Share

Bab 764

Author: Hazel
last update Last Updated: 2024-12-01 18:00:00
Untungnya, suara Tirta sangat lirih saat mengatakan hal ini. Ditambah lagi Ayu dan lainnya sangat ketakutan dengan kedua ekor harimau di belakang, jadi mereka pun tidak mendengarnya. Jika tidak, Tirta pasti sudah diberi pelajaran.

"Bi Ayu, Kak Melati, Kak Arum, Tirta membawa harimau-harimau ini turun gunung untuk menjaga rumah. Mereka sangat patuh, jadi nggak bakal menggigit manusia. Kalian nggak usah takut," ucap Susanti untuk menenangkan ketiga wanita itu. Setelah berinteraksi dengan para harimau, Susanti pun tidak begitu takut lagi sekarang.

"Apa? Tirta membawa harimau-harimau ini untuk menjaga rumah? Bu Susanti, kamu nggak bercanda?" Ayu sungguh tercengang mendengarnya. Dia sampai mengira ada yang salah dengan pendengarannya.

"Harimau adalah binatang buas. Gimana bisa mereka menjaga rumah? Sudah syukur mereka nggak memakanku. Tirta, sebaiknya suruh mereka pergi ...." Arum ketakutan hingga wajahnya memucat dan suaranya bergetar.

Hanya Melati yang menatap harimau besar itu dengan ten
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 765

    "Kata orang kita nggak boleh sentuh bokong harimau. Sepertinya itu cuma rumor." Usai berbicara, Melati memberanikan diri untuk menghampiri induk harimau itu dan menyentuh bokongnya.Induk harimau itu sama sekali tidak melawan ataupun marah. Begitu melihatnya, Ayu dan Arum pun tidak begitu takut lagi. Mereka jadi ingin mencoba. Mereka masih ingin mencoba, tetapi masih tidak berani."Bi Ayu, Kak Arum, kalian coba raba saja. Bulu mereka halus sekali lho!" Tirta mendekat, lalu menurunkan ketiga ekor anak harimau itu.Ketiga anak harimau itu pun tidak kabur setelah diturunkan. Mereka berlari mengelilingi Tirta sambil mengaum. Sesekali, mereka akan menggoyangkan kepala mereka. Sungguh menggemaskan!"Wow! Aku benaran menyentuh harimau! Harimau hidup!" Arum yang tidak bisa menahan godaan pada akhirnya memberanikan diri untuk menggendong salah satu anak harimau itu, lalu mengelusnya."Aku juga mau coba ...." Ketika melihat kedua wanita itu mengelus harimau, Ayu pun tidak mau kalah. Dia berjongk

    Last Updated : 2024-12-01
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 766

    "Oke, Tirta. Aku akan segera menelepon Clara dan mengundangnya ke rumahku!" ucap Dhio sambil menghela napas panjang. Dia berusaha menenangkan diri, lalu segera menelepon Clara.Dhio memberi tahu, "Nona Clara, anak harimau yang kamu minta sudah kudapatkan. Bukan cuma satu, tapi tiga ekor. Semuanya sangat sehat tanpa luka sedikit pun. Sekarang, mereka ada di rumahku. Apa kamu punya waktu untuk datang sekarang?""Kerja bagus, Dhio. Aku benaran nggak nyangka, ternyata kamu punya kemampuan juga!" Di ujung telepon, suara seorang wanita muda terdengar jelas meskipun bercampur dengan dentuman musik yang sangat bising.Clara menjelaskan, "Tapi, aku lagi sibuk main di kota sama teman-teman. Mungkin aku baru bisa datang sekitar satu jam lagi. Kamu tunggu saja di rumah!""Oke, Nona Clara ...," timpal Dhio buru-buru. Sebelum dia selesai berbicara, panggilan sudah terputus.Dhio menyampaikan informasi dengan jujur, "Tirta, Bu Susanti, Clara bilang dia lagi main di kota sama teman-temannya. Mungkin b

