Share

Bab 769

Author: Hazel
Dhio berujar, "Semua ini salahku yang nggak berguna sebagai anak .... Kalau saja aku punya uang, Ibu nggak akan sampai berpikir untuk mengakhiri hidup ...."

Dhio berlutut di lantai sambil memegang erat tangan ibunya yang sudah dingin. Dia menangis tersedu-sedu penuh penyesalan.

Seorang kepala desa berusia 30 tahunan, Yanti, menepuk pundak Dhio dan mencoba menghiburnya, "Orang yang sudah meninggal nggak akan bisa hidup kembali. Jangan menangis lagi, Dhio. Lebih baik pikirkan gimana caranya mengurus pemakaman ibumu agar dia bisa pergi dengan tenang."

Tubuh dan rambut Yanti basah kuyup karena baru saja menyelamatkan ibu Dhio dari sungai. Dia terlihat sangat lelah. Rambutnya menempel satu per satu di kepalanya.

Begitu melihat seorang wanita berseragam polisi masuk ke dalam rumah, Yanti awalnya mengira bahwa Susanti datang untuk menyelidiki kasus bunuh diri ini. Dia pun hendak menjelaskan kejadian tersebut.

Namun sebelum sempat bicara, Tirta langsung menyela sambil mengernyit, "Nggak perlu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 770

    "Sebenarnya ... kamu nggak perlu terlalu cepat mengambil kesimpulan. Kalau Tirta bilang dia bisa menyelamatkan orang, berarti dia memang punya cara. Lebih baik kita tunggu dan lihat dulu," ujar Susanti dengan nada selembut mungkin kepada Yanti.Yanti membalas, "Apa? Benar-benar nggak kusangka. Meskipun masih muda, dia ternyata penipu yang sangat cerdik, sampai-sampai bisa menipu polisi juga. Kalau begitu, baiklah. Aku akan buka mataku lebar-lebar dan lihat dengan jelas gimana dia akan menyelamatkan ibu Dhio!"Di dalam hatinya, Yanti sudah melabeli Tirta sebagai seorang penipu. Bahkan, kata-kata Susanti sama sekali tidak memengaruhi pendapatnya.Berhubung Yanti tidak percaya, Rauf mencoba membujuk, "Bu Yanti, anak muda ini jauh lebih hebat daripada yang kamu pikirkan. Jangan terbelenggu oleh pandanganmu sendiri.""Siapa tahu dia benar-benar bisa menyelamatkan ibu Dhio? Dibandingkan dengan nyawa, mengguncang tubuhnya beberapa kali bukan masalah besar, 'kan?" tanya Rauf.Yanti mendengus s

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 771

    Bahkan ada beberapa orang yang maju untuk meminta maaf pada Tirta, "Nggak seharusnya kami ngomong begitu tadi.""Nggak apa-apa, lagian aku nggak rugi apa pun," balas Tirta sambil tertawa. Dia tidak ambil pusing tentang masalah ini. Jika tidak, dia pasti sudah kesal sejak awal."Hei, Nak, maaf ya. Aku memang salah paham padamu. Nggak kusangka kamu ternyata benar-benar sanggup menolong orang .... Kalau kamu merasa permintaan maafku kurang tulus, aku rela dipenjara beberapa hari."Melihat hal ini, Yanti juga meminta maaf dengan malu. Hatinya benar-benar merasa bersalah. Seandainya saja dia mengusir Tirta tadi, bukankah itu berarti mencelakai ibu Dhio?"Kak, untuk apa aku penjarain kamu? Nggak ada untungnya untukku, yang penting kamu sadar sama kesalahanmu saja. Aku nggak mau permasalahkan hal kecil begini," ujar Tirta dengan santai."Kak? Apa aku setua itu? Aku baru berumur 31 tahun, bahkan masih belum punya pasangan," ucap Yanti sambil mengerutkan alisnya. Sepertinya dia sangat keberatan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 772

