Tapak sepatu pantofel yang dipakainya, membuat kepala anak buahnya berdarah. Tidak puas hanya menendang 1 kali, pria itu kembali menengadah bagian kepala berulang-ulang kali, hingga anak buahnya itu tergeletak dan pingsan.Pria yang baru saja masuk ke dalam rumah, tampak ketakutan saat melihat kondisi rekannya yang sudah tergeletak. "Saya belum menemukan keberadaannya pak," lapor seorang pria yang berdiri tidak jauh dari sang bos. Sorot mata big bosnya itu, seakan menguliti tubuhnya.Pria itu semakin marah ketika mendengar laporan anak buahnya. Hanya menghadapi satu orang Arion saja kalian tidak bisa. Ditamparnya wajah pria tersebut dengan keras. Bukan hanya sekedar menampar, pria itu juga meninju hidung pria yang masih berdiri Koko di depannya. Hingga hidung pria itu mengeluarkan darah.David sudah tidak mampu untuk bersabar. Hingga malam seperti ini, tak ada seorangpun anak buahnya yang memberikan laporan yang memuaskan."Bagaimana dengan rumah yang sudah kalian awasi itu?" David bertanya saat dua orang anak buahnya masuk ke dalam rumah. Rumah yang menjadi markas mereka memang berada jauh dari pemukiman padat penduduk. Ia sudah merencanakan untuk membawa Arion ke rumah ini, namun ternyata rencananya berantakan."Rumah itu tampak sepi pak, namun di dalamnya ada orang karena memang yang menjadi penghuni rumah itu seorang perempuan. Menurut keterangan warga yang ada di dekat sana, dia seorang dokter." Pria bertubuh tinggi dan berkulit hitam itu menjelaskan susuai dengan laporan warga tempatan."Apalagi yang telah kau dengar?" David sedikit memicingkan matanya. Saat ini, hanya ada dua pilihan untuknya. Arion mati atau dirinya sendiri yang mati."Namun saya tidak yakin bila orang yang kita cari ada di rumah wanita itu. Tidak ada seorangpun yang melihat orang yang kita cari disekitar tempat tersebut. Rumah itu juga, terlihat tenang seakan tidak ada apa-apa." Pria itu mengungkapkan praduga nya.Senyum mereka di bibir David setelah mendengar informasi yang disampaikan oleh anak buahnya. Kini setidaknya ada harapan untuk menemui orang yang sedang dicarinya, meskipun tidak yakin orang itu ada di rumah yang dicurigai.Leo mengambil samurai di atas meja. Tanpa ada rasa kasihan pria itu melayangkan samurai bermata tajam itu ke bahu anak buahnya. Hingga membuat pria yang tadi dihajarnya menjerit kesakitan."Bahwa dia ke rumah dokter itu katakan kalau dia dibegal di jalan. Ingat kau perhatikan rumah itu dan kau harus memastikan, apakah dokter itu yang menyimpan Arion di rumahnya." Leo berkata dengan senyum mengembang di bibirnya."Baik pak," jawab kedua pria itu yang kemudian membawa temannya yang saat ini sedang merintih kesakitan. Samurai yang begitu sangat tajam hampir membuat pria itu kehilangan tangannya.David kembali duduk di kursinya. Meskipun sudah mendengar informasi dari kedua anak buahnya namun pria itu masih tetap tidak bisa tenang. Bila misi ini gagal maka nyawanya yang akan menjadi taruhan. Bukan hanya dirinya saja yang terancam tapi juga keluarganya. Hal inilah yang ditakutinya.Ada rasa menyesal ketika berkhianat kepada pria yang sudah menaikkan derajatnya. Namun keserakahan dan mimpi untuk memiliki kekuasaan yang membuat dirinya kilap mata. Yang saat ini harus dilakukannya adalah menemukan Arion dalam keadaan hidup ataupun mati...."Aku tak bisa membuat rencana ini gagal."