    Last Updated : 2024-12-01
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 767

    Sejak kejadian terakhir, Aaris selalu murung dan tidak bersemangat. Untuk mengusir kebosanan, dia memutuskan untuk mengajak wanita baru yang dia dekati belakangan ini, yaitu Clara untuk keluar bersama. Tujuannya sederhana, hanya untuk bersantai dan melepas penat.Namun setelah mendengar bahwa Clara berhasil mendapatkan tiga ekor anak harimau, tiba-tiba muncul ide di kepalanya untuk kembali mendekati Tirta.Aaris memberi tahu, "Clara, tiga ekor anak harimau itu sebenarnya sangat berguna untukku. Berikan semuanya padaku. Aku berencana menjadikannya sebagai hadiah untuk seorang tokoh besar!"Aaris berpikir jika bisa memberikan anak-anak harimau itu kepada Tirta, dia pasti bisa menjalin hubungan baik dengannya. Dengan begitu, di kota ini tidak akan ada lagi yang berani macam-macam dengannya. Posisinya juga akan menjadi makin kuat."Um ... Kak Aaris, kamu pasti mau kasih anak harimau itu pada Naura, 'kan?" Mendengar itu, Clara langsung menebak maksudnya. Dia pun menunjukkan ekspresi kesal s

    Last Updated : 2024-12-01
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 768

    "Haha. Tenang saja, Clara. Nanti, aku pasti akan membawamu untuk bertemu dengannya!" balas Aaris, tetapi di matanya tersirat sedikit ejekan.Pria itu menambahkan, "Kalau bukan karena kamu yang mendapatkan anak-anak harimau ini, aku mungkin nggak akan punya kesempatan untuk bertemu Tirta.""Wah, Kak Aaris, kamu baik sekali padaku. Makasih ya!" seru Clara dengan manja. Namun di dalam hatinya, dia sudah memikirkan bagaimana caranya agar bisa menjalin hubungan dengan Tirta setelah bertemu nanti."Kak Aaris, tunggu kami!"Anak-anak muda lainnya bergegas keluar dari ruang VIP dan mengikuti Aaris. Mereka berpikir kalau tidak bisa mendekati orang sehebat Tirta, mendekati Aaris saja sudah cukup bagus.....Pada saat yang sama. Di tepi desa kecil, tepatnya di Desa Atmaja, sebuah mobil polisi melaju pelan di atas jalan beton yang lurus.Dhio duduk di kursi belakang. Dia menunjuk ke arah sebuah rumah dua lantai sederhana yang tidak jauh di depan mereka.Dhio bertanya dengan ragu-ragu, "Tirta, Bu S

    Last Updated : 2024-12-02
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 769

    Dhio berujar, "Semua ini salahku yang nggak berguna sebagai anak .... Kalau saja aku punya uang, Ibu nggak akan sampai berpikir untuk mengakhiri hidup ...."Dhio berlutut di lantai sambil memegang erat tangan ibunya yang sudah dingin. Dia menangis tersedu-sedu penuh penyesalan.Seorang kepala desa berusia 30 tahunan, Yanti, menepuk pundak Dhio dan mencoba menghiburnya, "Orang yang sudah meninggal nggak akan bisa hidup kembali. Jangan menangis lagi, Dhio. Lebih baik pikirkan gimana caranya mengurus pemakaman ibumu agar dia bisa pergi dengan tenang."Tubuh dan rambut Yanti basah kuyup karena baru saja menyelamatkan ibu Dhio dari sungai. Dia terlihat sangat lelah. Rambutnya menempel satu per satu di kepalanya.Begitu melihat seorang wanita berseragam polisi masuk ke dalam rumah, Yanti awalnya mengira bahwa Susanti datang untuk menyelidiki kasus bunuh diri ini. Dia pun hendak menjelaskan kejadian tersebut.Namun sebelum sempat bicara, Tirta langsung menyela sambil mengernyit, "Nggak perlu

