Share

Bab 3

Author: Hazel
Melati baru berusia 27 atau 28 tahun sehingga tubuhnya masih seksi seperti wanita muda lainnya. Sentuhan hangat dari tubuhnya seketika membuat Tirta merasa makin panas.

"Kak Melati, jangan bercanda. Gi ... gimana aku bisa membantumu? Kalau mertuamu tahu, aku bisa dihajar sampai setengah mati!" Tirta tidak pernah mengalami hal seperti ini sehingga menggeleng dengan kuat.

"Tirta, tenang saja. Aku nggak bakal memberi tahu siapa pun tentang ini. Cuma sekali ini. Kalau kamu menolak, aku akan memberi tahu Kak Ayu semuanya," ancam Melati lagi saat melihat Tirta masih belum bisa diajak berkompromi.

"Jangan ... aku akan memberikannya kepadamu." Tirta yang kebingungan akhirnya mulai melepaskan celananya.

Melati tentu senang melihatnya, tetapi dia tetap menghentikan. "Jangan buru-buru, ini pertama kali untukku. Kemaluanmu besar sekali. Aku pasti kesakitan kalau dimasukkan begitu saja. Nanti Kak Ayu mendengar suaraku."

"Begini saja, mertuaku lagi pergi 2 hari ini. Malam ini, kamu datang ke rumahku. Awas kalau kamu nggak datang!" Selesai berbicara, Melati mengecup pipi Tirta dan merapikan rambutnya. Kemudian, dia membuka pintu dan keluar.

"Gimana ini ...." Tirta sungguh kewalahan. Dia memang ingin merasakan bagaimana rasanya bercinta, tetapi Melati adalah seorang janda. Jika ketahuan, bukankah dia dan Ayu akan mendapatkan masalah?

Namun, dilihat dari sikap Melati tadi, wanita ini tidak akan menyerah sebelum Tirta menyetujuinya. Tirta bisa diganggu setiap hari kalau tidak memberikannya. Apakah dia harus pergi ke rumah Melati malam ini?

Setelah digoda Melati, Tirta merasa makin tidak nyaman karena belum melampiaskan nafsunya. Dia menggertakkan gigi, lalu membulatkan tekadnya. "Sialan, kenapa memangnya kalau dia janda? Dia sendiri yang mencariku, rugi dong kalau ditolak."

Tirta juga ingin tahu bagaimana rasanya menjadi pria seutuhnya. Setelah Melati pergi, Tirta hanya menunggu di klinik. Dia akan diam-diam mencari Melati malam nanti.

Jujur saja, Tirta lebih menyukai Nabila. Kalau dibandingkan dengan Melati, Nabila lebih muda dan seumuran dengannya. Hanya saja, Tirta tidak akan bisa menidurinya. Jadi, tidak ada gunanya jika terus dipikirkan.

Sekitar 30 menit kemudian, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa. "Tsk, cuaca hari ini benar-benar panas. Entah Tirta ada di rumah atau nggak."

"Bukannya ini suara kepala desa, Pak Agus? Kenapa dia mencariku?" Tirta bisa mendengarnya dengan jelas.

Tirta yakin Agus bukan datang untuk berobat karena pria ini selalu berobat di kota. Jangan-jangan, Nabila memberi tahu Agus tentang kejadian hari ini? Agus datang untuk membuat perhitungan?

Ketika Tirta masih kebingungan, Agus sudah berjalan masuk. Supaya terlihat sopan, Tirta menyapa, "Halo, Pak Agus."

"Aku nggak akan bertele-tele. Aku datang untuk memberitahumu sesuatu." Agus tampak bercucuran keringat. Dia melambaikan tangannya dengan tidak sabar.

"Klinikmu ini nggak punya izin medis, jadi termasuk ilegal. Tiga hari lagi, kamu harus menutup klinik ini." Selesai melontarkan itu, Agus langsung keluar.

"Pak, sebentar!" Tirta tentu panik mendengarnya. Dia menghentikan Agus dan bertanya, "Klinik ini sudah dibuka belasan tahun lalu. Kenapa tiba-tiba bermasalah?"