***"Ina." Arion memanggil gadis yang sedang merapikan meja makan."Iya mas," jawab Zahira. Setelah melakukan perdebatan panjang untuk sebuah panggilan, akhirnya Zahira memanggil pria itu dengan sebutan mas. Karena si pria tidak ingin terlihat tua bila di panggil om, atau uncle."Apa kamu merasa kalau rumah ini sedang dipantau dari luar?" Arion bertanya dengan raut wajah serius. "Iya mas, tadi aku mengintip di jendela. Masih ada 2 orang yang terus memandang ke sini." Zahira berkata dengan santai.Arion diam ketika mengetahui ternyata gadis itu mengetahui hal tersebut. Namun Zahira terlihat santai tanpa ada ketakutan di wajahnya. Padahal saat ini keselamatannya sedang terancam. "Apa kamu tidak takut?" "Takut sebenarnya tapi ya mau gimana lagi. Pengennya bersembunyi di dalam ruang bawah tanah, tapi sayangnya nggak punya. Jadi ya hanya bisa pasrah." Zahira tersenyum.Arion menarik napas panjang kemudian menghembuskan secara perlahan-lahan. "Maafkan aku yang sudah menyeret mu ke dalam perm
"Silahkan masuk, saya akan memeriksa kondisinya." Zahira mempersiapkan ketiga pria itu untuk masuk. Ia merasa lega, karena warga yang mengantar, ikut masuk ke dalam rumah. Kedua pria yang datang bersama dengan pasien duduk di lantai, sedangkan pria yang terluka direbahkan di lantai yang beralaskan karpet. "Sebentar, saya ambil alat medis di kamar." Zahira tampak tenang dan kemudian pergi untuk mengambil perlengkapan medisnya. Dengan cepat ia datang dengan membawa tas yang berisi alat medisnya. Wanita itu mulai memeriksa kondisi detak jantung pasien. Kondisi bahu pasien terbelah, hingga ia tidak bisa membuka pakaian si pria. Zahira akhirnya menggunting baju yang dipakai pria tersebut. "Kondisi luka sangat parah, bahkan lukanya sampai ke bagian tulang dan bersyukur tangan tidak putus. Pasien juga sudah banyak kehilangan darah. Hanya saja saya tidak bisa memberikan penanganan yang intensif untuk pasien. Berhubung alat medis yang tidak memadai. Jadi saran saya, teman anda langsung
"Di luar banyak nyamuk, nanti mas habis digigit, baby," Seloroh Arion. "Kalau nggak mau digigit nyamuk, ya gigit balik nyamuknya. Mas Jono jangan macam-macam ya, ingat aku dokter." Gadis itu tersenyum licik. Mendengar ucapan si gadis, pria itu menjadi lemas. Bagaimana bila dokter muda itu membuatnya tidur setiap waktu. Itu artinya, ia tidak akan memiliki banyak waktu untuk mengenal si gadis. Yang ada dibenak pikirannya saat ini, hanya ingin mengenal super Hero nya lebih jauh. Arion tertawa kering mendengar ancaman si gadis."Terima kasih kamu sudah mau membantuku dan menyelamatkan aku seperti ini." Pria itu berkata dengan penuh ketulusan."Aku sudah katakan, ini tugasku jadi jangan merasa tidak enak." Zahira tidak ingin jika Arion merasa berhutang budi kepadanya. Apa yang dilakukannya, murni karena profesinya sebagai dokter.Tanpa berkata apa-apa, Zahira membawa pria itu untuk kembali ke kamar tamu. Arion hanya bisa pasrah dan mengikuti perintah. Kini ia sudah berbaring di atas tem