    "Lagi-lagi dokter di kota? Bibi, aku nggak bohong sama kamu. Dokter di kota itu yang bersekongkol untuk bohong kamu. Kalau tebakanku nggak salah, mereka pasti rekomendasiin kamu ke sebuah rumah sakit untuk periksa, bukan?""Aku punya seorang teman yang juga dibohongi sama dokter-dokter itu. Mereka bilang dia mengidap kanker, padahal sebenarnya nggak ada masalah kesehatan sama sekali.""Kalau kamu nggak percaya, kubawa saja kamu ke kota atau rumah sakit lain di provinsi untuk periksa. Masalah uang nggak perlu dipikirkan, aku yang tanggung semuanya!"Mendengar hal itu, Tirta langsung marah besar. Namun, yang paling penting saat ini adalah menenangkan ibu Dhio terlebih dahulu agar dia tidak berpikiran untuk mengakhiri hidup lagi."Ini .... Mereka memang rekomendasiin aku ke rumah sakit di kota untuk pengobatan .... Apa aku ... benaran tertipu?" Mendengar perkataan Tirta, ibu Dhio mulai meragukan apakah dirinya benar-benar telah dibohongi."Pak Tirta, apa yang kamu bilang tadi itu sungguha

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 773

    Tirta terkejut hingga sekujur tubuhnya gemetaran. Dia buru-buru mengalihkan kemaluannya ke arah lain. Setelah diperhatikn dengan saksama, ternyata ada seorang wanita yang sedang berjongkok untuk buang air kecil.Paha dan bokongnya terpampang jelas di depan mata. Bukankah orang ini adalah Yanti yang buru-buru pergi tadi?Ternyata, Yanti merasa sakit perut setelah masuk ke sungai tadi. Rumahnya cukup jauh dari tempat ini, sehingga dia terpaksa menumpang di toilet Dhio. Namun sialnya, dia malah bertemu dengan Tirta di sini. Setelah terkena pancuran air seni Tirta tadi, sekujur tubuh Yanti basah kuyup."Ternyata kamu? Memangnya mau bersuara gimana kalau orang lagi buang air kecil? Justru kamu yang seharusnya lihat dulu sebelum masuk ke toilet! Cepat keluar! Masalah ini nggak boleh bilang sama siapa pun atau kamu akan kubunuh!"Tirta berdiri di depan pintu toilet, sehingga tidak sengaja menghalangi cahaya masuk. Setelah beberapa saat, Yanti akhirnya bisa melihat dengan jelas siapa yang ada

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 774

    "Pak Tirta, Bu Susanti, itu dia Clara! Putri direktur rumah sakit kota!"Clara dan Aaris tidak turun dari mobil. Mereka hanya membuka jendela mobil dan melihat ke sekitarnya. Namun, Dhio bisa mengenali suara Clara. Karena masalah ibunya dibohongi, kini Dhio sangat membenci Clara yang merupakan putri dari direktur rumah sakit kota."Sialan, banyak sekali kotoran anjing di sepanjang jalan ini! Lingkungannya jelek sekali, apa ini bisa ditinggali orang?" Terdengar suara keluhan Aaris sambil menutupi hidungnya."Kak, pedesaan memang begini. Nggak bisa dibandingkan sama kota. Demi harimau itu, sebaiknya kamu bersabar. Tanpa harimau itu, mau gimana kamu dekatin Tirta?" ucap Clara seraya mengernyit. Meski dia sendiri juga merasa jijik, Clara tetap membujuk Aaris."Benar juga. Ayo, turun dari mobil!" ucap Aaris sambil berjalan turun."Ada banyak yang datang ya. Wah, tenyata ada kenalan lama juga ...," kata Tirta saat melihat Aaris yang berada di dalam mobil.Mendengar pembicaraan kedua orang it