    Last Updated : 2024-12-02
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 770

    "Sebenarnya ... kamu nggak perlu terlalu cepat mengambil kesimpulan. Kalau Tirta bilang dia bisa menyelamatkan orang, berarti dia memang punya cara. Lebih baik kita tunggu dan lihat dulu," ujar Susanti dengan nada selembut mungkin kepada Yanti.Yanti membalas, "Apa? Benar-benar nggak kusangka. Meskipun masih muda, dia ternyata penipu yang sangat cerdik, sampai-sampai bisa menipu polisi juga. Kalau begitu, baiklah. Aku akan buka mataku lebar-lebar dan lihat dengan jelas gimana dia akan menyelamatkan ibu Dhio!"Di dalam hatinya, Yanti sudah melabeli Tirta sebagai seorang penipu. Bahkan, kata-kata Susanti sama sekali tidak memengaruhi pendapatnya.Berhubung Yanti tidak percaya, Rauf mencoba membujuk, "Bu Yanti, anak muda ini jauh lebih hebat daripada yang kamu pikirkan. Jangan terbelenggu oleh pandanganmu sendiri.""Siapa tahu dia benar-benar bisa menyelamatkan ibu Dhio? Dibandingkan dengan nyawa, mengguncang tubuhnya beberapa kali bukan masalah besar, 'kan?" tanya Rauf.Yanti mendengus s

    Last Updated : 2024-12-02
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 771

    Bahkan ada beberapa orang yang maju untuk meminta maaf pada Tirta, "Nggak seharusnya kami ngomong begitu tadi.""Nggak apa-apa, lagian aku nggak rugi apa pun," balas Tirta sambil tertawa. Dia tidak ambil pusing tentang masalah ini. Jika tidak, dia pasti sudah kesal sejak awal."Hei, Nak, maaf ya. Aku memang salah paham padamu. Nggak kusangka kamu ternyata benar-benar sanggup menolong orang .... Kalau kamu merasa permintaan maafku kurang tulus, aku rela dipenjara beberapa hari."Melihat hal ini, Yanti juga meminta maaf dengan malu. Hatinya benar-benar merasa bersalah. Seandainya saja dia mengusir Tirta tadi, bukankah itu berarti mencelakai ibu Dhio?"Kak, untuk apa aku penjarain kamu? Nggak ada untungnya untukku, yang penting kamu sadar sama kesalahanmu saja. Aku nggak mau permasalahkan hal kecil begini," ujar Tirta dengan santai."Kak? Apa aku setua itu? Aku baru berumur 31 tahun, bahkan masih belum punya pasangan," ucap Yanti sambil mengerutkan alisnya. Sepertinya dia sangat keberatan

    Last Updated : 2024-12-02
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 772

    "Lagi-lagi dokter di kota? Bibi, aku nggak bohong sama kamu. Dokter di kota itu yang bersekongkol untuk bohong kamu. Kalau tebakanku nggak salah, mereka pasti rekomendasiin kamu ke sebuah rumah sakit untuk periksa, bukan?""Aku punya seorang teman yang juga dibohongi sama dokter-dokter itu. Mereka bilang dia mengidap kanker, padahal sebenarnya nggak ada masalah kesehatan sama sekali.""Kalau kamu nggak percaya, kubawa saja kamu ke kota atau rumah sakit lain di provinsi untuk periksa. Masalah uang nggak perlu dipikirkan, aku yang tanggung semuanya!"Mendengar hal itu, Tirta langsung marah besar. Namun, yang paling penting saat ini adalah menenangkan ibu Dhio terlebih dahulu agar dia tidak berpikiran untuk mengakhiri hidup lagi."Ini .... Mereka memang rekomendasiin aku ke rumah sakit di kota untuk pengobatan .... Apa aku ... benaran tertipu?" Mendengar perkataan Tirta, ibu Dhio mulai meragukan apakah dirinya benar-benar telah dibohongi."Pak Tirta, apa yang kamu bilang tadi itu sungguha