"Makanya jadi orang jangan mesum, kondisi sudah seperti ini masih mikir yang aneh-aneh." Zahira tertawa mengejek Arion. Arion berusaha menahan ketawanya, Agar perutnya tidak terasa semakin sakit. "Aku akan membalas mu jika aku sudah sehat nanti. Lagi pula ini pertanda kalau aku ini normal Baby."Zahira hanya diam tanpa menjawab."Tapi aku serius, aku tidak suka jika kamu melihat banyak milik pria." Arion kembali mengulang ucapannya."Aku ini seorang dokter, mulai dari anak bayi sampai kakek-kakek aku melihatnya dan bahkan aku sering memotongnya." Zahira tertawa kecil seperti psikopat.Tangan Arion reflek menyentuh pistol airnya. Tiba-tiba saja nyalinya menciut setelah mendengar perkataan Zahira. . Zahira semakin tidak habis pikir dengan ucapan si pria. Hubungan mereka hanya sebatas pasien dan dokter. Saat ini lelaki itu juga bisa menjadi pasiennya, karena masuk ke dalam rumahnya. "Tidur." Zahira tersenyum dan menarik hidung Arion. Sejak tadi dia sudah sangat geram melihat tingkah s
"Ini kunci mobil mu, aku akan kembali ke Indonesia." Bastian memberikan kunci mobil McLaren MP4/4 kepada rekannya. Pria berusia 40 tahun itu, masih menikmati hidup bebas tanpa istri dan menekuni hobi balapnya hingga ke manca Nagara. Mungkin sudah saatnya ia harus kembali ke perusahaan dan membantu sang keponakan. "Kenapa, jam 10 ini kita akan melawan Me lee?" Alex terkejut saat mendengar apa yang dikatakan rekannya."Ada masalah, aku sudah memesan tiket pesawat. Jam 9 ini, pesawat ku akan berangkat," jelas Bastian."Mengapa harus terburu-buru seperti ini Bass. Ayolah Bass, apa kau akan melewati kesempatan mengemudikan mobil balap terbaik di dunia. McLaren MP4/4, bahkan terdaftar di urutan pertama pada daftar mobil balap terkeren di dunia," bujuk Alex. Pria bermata kecil itu, mencoba membujuk sahabatnya. "Aku tertarik, namun tidak sekarang. Saat ini urusanku lebih penting." Bastian berkata sambil mengikat penuh rambutnya yang panjang sebahu. Alex sudah tidak bisa berkata apa-apa lag
"Aku tidak bisa tidur sama sekali." Arion kembali mengulang ucapannya. "Apa karena kondisi kamarmu begitu sangat panas?" tanya Zahira.Arion menganggukkan kepalanya. "Bukan itu saja." "Apa luka mu terasa sangat sakit?" Zahira kembali menanyakan kondisi pasiennya. Padahal semalam dia sudah menambahkan obat tidur agar Arion bisa beristirahat dengan baik. "Aku tidak bisa tidur karena selalu memikirkanmu." Arion tersenyum dan mengedipkan matanya. "Aku akan membuatkan sarapan untukmu." Zahira malas untuk berkomentar. Melihat sikap Arion yang seperti ini membuatnya tidak ingin memupuk rasa di hatinya. Baginya apa yang terjadi murni sebatas hubungan dokter dan juga pasien. "Baby, apa aku boleh ikut ke dapur bersama denganmu?" Entah perasaan apa yang dirasakannya saat ini. Arion hanya ingin selalu dekat dengan Zahira. Bahkan semalaman pria itu tidak bisa tidur dengan nyenyak karena selalu saja terbayang wajah cantik sang dokter. "Bila mampu berjalan silakan," jawab Zahira. "Aku mampu,
David berjalan dengan penuh rasa percaya diri. Sudah bisa di pastikan, penampilannya pagi ini sangat tampan dan gagah. Semua karyawan yang bertemu dengannya selalu menyapa dan memberikan hormat. Mereka tahu bahwa David orang kedua di perusahaan mereka. Seperti apa kekuatan pria tersebut, semua orang mengetahuinya. Kekuasaan yang dimilikinya sangat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Ia akan memberhentikan setiap karyawan yang tidak tunduk kepadanya dengan alasan pekerjaan mereka yang tidak becus."Selamat pagi pak David?" Sapa seorang pria yang merupakan petinggi di perusahaan yang dipimpin Arion. Mata pria itu memandang ke arah pintu masuk dan berpikir kalau Arion akan datang lebih lambat. "Iya pagi." David sedikit menganggukkan kepalanya dan menyapa pemilik saham lainnya. "Apa pak Arion tidak datang?" tanya salah seorang pemilik saham. Pria berusia 40 tahun itu mengurutkan keningnya ketika melihat David yang akan duduk di kursi kepemimpinan Arion."Tidak sampai saat ini saya belu