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 775

    "Orang ini adalah wakil di kantor kepolisian, Bu Susanti. Sepertinya kamu harus ikut ke kantor polisi sama dia.""Benar, Bu Clara. Melakukan tindakan ilegal itu nggak bisa dibiarkan. Dengan adanya kesaksian dari kami berdua, kamu nggak bisa mengelak lagi. Ayo ikut Bu Susanti ke kantor polisi!" timpal Rauf."Apa? Kalian berdua sudah gila ya? Aku nggak kenal sama kalian. Sejak kapan aku suruh kalian tangkap harimau? Jangan memfitnah!""Kak Aaris, ayo kita pergi. Abaikan saja dua orang gila ini!" Clara benar-benar kesal. Dia tidak menyangka bahwa Dhio dan Rauf akan menjebaknya. Kini, bahkan wakil kepala kepolisian juga sudah datang.Hal ini benar-benar membuatnya malu dan ketakutan. Seketika, dia hendak membawa Aaris dan gerombolannya untuk meninggalkan tempat ini."Yah, ternyata nggak ada harimau ya ...." Beberapa pemuda yang mengikuti Clara itu menghela napas lega. Dengan demikian, Clara dan Aaris juga tidak bisa mengambil hati Tirta lagi. Selain itu, mereka juga bisa menyaksikan Clara

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 776

    "Kak Aaris, bocah ini kelihatannya masih muda, kenapa kamu berlutut sama dia? Memangnya dia siapa ...?" Melihat Aaris berlutut dan memohon, hati Clara langsung mencelos dan muncul firasat buruk.Bagaimanapun, Aaris adalah cucu Tabir. Kalaupun bertemu dengan kepala kepolisian, dia juga tidak perlu setakut itu! Jangan-jangan, pemuda ini adalah anak haram wali kota?"Dasar bodoh, memangnya kamu ini buta ya? Yang berdiri di depanmu ini adalah Tirta sendiri! Kalau nggak, apa aku perlu berlutut sama dia? Tanya apanya lagi? Cepat berlutut dan minta maaf sama Tirta!"Aaris marah besar, dia langsung berdiri untuk memaki Clara di hadapan Tirta. Clara menggunakan nama Tirta untuk mencoba mengintimidasi lawan, tanpa sadar bahwa dia telah menjatuhkan diri ke dalam jurang. Itu bukan cuma cari masalah sendiri, tapi juga penghinaan langsung terhadap Tirta.Aaris yang menyadari hal ini, ingin sekali langsung mencekik Clara di tempat. "Apa-apaan ini? Jadi dia Tirta?!"Mendengar ucapan Aaris, Clara benar

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 777

    "Apakah benar yang mereka katakan itu?" tanya Susanti."Aku ... Bu Susanti, aku nggak mau dipenjara. Boleh nggak aku kasih kamu uang, tapi jangan penjarakan aku?" tanya Clara dengan terbata-bata sambil mengepalkan tangannya.Mendengar hal itu, Susanti mengerutkan alisnya dan menggeleng. "Clara, aku nggak peduli apa pun yang kamu pikirkan sekarang, mohon jaga sikapmu. Sekarang ini kamu sedang diinterogasi.""Tolong jawab pertanyaanku tadi dengan jujur. Selain itu, menyogok aparat hukum adalah kejahatan besar. Kalau kamu mau dipenjara lebih lama lagi, silakan coba saja. Kita lihat sendiri apa kamu bisa sogok aku atau nggak," lanjut Susanti."Ya, memang aku yang menyuruh Dhio dan aku juga yang memberinya senapan .... Aku melihat Pangeran Dubari memelihara singa, jadi ...."Melihat sikap Susanti yang tegas, Clara akhirnya menjadi patuh. Dia terduduk di lantai dengan tatapan kosong dan memberikan keterangan dengan jujur."Baiklah, karena kamu sudah ngaku, silakan ikut aku ke kantor polisi u