Klinik ini adalah warisan orang tua Tirta, juga satu-satunya cara bagi Tirta untuk menghasilkan uang. Jika ditutup, bagaimana dia bisa bertahan hidup?

"Sudah kubilang, nggak ada izin medis, jadi nggak bisa dibuka. Pemimpin daerah yang mengeluarkan perintah ini, bukan aku. Semua klinik di desa yang nggak punya izin medis harus ditutup. Kamu cari saja mereka!" sahut Agus seraya memelotot dengan kesal. Kemudian, dia langsung pergi.

"Sialan, pasti Nabila memberi tahu ayahnya tentang kejadian siang tadi," gumam Tirta sembari mengepalkan tangannya. Dia tidak percaya dengan penjelasan Agus. Menurutnya, Nabila ini benar-benar picik, padahal Tirta hanya melihat tubuh telanjangnya. Bagaimana dia bisa menghasilkan uang jika klinik ini ditutup?

"Tirta, jangan panik. Pak Agus sudah bilang kita butuh izin medis. Kamu pergi ikut ujian saja?" nasihat Ayu dengan lembut.

"Ilmu medisku biasa-biasa saja, memangnya aku bisa lulus?" tanya Tirta dengan ekspresi masam.

"Masih ada 3 hari kok. Kamu perbanyak baca buku, lalu ikut ujian. Kalau memang nggak bisa, kita cari cara lain nanti," balas Ayu.

"Baiklah." Tirta menggertakkan gigi, lalu mengiakan. "Bi, kamu tunggu di sini. Aku lupa mengambil bahan obat yang kupetik. Aku keluar sebentar."

Tirta tidak bisa menerima hal ini. Setelah mengatakan itu, dia langsung keluar untuk mencari Nabila. Dia ingin membuat perhitungan dengan wanita ini.

"Hais, kamu ini. Hati-hati di jalan," pesan Ayu dengan cemas.

"Tenang saja, Bi. Aku cuma sebentar kok!" seru Tirta tanpa menoleh.

....

Tirta bersembunyi di balik pohon dedalu yang terletak di belakang supermarket. Dia tahu Nabila ini kaya, jadi selalu datang kemari untuk membeli camilan setiap kali pulang ke desa. Dia yakin mereka akan bertemu nanti.

Meskipun Tirta termasuk orang yang gegabah, dia tidak bodoh. Dia tidak mungkin pergi ke rumah Nabila untuk mencari masalah dengannya.

Sesuai dugaannya, tidak sampai 10 menit, Tirta melihat Nabila berjalan ke arah supermarket. Nabila sudah mengganti pakaiannya dengan kaus putih dan rok hitam.

Lengan dan pahanya yang ramping tampak begitu memikat di bawah sinar matahari. Nabila juga menguncir rambutnya sehingga memperlihatkan lehernya yang mulus. Belum lagi payudaranya yang bulat dan bokongnya yang sintal ....

Meskipun Nabila orang desa, dia menempuh pendidikan di kota dan merupakan primadona sekolah. Hanya saja, Tirta benar-benar kesal dengan wanita ini. Dia ingin sekali mempermainkan wanita ini dengan kejam di ranjang!

"Panas sekali. Aku mau beli 10 es krim untuk makan di rumah," gumam Nabila yang sudah hampir sampai di depan supermarket. Dia merasa senang sehingga tampak tersenyum lebar.

"Makan kepalamu! Kemari kamu!" Tirta makin kesal saat melihat Nabila begitu gembira. Dia sontak menyerbu keluar dari belakang pohon dedalu, lalu menarik Nabila ke ladang jagung.

"Tirta! Dasar pria mesum! Kamu mau apa? Aduh, sakit sekali! Cepat lepaskan aku!" Nabila berteriak kesakitan. Tenaga Tirta terlalu besar sehingga pergelangan tangannya sakit.

"Diam! Kalau nggak, aku akan merobek pakaianmu!" bentak Tirta sambil memelotot.

"Ah! Dasar cabul! Cepat lepaskan aku!" Begitu mendengarnya, ekspresi Nabila sontak berubah. Dia yang panik pun membuka mulut dan menggigit lengan Tirta.