Melihat sosok pria yang berdiri di depan pintu, membuat dadanya terasa sesak menahan amarah. Kehadiran pria itu sungguh tidak diharapkan David. "Bagaimana mungkin dia bisa datang ke sini?" batin David. Pria itu berjalan dengan gagahnya dan penuh wibawa. Meskipun rambutnya panjang sebahu namun terikat dengan rapi. Pria itu adalah Sebastian Alio. Sosok yang begitu di segani di perusahaan ini. Keputusan yang diberikannya sama halnya dengan keputusan yang diberikan Arion. Karena Sebastian yang biasa disapa Bastian itu salah seorang pemilik saham terbesar. "Pak Sebastian, kami tidak menyangka Anda bisa datang di rapat ini," sapa sumarno yang merupakan Karyawan terlama di perusahaan ini. Pria itu sudah mengabdi selama 40 tahun. Namun beberapa bulan yang lalu, jabatannya di geser. Yang biasanya memegang keuangan perusahaan, namun kini berpindah ke bagian laporan barang masuk dan barang keluar saja. Diusianya yang sudah tua, pria itu harus keluar masuk gudang untuk memeriksa barang-barang
Alex menunggu di depan ruang operasi bersama dengan Arion dan Sebastian. Namun karena operasi berjalan sangat lama, Arion dan Sebastian pulang. Kini tinggal Alex seorang yang menunggu. 20 jam menunggu akhirnya lampu yang menyala di ruang operasi dipadamkan. Ini pertanda bahwa operasi telah selesai. Namun tetap saja Alex merasakan jantungnya yang berdebar dengan cepat. Bagaimana jika operasi tidak berjalan dengan baik. Hal itu rasanya tidak mungkin, mengingat tim dokter yang disediakan oleh Arion bukanlah tim Dokter sembarangan. Bahkan Arion mendatangkan dokter-dokter dari luar negeri yang memang sudah terkenal dengan kemampuan dibidangnya masing-masing. Pintu ruangan terbuka, tim Dokter pun keluar dari dalam ruangan. "Dokter Vandra, bagaimana kondisinya?" Alex langsung bertanya dengan Vandra yang merupakan ketua tim."Operasi berjalan dengan lancar namun pasien masih dalam keadaan kritis. Dalam artian kita akan menunggu selama 24 jam untuk memantau kondisi pasien. Jika kondisi pa
Arion sibuk mengganti popok putrinya yang sedang pup. Dengan sangat telaten, pria tampan itu membersihkan pantat bayinya dengan tisu basah. Setelah bersih barulah memasangkan popok yang baru. Arion sangat menikmati perannya menjadi seorang ayah. Ketika putri kecilnya menangis, ia yang bangun lebih dulu. Jika bayi cantik itu bangun karena merasa tidak nyaman dan meminta diganti pipok, Arion tidak akan membangunkan istrinya, dia yang akan menganggti sendiri."Anak Daddy sudah wangi." Arion tersenyum dan mencium pipi bulat putrinya. "Kamu sangat cantik, Mirip mommy." Arion berkata sambil memandang Zahira yang tertidur lelap. Bayi cantik itu memandang Arion dengan bibir bulat. Seakan ia sedang berbicara dengan Daddy nya. Wajah bayi cantik itu sangatlah sempurna. Hidung mancung, bibir kecil, warna kulit putih kemerahan dan rambut yang berwarna coklat. Meskipun paras wajahnya mirip Zahira, namun warna kulit, hidung, mata, Serta alis, milik sang Daddy. Sepertinya bayi cantik itu sangat p