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1407

    Di sisi lain, Tirta menelepon Ayu setelah Idris dan Rasmi pergi. Setelah panggilan terhubung, Ayu yang sudah 2 hari tidak bertemu Tirta tentu merasa khawatir. Dia terus menanyakan kondisi Tirta.Tirta menjelaskan kondisinya dengan singkat, "Bi, Susanti terancam bahaya. Jadi, aku langsung naik pesawat untuk mencari Susanti. Tapi, kamu nggak usah khawatir. Sekarang semuanya sudah aman."Tirta memberi tahu Ayu pemikirannya, "Aku berencana membawa Susanti menemuimu setelah dia bangun, lalu kita dan Bi Elisa langsung kembali ke Desa Persik. Kita tinggal di sana untuk beberapa waktu."Mendengar ucapan Tirta, Ayu yang khawatir bertanya, "Ha? Tirta, kalau kamu mau kembali ke Desa Persik, tentu saja aku dan Elisa nggak keberatan. Masalahnya, gimana caranya kamu menjelaskan pada Bu Bella?"Ayu menambahkan, "Bagaimana kalau Bu Bella mau ikut kita kembali ke Desa Persik? Aku rasa berdasarkan sifat Bu Bella, dia pasti nggak terima kalau tahu kamu punya banyak kekasih.""Aku yang akan jelaskan pada

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1406

    "Aku rasa otakmu bermasalah karena terlalu lama tinggal di Provinsi Naru!" bentak Rasmi. Ucapannya menunjukkan dia tidak menyukai Tirta."Rasmi, kenapa kamu bicara seperti itu? Pak Tirta itu saudara Ayah. Bukannya sudah seharusnya kita bersikap hormat padanya? Lagi pula ...," sahut Idris.Idris berniat menceritakan pada Rasmi bahwa Tirta sudah membantunya menyelesaikan masalah mereka yang tidak bisa mempunyai keturunan.Namun, sebelum Idris selesai bicara, Rasmi menyela, "Apa? Aku nggak marah kalau nggak ungkit masalah itu! Ayah sudah pikun, makanya dia mengakui pemuda itu sebagai saudaranya."Rasmi melanjutkan, "Waktu Ayah menceritakan masalah ini padaku, aku sudah sarankan dia cepat batalkan keputusannya. Ayah pikun karena tua, masa kamu juga sama? Kalau waktu itu Ayah mengakui anak 3 tahun jadi saudaranya, apa kamu juga mau memuja anak kecil itu?"Rasmi menambahkan, "Aku nggak peduli! Apa pun caranya, kamu harus usir pemuda itu dari rumah kita secepatnya! Aku nggak mau tinggal di ho

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1405

    Begitu melontarkan perkataannya, Marila baru merasa kurang pantas. Dia berbisik lagi dengan wajah memerah, "Pak Tirta, bukan itu maksudku. Jangan salah paham."Tentu saja Tirta tahu Marila tidak bermaksud seperti itu. Dia tertawa, lalu menanggapi, "Oke. Aku tunggu Bu Marila pulang setelah beli bahan obat-obatan."Sesudah itu, Tirta tidak mengatakan apa pun lagi. Mendengar perkataan Tirta, Marila baru merasa tenang. Kemudian, Marila berpamitan dengan Idris.Tirta merasa bosan saat menunggu Marila. Dia kembali ke kamar untuk menemani Susanti. Tirta duduk di samping tempat tidur. Pikirannya sangat kacau.Tirta mendesah dan bergumam, "Setelah Susanti bangun, aku bawa dia cari Bi Ayu, lalu langsung kembali ke Desa Persik. Kak Nabila, Kak Melati, Kak Arum, Kak Farida, dan lainnya pasti merindukanku."Sebenarnya sebelum Susanti tertimpa masalah, Tirta berencana pergi ke ibu kota setelah meninggalkan Provinsi Dohe. Namun, masalah ini terjadi.Tirta juga memahami satu hal. Dia memang bisa menge