    Last Updated : 2024-12-03

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 937

    Kemudian, Ayu kembali sibuk di dapur. Agatha keluar dari klinik, lalu bertanya kepada Tirta, "Tirta, Bibi Ayu bilang apa denganmu? Kenapa kalian kelihatan misterius?"Tirta menjawab dengan tenang, "Nggak apa-apa. Bibi Ayu tanya kenapa Kak Nia tiba-tiba tinggal di klinik.""Oh. Kamu cepat lihat dulu, nanti malam Kak Nia tidur di mana?" timpal Agatha. Dia menarik Tirta masuk ke klinik, lalu melanjutkan dengan ekspresi khawatir, "Selain itu, kita bertiga ... kita tidur di mana? Nggak ada tempat lagi."Nia yang berdiri di depan pintu klinik berujar dengan canggung, "Tirta, apa aku merepotkan kalian? Kalau nggak, aku tinggal di hotel saja."Tirta menepuk dadanya sambil menjamin, "Nggak usah, Kak Nia. Aku sudah atur semuanya. Klinik ini cukup untuk ditempati kita semua.""Kalau begitu, kamu lakukan akupunktur pada Kak Nia. Aku lihat Bibi Ayu butuh bantuan atau nggak," ucap Agatha. Selesai bicara, dia masuk ke dapur.Tirta menutup pintu klinik, lalu mengambil jarum dan berkata kepada Nia, "Ka

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 936

    Tirta memang kuat. Kalau tidak, dia juga tidak bisa mengancam Agatha. Melihat Agatha sudah setuju, Tirta langsung mengangguk dan berujar, "Kak Agatha, kamu tenang saja. Aku pasti akan membereskan Susanti dan nggak akan membuatmu merasa nggak nyaman."Agatha mendengus, lalu membalas sembari memelototi Tirta, "Cuma kali ini, ya. Ke depannya aku nggak mau melakukannya bersama Susanti."Agatha melepaskan dirinya dari pelukan Tirta, lalu berjalan ke mobil terlebih dahulu. Tirta yang merasa puas segera mengikuti Agatha kembali ke mobil.Nia bertanya, "Agatha, apa perutmu masih sakit?"Agatha berusaha tenang saat menjawab, "Nggak, Kak Nia. Setelah kita kembali, suruh Tirta lakukan akupunktur padamu untuk menyembuhkan sesak napasmu."Nia menyahut seraya mengangguk, "Oke."....Setengah jam kemudian, mereka kembali ke klinik. Kala ini, Ayu, Melati, dan Arum sedang sibuk di dapur. Ayu penasaran ketika melihat Nia juga turun dari mobil dan membawa banyak keperluan sehari-hari.Ayu menarik Tirta k

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 935

    Tirta langsung berbicara terus terang. Sebelum dia melanjutkan perkataannya, Agatha mencebik dan berujar, "Tirta, kamu memang berengsek! Kamu nggak pernah tiduri aku di klinik. Kamu lebih suka tiduri Susanti atau aku?"Tirta menyahut, "Tentu saja aku lebih suka tiduri kamu. Dadamu lebih besar, bokongmu lebih montok, kakimu ramping, kulitmu mulus, sifatmu juga baik ...."Dalam situasi seperti ini, tentu saja Tirta tahu siapa yang lebih baik. Dia terus memuji Agatha.Agatha memutar bola matanya, tetapi dia tidak terlalu marah lagi. Agatha menyela, "Cukup, kamu itu munafik. Jelas-jelas punya Susanti hampir sama denganku, kamu terlalu berlebihan."Agatha bertanya, "Jadi, apa semua ini ada hubungannya dengan keinginanmu?"Tirta mengusap tangannya seraya menjawab, "Tentu saja ada. Bukannya malam ini Kak Agatha mau tinggal di klinik? Susanti juga pulang ke klinik, kalian ....""Tunggu!" sergah Agatha. Dia merasa ada yang tidak beres. Agatha menegaskan, "Malam ini aku nggak mau tinggal di klin