"Kamu ini anjing, ya? Kenapa menggigitku?" Tirta merasa sakit, tetapi tidak melepaskan tangannya. Sebaliknya, dia menahan kaki Nabila dan memegang bahunya. Keduanya pun sama-sama terjatuh di ladang jagung.

"Tirta, kamu benar-benar nggak tahu malu. Jangan-jangan, kamu ingin meniduriku?" Karena mereka berada di tempat sepi begini, Nabila langsung terpikir akan hal ini. Setelah memikirkan ini, dia malah merasa lebih tenang.

"Bukannya aku ingin mengejekmu. Tapi, memangnya kamu bisa apa kalau aku melepaskan rokku?" lanjut Nabila. Saat berikutnya, ekspresinya justru berubah drastis.
Comments (14)
goodnovel comment avatar
Setio Waspodo
waw. sangat menegangkan
goodnovel comment avatar
Aep Sumarna
menarik dan bagus
goodnovel comment avatar
Harisniawati Niawati
seru banget cerita nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 4

    "A ... apa-apaan itu? Cepat singkirkan ...." Mata Nabila tiba-tiba berkaca-kaca. Di luar dugaannya, Tirta sudah sembuh. Nabila tentu panik."Kenapa kamu nggak bertingkah sombong lagi? Coba saja kamu mengejekku lagi. Cepat lepaskan rokmu. Kita lihat, aku bisa menidurimu atau nggak." Tirta menyeringai, mencoba untuk memasang ekspresi garang.Tirta tidak berniat untuk menodai Nabila. Dia sudah merasa puas jika wanita ini ketakutan sampai menangis. Tubuh Nabila benar-benar wangi, apalagi Tirta sedang memeluknya, rasanya benar-benar nyaman. Ketika melihat Nabila menangis, Tirta justru merasa senang."Aku ... huhu .... Tirta, kamu memang berengsek. Cepat lepaskan. Kalau kamu berani menyentuhku, aku akan ...." Nabila hendak mengancam."Kamu bisa apa?" tanya Tirta seperti orang yang sedang mengancam. Sesudah itu, dia mengangkat tangan dan menepuk bokong Nabila.Plak! Suara yang sungguh nyaring. Nabila pun menangis sesenggukan sembari memukul dada Tirta. "Huhuhuhu ... aku sudah kotor ... aku ng

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 5

    Namun, Tirta segera menggeleng dan tersenyum mengejek diri sendiri. Nabila baru saja berkata, jangan mencarinya kalau tidak ada urusan penting. Wanita ini hanya membantunya karena merasa kasihan, bukan karena menyukainya.Malam hari, Melati masih menunggu Tirta, tetapi Tirta sudah kehilangan minatnya. Prioritas utama untuk sekarang adalah mendapatkan sertifikat medis dan mempertahankan kliniknya.Masalahnya, banyak tulisan yang tidak Tirta pahami di buku medis. Meskipun Nabila membantunya membujuk Agus, apakah Tirta bisa mendapatkan sertifikat medis dengan ilmunya itu?Tirta yang merasa gusar akhirnya kembali ke klinik. Ayu yang mendengar suara pun berjalan ke luar dan bertanya, "Tirta, kamu sudah kembali?""Ya, Bi. Ayo, kita pulang untuk makan," sahut Tirta.Tiba-tiba, seorang pria paruh baya berjanggut dan bergigi kuning menghampiri Tirta dan berucap, "Tirta, jangan buru-buru. Aku ingin mengobrol denganmu."Pria ini bernama Raden, dia sangat terkenal di Desa Persik. Lima tahun lalu,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 6