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1404

    "Aku nggak akan pergi lagi. Jangan tiduri aku, ya?" mohon Selina. Wajahnya memerah setelah mendengar ucapan Tirta.Selina berusaha menggerakkan pinggangnya untuk menjauhi sumber masalah itu. Napas Tirta yang hangat membuat wajah Selina merah padam.Tirta menegaskan, "Aku nggak peduli, pokoknya sekarang aku harus menidurimu sampai puas. Terserah kamu mau pergi atau tetap tinggal, aku tetap akan melakukannya!"Hasrat Tirta membara karena pinggang Selina terus bergerak. Dia segera mengerahkan 2 teknik. Yang pertama adalah Teknik Menghilang untuk menyembunyikan tubuhnya dan Selina. Yang kedua adalah Teknik Senyap untuk menutupi suara yang dikeluarkan Selina selanjutnya.Kemudian, Tirta langsung bersanggama dengan Selina. Sementara itu, Selina memelas, "Tirta ... jangan ... aku benci kamu ...."Biarpun mengeluh, tubuh Selina tetap terangsang. Jelas-jelas Tirta sudah melepaskannya, tetapi Selina tidak melepaskan Tirta dan tidak bergerak sedikit pun. Dia membiarkan Tirta memberinya kompensasi

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1403

    Tirta menunggu sampai Selina berjalan keluar dari taman bunga kompleks tempat Idris tinggal. Dengan begitu, mereka berdua sudah menjauh dari pandangan Anton dan Yuli.Tirta baru maju dan berkata seraya memeluk Selina, "Bu Selina, aku tahu kamu pasti pergi bukan karena dipanggil atasan. Apa kamu punya masalah? Kamu bisa ceritakan padaku.""Aku nggak punya masalah. Pak Tirta, aku cuma ingin pulang untuk mengurus kasus. Selain itu, aku sudah merasa sangat bangga bisa mengenal tokoh hebat sepertimu. Aku nggak mau terus tinggal di sini dan mengganggu Pak Tirta," sahut Selina.Selina memohon, "Pak Tirta, tolong lepaskan aku. Kita berdua nggak punya hubungan apa pun. Kita lupakan masalah yang sudah berlalu."Mata Selina memerah. Dia berbicara sambil terisak dan ingin melepaskan Tirta.Sementara itu, Tirta yang merasa tidak berdaya mendesah dan menimpali, "Bu Selina, aku sudah paham. Kamu pasti merasa aku cuma berpura-pura dan mempermainkan perasaanmu setelah kamu tahu latar belakangku. Jadi,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1402

    Selain itu, perasaan Selina campur aduk saat melihat Tirta. Melihat ekspresi mereka yang terkejut, Idris tertawa dan bertanya, "Apa Pak Tirta nggak pernah beri tahu kalian?"Idris membatin, 'Pak Tirta sangat hebat. Biarpun nggak ada Pak Saba, Pak Tirta bisa mendekati petinggi negara yang lain asalkan dia mau.'Sayangnya, Idris sudah berjanji kepada Tirta tidak akan mengungkapkan kehebatannya. Kalau tidak, Idris akan menjadi pelindung Tirta dan memamerkan kehebatannya.Yuli masih merasa antusias. Bahkan, dia sangat bangga hingga memandangi Tirta seraya tersenyum lebar dan menjawab, "Nggak. Pak Tirta, kenapa kamu nggak beri tahu kami hal sepenting ini?"Sekarang Tirta terpaksa harus mengakuinya. Dia berdeham, lalu menanggapi dengan ekspresi tenang, "Karena aku merasa hal seperti ini nggak perlu diumbar. Aku juga nggak ingin memanfaatkan status Pak Saba untuk bertindak semena-mena."Kenyataannya memang seperti itu. Tirta tidak pernah berinisiatif mengatakan dirinya adalah saudara Saba.Yu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1401