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 934

    Tirta menegaskan, "Bu, sudah kubilang kamu nggak usah sungkan. Kebetulan aku ada di sini, jadi aku bisa menyelamatkan anakmu. Untuk urusan bisnis, semuanya tetap harus diperhitungkan dengan jelas. Kalau aku kurang bayar 1 miliar, takutnya kamu nggak dapat keuntungan. Kalau kamu nggak mau terima, aku nggak beli lagi."Bos toko bersikeras berkata, "Jangan begitu. Aku juga nggak marah biarpun kamu nggak beli. Aku cuma punya 1 anak, dia lebih berharga dari nyawaku. Kamu menyelamatkan anakku dan memesan begitu banyak bibit pohon buah dariku. Aku sangat berterima kasih padamu, mana mungkin aku membiarkan kamu menghabiskan begitu banyak uang?"Bos toko menambahkan, "Lagi pula, setelah kamu bayar 3 miliar, aku sudah bisa dapatkan keuntungan 1 miliar lebih. Aku nggak rugi."Tirta terpaksa menanyakan pendapat Agatha dan Nia, "Kak Agatha, Kak Nia, bagaimana menurut kalian?"Agatha bertatapan dengan Nia, lalu menyahut sembari tersenyum, "Tirta, bos mau berterima kasih padamu dan kita memang kekura

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 933

    Tirta berpikir sejenak, lalu tersenyum licik dan berucap, "Kalau kamu benar-benar merasa bersalah, kamu kabulkan satu keinginanku saja. Anggap sebagai kompensasi."Agatha segera mengangguk seraya menyahut, "Apa keinginanmu? Kamu bilang saja. Asalkan aku bisa melakukannya, aku pasti kabulkan keinginanmu."Tirta mengedipkan matanya, lalu menimpali, "Nanti kita baru bicarakan di mobil. Sekarang kita bicarakan masalah bibit pohon buah dengan bos toko dulu.""Oh. Kalau begitu, nanti kita baru bicarakan di mobil," balas Agatha. Dia merasa Tirta berniat jahat, tetapi dia tidak keberatan.Anak bos toko sudah tertidur setelah minum susu. Bos toko keluar dari kamar. Dia membawa sepiring buah yang sudah dicuci.Bos toko berujar, "Kalian sudah menunggu lama. Istirahat dulu dan makan buah.""Terima kasih, Bu," sahut Tirta. Dia tidak sungkan lagi dan langsung duduk di bangku. Tirta mengambil buah pir dan memakannya.Agatha dan Nia juga mengambil buah, lalu duduk di samping Tirta sambil memakan buahn

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 932

    "Aduh, maaf ... aku ...," ucap bos toko. Dia baru tersadar. Bos toko segera merapikan pakaiannya dengan ekspresi malu.Bos toko berniat mengambil tisu untuk menyeka punggung Tirta, tetapi dia mengkhawatirkan keselamatan anaknya. Dia merasa bersalah dan juga ragu. Bos toko berputar-putar di tempat.Agatha segera mengambil tisu di mobil, lalu berujar, "Tirta, biar aku yang menyeka punggungmu."Agatha merasa bersalah karena tadi dia salah paham kepada Tirta. Dia menyeka punggung Tirta.Tirta sedang sibuk menyelamatkan anak itu sehingga tidak menanggapi ucapan Agatha. Setelah ditepuk-tepuk Tirta beberapa saat, anak itu memuntahkan potongan buah. Kemudian, kondisinya perlahan menjadi normal kembali.Tirta baru mengembuskan napas lega. Dia menyerahkan anak itu kepada bos dan berpesan, "Bu, sekarang anakmu baik-baik saja. Dia masih terlalu kecil, nggak bisa konsumsi makanan yang terlalu keras. Ingat, ke depannya jangan beri dia makanan yang keras lagi supaya kejadian begini nggak terulang."B