    "Nggak, aku nggak melihatnya ...." Tirta buru-buru mengklarifikasi bahwa dirinya tidak melakukan apa pun."Cih! Tirta, kamu nggak pernah melihat wanita, ya? Kenapa otakmu penuh dengan hal-hal kotor sih? Memalukan sekali!" hardik Nabila."Aku ... aku nggak memikirkan apa pun kok!" bantah Tirta."Hantu pun nggak percaya!" bentak Nabila sambil memelotot dengan waspada.Tirta merasa getir. Dia baru teringat bahwa dirinya menjadi begitu sensitif dengan wanita sejak memakan ular putih itu. Dengan situasi seperti ini, mana mungkin Nabila bersedia mengajarinya lagi! Dilihat dari penampilan Nabila, wanita ini jelas-jelas ingin kabur."Nabila datang, ya? Kenapa aku mendengar suaranya?" Ketika Tirta sibuk memikirkan cara untuk menahan Nabila, tiba-tiba terlihat Ayu berjalan ke luar dengan meraba-raba karena matanya buta."Oh, ya, Bi. Dia datang untuk mengajariku. Aku ingin berterima kasih padanya," sahut Tirta sembari menoleh. Berhubung ada yang lebih senior di sini, Tirta buru-buru menyatakan tu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 7

    "Kenapa ingatanmu tiba-tiba menjadi bagus sekali?" tanya Nabila dengan ekspresi tidak percaya. Tirta yang awalnya terlihat bodoh justru berhasil menguasai 500 kata dalam satu jam. Bagaimana mungkin Nabila tidak terkejut dengan pencapaian ini?"Aku memang terlahir genius," sahut Tirta dengan ekspresi angkuh. Jika terus seperti ini, bukankah berarti dia bisa menghafal 3.000 kata dalam beberapa hari ini? Itu artinya, Nabila mungkin menjadi pacarnya? Wanita ini bukan hanya cantik, tetapi juga seksi. Pasti nyaman kalau dipeluk saat tidur! Begitu memikirkan ini, ekspresi Tirta tampak berseri-seri."Hehe!" Tirta terkekeh-kekeh. Melihat ini, Nabila pun mengernyit sambil berkata, "Cih, senyumanmu cabul sekali. Pasti mulai memikirkan hal-hal kotor!""Bukan urusanmu," balas Tirta dengan santai. Kemudian, dia menambahkan, "Cepat ajari aku lagi. Mungkin saja aku berhasil menguasai 3.000 kata malam ini, lalu kamu akan menjadi pacarku!""Jangan berangan-angan secepat itu. Tapi, sekarang sudah malam s

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 8

    "Aku ... aku .... Kak, begini kurang pantas ...." Tirta terbata-bata, wajahnya memerah. Siang tadi, Tirta sudah memutuskan untuk meniduri Melati. Sekarang, dia malah kehilangan nyalinya dan merasa panik. Dia takut Nabila dan Ayu tahu tentang ini."Yang penting kamu menginginkanku. Jangan bersikap munafik lagi!" sahut Melati sembari menatap Tirta dengan gembira."Kak, aku benar-benar nggak berpikiran seperti itu ...." Tirta menatap kemaluannya dengan getir. Dia menjadi mudah terangsang setelah memakan ular putih itu. Namun, siapa yang akan percaya pada omongannya ini?"Jangan berpura-pura lagi. Aku akan menjadi wanitamu mulai hari ini, nggak usah malu-malu," ujar Melati sambil tersenyum menutup mulutnya. Kemudian, dia pelan-pelan menghampiri Tirta."Kak, jangan begini." Tirta mundur hingga akhirnya terduduk di ranjang."Tirta, ini pertama kalinya untukmu, 'kan? Aku juga sama. Mainkan lebih pelan nanti," ucap Melati dengan suara menggoda.Kakak Melati memberitahunya bahwa pria akan diken

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 9

    "Sialan, ternyata kamu!" Begitu melihat Tirta, Raden langsung memaki. Pada saat yang sama, dia menyadari bahwa Tirta dan Melati berhubungan intim barusan."Kak Melati, kamu baik-baik saja?" tanya Tirta sambil memapah Melati dan tidak meladeni Raden."Aku nggak apa-apa. Kenapa kamu keluar? Cepat sembunyi di belakangku!" Melati ingin melindungi Tirta supaya dia tidak terluka. Tindakannya ini membuat hati Tirta terasa hangat."Melati, kamu jadi gila karena memikirkan pria, ya? Tirta jelas-jelas cacat, bahkan nggak bisa dibilang seorang pria. Kamu malah berselingkuh dengannya? Konyol sekali!" Raden tertawa mengejek sambil melepaskan celananya. "Aku akan menunjukkan kepadamu seperti apa pria sesungguhnya.""Sudahlah, punyamu paling cuma 3 inci, punya Tirta lebih besar 5 kali lipat. Cepat pakai celanamu kembali, buat malu saja!" ujar Melati yang meludah dengan ekspresi merendahkan."Omong kosong! Dia mana mungkin bisa bercinta dengan wanita!" seru Raden dengan wajah merah karena kesal. Dia t