    Tirta tertawa licik, lalu membalas, 'Oke. Kak, aku akan pergi. Nanti malam jangan berpikiran untuk menghabisiku lagi.'Kemudian, Tirta keluar dengan perasaan gembira. Dia melihat Idris yang antusias sedang duduk tegak sambil mengobrol dengan Marila, Yuli, dan Selina.Begitu Tirta keluar, Idris langsung berhenti bicara. Dia berdiri, lalu menyambut Tirta, "Pak Tirta ...."Yuli juga menghampiri Tirta dan menimpali sembari tersenyum, "Pak Tirta, apa kita bisa bicara sebentar? Ada yang ingin kutanyakan padamu.""Ada apa? Tentu saja boleh," sahut Tirta.Yuli sangat senang melihat Tirta menyetujui permintaannya. Dia segera menarik Tirta kembali ke kamar. Namun, sebelum Yuli membawa Tirta masuk ke kamar, Anton yang keberatan menghentikan Yuli, "Aduh, berhenti! Yuli, kamu gila, ya? Kenapa kamu nggak langsung bertanya pada Pak Tirta di sini saja? Untuk apa kamu bawa dia ke kamar? Kamu kira ini rumahmu?"Anton berucap pada Tirta dengan ekspresi canggung, "Pak Tirta, begini. Ibunya Susanti ingin

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1400

    Namun, bagian tubuh yang telah dipijat oleh Tirta terasa hangat dan nyaman, membuat Idris sangat rileks."Sudah beres. Pak Idris, masalahmu berasal dari kelelahan berkepanjangan ditambah dengan faktor bawaan, menyebabkan kondisi tubuhmu lebih lemah dari orang lain, makanya sulit menghasilkan sperma.""Dengan metode kedokteran barat, masalah seperti ini sangat sulit ditangani, bahkan sering kali tak terdeteksi.""Tapi di tanganku, ini bukan masalah besar. Kalau kondisi tubuh istrimu juga memungkinkan, aku jamin malam ini kamu bisa langsung tepat sasaran."Saat mengatakan itu, alis Tirta tiba-tiba berkerut. Dia baru teringat satu hal. Dia sudah berhubungan intim dengan begitu banyak wanita, tetapi sejauh ini belum ada satu pun yang hamil."Wah, terima kasih banyak, Pak Tirta! Kalau aku dan istriku benar-benar bisa punya anak, aku pasti akan undang kamu ke acara syukuran!"Idris yang tenggelam dalam euforia itu sama sekali tidak menyadari ekspresi aneh di wajah Tirta. Dia sangat bersyukur

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1399

    "Pak Idris, kalau memang ada sesuatu, lebih baik berdiri dan bicarakan saja. Selama bukan hal yang melanggar nurani dan hukum, aku pasti akan bantu." Melihat keadaan itu, Tirta hanya bisa menghela napas dengan pasrah."Benarkah? Kamu benaran bersedia membantuku, tanpa mengungkit kesalahan masa lalu? Tapi, permintaanku ini .... Aku ingin kamu membantuku dan istriku agar bisa punya seorang anak.""Kami sudah menikah 20 tahun, sampai sekarang belum juga punya keturunan. Aku dan istriku sudah pergi ke rumah sakit di seluruh negeri, tapi nggak ada yang bisa menemukan penyebab pastinya ...."Idris akhirnya berdiri dari lantai, tetapi suaranya masih penuh emosi dan sedikit tidak percaya. Dia merasa Tirta yang seperti dewa hidup pasti sulit didekati dan tak mudah diajak bicara. Itu sebabnya, sikapnya terhadap Tirta sangat sungkan."Kenapa nggak? Pak Idris, kamu dan Bu Marila sudah susah payah membantuku mencari Susanti. Aku tentu harus membantumu semaksimal mungkin.""Lagi pula, sekalipun buka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status