"Paman, sudah 1 bulan aku disini. Aku bosan mencium aroma obat dan juga aroma desinfektan. Aku rindu aroma kamar. Aku rindu dengan tempat tidur yang empuk seperti di dalam kamar ku. Paman, Aku ingin pulang. Apa Paman bisa meminta izin dengan dokter?" Tanya Shelina. Alex diam beberapa saat. "Ya Paman, aku sudah tidak mau lagi merasakan seperti ini. aku ingin pulang saja. Aku sudah lelah merasakan jarum suntik yang selalu menusuk kulit ku. Aku juga sudah bosan minum obat, hingga lidah ku terasa pahit. Aku ingin menikmati hidup, makan yang banyak tanpa larangan. Minum-minum yang manis dan segar. Aku juga ingin makan bakso dengan cabe rawit." Shelina sudah seperti orang yang pasrah dan putus asa. Ia tidak ingin menghabiskan sisa umurnya di atas tempat tidur pasien. "Kamu jangan bicara seperti itu. Dokter sedang mengatur jadwal operasi kamu. Ada orang yang bersedia mendonorkan mata serta ginjalnya." Alex memberi tahu Shelina. Setelah mendengar ini, ia berharap Shelina akan bersemang
Mendengar perkataan Arion, Zahira pun menganggukkan kepalanya. Dia kembali mengejan. Satu kali, dua kali hingga 3 kali, akhirnya terdengar suara bayi memenuhi ruangan. Suaranya benar-benar ngebas dan melengking. "Bisa dipastikan bakal jadi rocker." Dokter yang membantunya berkata dengan tertawa. Bayi perempuan itu benar-benar sangat cantik dengan hidung yang mancung seperti Daddy nya. Sedangkan bibir kecil seperti mommy nya. "Ini tidak mirip dengan dokter Zahira." Dokter itu langsung memberikan penilaian sambil mengamati wajah cantik bayi tersebut."Iya, mirip dengan Daddy nya," kata suster yang satunya. "Ini mirip dokter Zahira." Suster yang sedang membersihkan bayi cantik itu ikut berbicara. "Mirip sekali dengan dokter Zahira," kata dokter anak yang sedang memeriksa detak jantung bayi. Arion dan Zahira tampak kebingungan ketika melihat tim medis yang ribut memperdebatkan masalah anak yang mirip ibu atau mirip ayahnya. "Sebaiknya kalian jangan berkelahi. Kami membuat dan saling
Didalam mobil Sebastian duduk di posisi tengah. Sedangkan Zahira di sebelah kiri dan Zia disebelah kanan. Pria itu tampak kewalahan ketika menghadapi istri, serta istri dari keponakannya. Rambutnya ditarik dari sebelah kanan dan kiri. Hingga dia harus merasakan sakit di kulit kepalanya. Mengapa kedua wanita ini begitu sangat kejam hingga menyiksanya seperti ini. Sebenarnya yang salah siapa, apakah calon anak dan juga calon keponakannya? Sebastian hanya bisa pasrah ketika rambutnya di tarik dari segala arah. Bukan hanya rambut saja yang ditarik Zahira dan Zia, tangan kiri kanan juga menjadi sasaran kesakitan kedua wanita tersebut.Selama perjalanan ke rumah sakit, Sebastian merasakan penderitaan yang luar biasa. Kedua wanita itu yang akan melahirkan, namun dia juga merasakan kesakitan yang tidak kalah hebatnya. Belum lagi Zia yang mengomel karena menganggap ini semua karena ulah Sebastian.Namun rasa kesal di hatinya mendadak hilang ketika melihat wajah Zia yang begitu sangat kesaki
Mpok Siti berlari ke rumah Sebastian tanpa memutuskan sambungan telepon dengan Arion. "Tuan Sebastian!" Empok Siti langsung memanggil Sebastian. "Ada apa mpok." Sebastian tampak sedang panik. Pria itu baru saja keluar dari kamar sambil memapah istrinya."Tuhan Sebastian, Nyonya Zahira sedang kesakitan. Sedangkan Tuan Arion sekarang di rumah sakit. Jika menunggu tuan Arion pulang, takutnya Nyonya Zahira kelamaan menahan sakitnya. Apakah tuan bisa membawa Nyonya Zahira ke rumah sakit." Mpok Siti berkata dengan tergesa-gesa. Tampak jelas bahwa wanita paruh baya itu benar-benar panik dan mencemaskan kondisi majikannya. "Zia juga sedang kesakitan mau melahirkan. Saya juga mau ke rumah sakit. Baiklah sekalian saja saya akan membawa mereka langsung ke rumah sakit," kata Sebastian "Nyonya Zia juga akan melahirkan?" Mpok Siti terkejut ketika mendengar perkataan dari Sebastian. "Iya, Mpok tolong bawakan tas ke mobil." Sebastian menunjuk tas yang sudah disiapkannya."Baik Tuan." Mpok Siti