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 10

    Begitu mendengar teriakan histeris Raden, Tirta sontak merasa gembira. Dia tahu bahwa dirinya berhasil! Dia berhasil mempraktikkan teknik akupunktur di buku kuno, bahkan mengatasi masalahnya dengan Melati!Raden benar-benar tidak ingat pada kejadian barusan. Itu artinya, pria ini tidak akan membocorkan apa pun!"Sialan. Aku jadi jengkel kalau membahas Tirta. Cepat atau lambat, aku akan memberinya pelajaran! Aku pasti akan meniduri Ayu!" Raden menggeleng dengan kuat, lalu berdiri dan hendak kembali ke desa."Bajingan ini masih mengincar bibiku! Aku harus menakutinya!" Tirta merasa kesal kembali. Teknik akupunktur ini hanya bisa digunakan sebulan sekali supaya efektif. Kalau tidak, Tirta pasti sudah melakukannya berkali-kali untuk Raden.Namun, sekarang Tirta punya ide bagus untuk membuat Raden berhenti mengincar bibinya. Sambil menekan lehernya, Tirta mengeluarkan suara panjang yang bergema di lembah sehingga terdengar sangat menakutkan. "Ra ... den ...."Kalau bukan Tirta yang mengelua

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 11

    "Um, Kak ...." Ini pertama kalinya Tirta berciuman, bahkan si wanita yang mengambil inisiatif. Itu sebabnya, dia sulit untuk menahan antusiasmenya.Meskipun lidah Melati tidak terlalu lincah, ciuman ini terasa sangat manis, membuat Tirta tidak ingin melepaskannya.Selain itu, tangan Tirta terus meremas payudara Melati. Kali ini, dia akan menjadi pria seutuhnya! Dia pun tidak tahan lagi sehingga membalikkan badan dan menindih Melati."Tirta ... yang pelan sedikit ...." Melati tentu tahu apa yang ingin dilakukan Tirta selanjutnya. Kini, dia benar-benar lemas karena terangsang. Selain merasa cemas, hati Melati juga dipenuhi penantian."Ayo, Tirta. Aku sudah nggak sabar," ujar Melati sambil memeluk Tirta dengan erat. Dia pun tak kuasa mengeluarkan desahan yang sungguh memikat."Ah ... aku akan memperlakukanmu dengan baik mulai hari ini!" pekik Melati. Tirta telah kehilangan kendali. Dia menegakkan tubuhnya, bersiap-siap untuk memulai pertarungan besar. Dia akhirnya bisa merasakan kenikmata

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1117

    "Waktu luangmu benar-benar banyak ya ...." Nabila melirik jam yang tergantung di dinding, lalu tiba-tiba menghela napas."Ada apa, Kak Nabila?" tanya Tirta."Nggak ada apa-apa, aku cuma tiba-tiba merasa ... kamu sudah banyak berubah. Dulu, kamu cuma anak muda yang ceroboh dan polos.""Melihatku dari kejauhan saja kamu nggak berani, apalagi menatapku lebih lama. Bicara pun selalu terbata-bata.""Tapi ... setelah kamu diam-diam mengintipku mandi di sungai, kamu langsung berubah menjadi pria sejati.""Aku awalnya nggak berniat menjadi pacarmu, tapi karena kamu nekat dan pantang menyerah ... aku akhirnya malah tidur denganmu.""Setelah beberapa waktu, tiba-tiba kamu menjadi miliarder. Temanmu ada yang kepala kepolisian, wali kota, gubernur, bahkan kamu sampai bersumpah saudara dengan Pak Saba.""Sedangkan aku? Aku masih tetap gadis desa yang sama seperti dulu. Dibandingkan denganmu, aku sama sekali nggak berkembang. Aku merasa ... aku nggak pantas untukmu.""Tirta, kamu sudah sehebat ini.