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 931

    Dada wanita itu pun terlihat. Masalahnya, anak itu tetap menangis meski telah diberi susu. Sepertinya tidak tampak tanda-tanda tangisannya akan mereda.Tirta melihat anak itu. Dia baru menyadari ada yang tidak beres. Ternyata, ada potongan buah yang tersangkut di tenggorokan anak itu.Alhasil, anak itu kesulitan bernapas. Itulah sebabnya dia tidak berhenti menangis. Jika tidak segera ditangani, nyawa anak itu akan terancam.Saat Tirta hendak meminta bos toko untuk menyerahkan anaknya, tiba-tiba Agatha mencubit pinggangnya dan menegur, "Tirta, apa yang kamu lihat? Bos itu lagi menyusui anaknya! Cepat kembali ke mobil!"Agatha berbicara sambil mendorong Tirta ke mobil. Dia merasa Tirta makin keterlaluan. Bisa-bisanya dia diam-diam melihat wanita yang sedang menyusui anaknya!Tirta yang hendak keluar dari mobil buru-buru menjelaskan, "Bukan ... Kak Agatha, kamu salah paham. Aku nggak diam-diam melihat bos itu. Aku lagi lihat anaknya. Dia bukan lapar, tapi ada makanan yang tersangkut di te

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 930

    Tirta yang berdiri di luar kamar pas bergumam setelah mendengar percakapan Agatha dan Nia, "Aneh, apa setiap wanita yang dadanya kecil berharap dadanya membesar?"Tirta berpikir ukuran dada wanita sama pentingnya dengan ukuran alat kelamin pria. Tentu saja pria tidak ingin mempunyai alat kelamin yang kecil. Bahkan, Agus meminta resep kepada Tirta untuk memperbesar alat kelaminnya.Tirta membatin, 'Nanti waktu melakukan akupunktur pada Kak Nia, aku sekalian bantu Kak Nia perbesar ukuran dadanya.'Tak lama kemudian, Agatha dan Nia keluar dari kamar pas. Agatha menunjukkan pakaian dalam renda yang seksi kepada Tirta, lalu berujar sembari mengerjap, "Tirta, aku sudah selesai pilih. Ukurannya sudah pas, kamu langsung bayar. Malam ini aku nggak pulang lagi."Nia paham maksud Agatha. Dia langsung bergeser ke samping. Sementara itu, Tirta berdeham dan menyahut, "Oke. Aku bayar sekarang."Namun, Tirta merasa khawatir. Malam ini Susanti kembali ke klinik. Pasti akan terjadi keributan lagi. Nanti

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 929

    Susanti melihat Harto dan lainnya dengan ekspresi dingin. Niko menyahut, "Oke, Bu Susanti!"Kemudian, Niko memerintah bawahan untuk menangkap Harto dan lainnya. Susanti menghampiri Agatha dan Nia, lalu bertanya, "Bu Agatha, Bu Nia, apa kalian disakiti?""Nggak. Tapi, kalau nggak ada Tirta, kami pasti celaka," sahut Agatha yang masih merasa takut.Susanti mengeluarkan pena dan catatan, lalu mencari tahu seluk-beluk kejadiannya. Dia berkata, "Yang penting kalian baik-baik saja. Aku butuh pengakuan kalian. Waktu mengurus kasus, aku butuh ...."Setelah selesai bertanya kepada Agatha dan Nia, Susanti berpamitan dengan Tirta dan buru-buru pergi. Sudah jelas Susanti makin sibuk sejak Mauri dipindahkan. Yang mengejutkan Tirta adalah kali ini Susanti dan Agatha tidak berdebat.Agatha melihat Susanti turun ke lantai bawah, lalu menghampiri Tirta dan merangkul lengannya sembari bertanya, "Tirta, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Tirta merangkul pinggang Agatha dan menjawab, "Lanjut beli paka

DMCA.com Protection Status