"Paman, segera temukan orang yang menyiram Sherina dengan air keras. Aku yakin pelakunya sama dengan orang yang menikam Shelina." Arion berkata dengan wajah marah.Meskipun Heru begitu kejam terhadapnya namun ia tidak sepenuhnya membenci Shelina. Rasa sayang terhadap Shelina tidak akan pernah hilang begitu saja.Melihat Shelina sakit hingga tubuhnya kurus seperti ini saja sudah membuat dia sedih. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada yang mau mendonorkan ginjal untuk gadis malang tersebut."Baik," jawab Alex. Tanpa di perintahkan Arion, ia akan mencari orang itu sampai dapat. "Berikan perawatan terbaik untuk Sherina. Aku ingin dia ditangani oleh dokter kulit terbaik. Begitu juga dengan matanya. Jika perlu kamu boleh mendatangkan dokter dari luar negeri. "Arion berkata sambil memandang Dokter Vandra yang duduk di depannya. "Baiklah, aku memiliki teman yang merupakan dokter terbaik di dunia. Aku akan mengundangnya datang ke sini. Aku yakin dia pasti bersedia untuk memb
Setelah selesai menjenguk sang Papi, Shelina berpindah ke lapas perempuan. Ia di kursi tunggu sambil menunggu kedatangan sang Mami dan juga Kakaknya. Shelina tersenyum ketika melihat Ema dan Alina datang secara bersama. "Mami, Shelin bahwa dimsum." Dengan senyum ceria Shelina memeluk Ema. Setelah seluruh keluarganya ditahan, Shelina kehilangan semangat dalam hidupnya. Ia juga tidak bisa bebas keluar, karena pembencinya yang begitu banyak. Dimanapun Shelina berada, Jika berjumpa dengan masyarakat, pasti langsung di hujat. Tak jarang juga, ia dipukul dan dipermalukan di depan umum. Karena statusnya anak seorang pembunuh. Naman Irwan yang melekat di belakang namanya, membuat Shelina tidak bisa bekerja di manapun. Namun walau seperti kondisinya, Shelina tetap tidak mengeluh dan menyalakan orang tuanya."Wah enak sekali, apa ini Shelin yang masak?" Ema langsung membuka kotak makanan dan mencicipi masakan yang dibawakan Shelina."Iya dong mi," jawab Shelina dengan bangga."Enak sekali k
Shelina tidak kuasa menahan tangisnya ketika melihat berita. Pemberitaan diberitahukan bahwa tanggal eksekusi mati untuk 3 orang terpidana pembunuhan sadis sudah di tetapkan. Tanggal 25 Januari 2025, tiga orang terpidana akan dieksekusi. Terpidana itu adalah Heru Irawan 50 tahun, Ema Sari 47 tahun, Alina Irawan, 25 tahun. Itu artinya hanya satu Minggu lagi. Seharusnya Heru sudah di hukum mati sejak tanggal 10 November 2024. Namun ternyata diundang hingga tanggal 25 Januari. Shelina duduk termenung sambil memandang foto keluarga. Foto ini diambil ketika Alina baru kembali dari Paris. Ia tidak menduga bahwa inilah foto terakhirnya bersama keluarga. Kuat tidak kuat, ia harus tetap menghadapinya dan mencoba untuk iklas menerima kematian orang-orang yang disayanginya dengan cara seperti ini. Mungkin dengan cara kematian seperti ini dosa-dosa mereka dapat sedikit terampuni. Tubuh Shelina semakin lama semakin lemah. Kesehatannya juga semakin memburuk. Seharusnya dia sudah menjalani operasi