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1116

    "Ah ... jangan, Tirta, cepat lepaskan aku! Kita baru saja bertemu, aku masih punya banyak pertanyaan untukmu!"Nabila berkata tidak, tetapi sebenarnya sejak melihat Tirta ... tubuhnya sudah panas dan tak tertahankan!"Nggak masalah, sama sekali nggak mengganggu. Tanyakan saja, aku akan dengar. Aku janji nggak akan menyela!"Tirta sama sekali tidak peduli dengan permohonan Nabila. Dia menendang pintu kamar tidur hingga terbuka, lalu meletakkan Nabila di atas ranjang yang empuk."Uh ... dasar menyebalkan, kamu selalu saja menindasku! Tunggu saja, jangan kira hanya karena kamu masih muda dan kuat, kamu bisa semena-mena padaku!""Nanti kalau kamu sudah 30 atau 40 tahun, aku akan membuatmu nggak bisa turun dari tempat tidur!" Nabila yang merasa malu dan kesal pun menggigit Tirta."Hehe, urusan nanti kita bicarakan nanti! Sekarang aku bisa membuatmu nggak bisa turun dari tempat tidur!"....Tirta bertarung habis-habisan dengan Nabila di ranjang selama 3 jam. Sudah lama Nabila tidak merasakan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1115

    "Nggak boleh sampai batal datang ya. Kalau nggak, aku nggak akan merindukanmu lagi lain kali." Usai bicara, Nabila langsung mematikan teleponnya."Huf ...." Tirta menghela napas, matanya bersinar penuh tekad, lalu diam-diam membuat keputusan dalam hatinya. "Malam ini aku mau cari Kak Nabila, Kak Arum, dan Kak Melati untuk kultivasi ganda. Aku nggak mau pulang lagi!"Saat Tirta keluar dari kamar mandi, Bella masih belum bangun. Setelah mengambil ponselnya, Tirta pun keluar dari kamar. Kemudian, dia mengetuk pintu kamar Ayu."Tirta, kamu nggak temani Bella di kamarnya? Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Ayu dengan wajah tersipu sambil meremas ujung bajunya ketika melihat Tirta."Bibi, tadi Pak Mauri bilang ada masalah penting yang membutuhkan bantuanku. Aku harus segera ke sana. Didengar dari nada bicara Pak Mauri, sepertinya aku bakal sibuk semalaman di sana. Bella lagi tidur. Bibi tolong bantu aku kabarin dia setelah dia bangun nanti."Tirta sudah menyiapkan alasan yang tepat sebelumny

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1114

    Batu spiritual yang diperoleh Tirta dari Yusril pada siang hari juga entah sejak kapan sudah diserap oleh Genta. Tirta bahkan tidak sempat untuk melihatnya lebih lama.Karena merasa bosan, Tirta naik ke ranjang dan duduk bersila di samping Bella, lalu mulai melakukan latihan kultivasi diam-diam. Tirta telah melakukan kultivasi ganda dengan Bella selama dua jam tadi, sehingga energi dalam tubuhnya kini bertambah kuat secara signifikan.Tirta ingin mencoba, apakah dia bisa mencapai tingkat pembentukan energi tahap kedua dengan menyerap energi alam secara mandiri.Setengah jam kemudian.Tirta akhirnya menyerah. Dia pun melompat turun dari ranjang dan mengeluh, "Sialan, energi spiritual yang didapatkan dari latihan mandiri selama setengah jam malah lebih sedikit dari kultivasi ganda selama lima menit.""Lain kali aku nggak mau latihan sendiri lagi. Lebih baik kultivasi ganda saja. Selain nyaman, juga bisa menambah kekuatan."Melihat Bella yang terlelap di sampingnya, Tirta langsung mendapa

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1113

    Kotak hitam kecil itu memiliki tekstur yang tidak sepenuhnya seperti kayu maupun batu. Beratnya terasa cukup padat, seolah-olah terbuat dari sepotong logam murni.Pada kedua sisinya, terdapat ukiran dua ekor ikan, satu hitam dan satu putih, yang melingkar membentuk simbol yin dan yang. Selain ukiran itu, tidak ada lagi tanda khusus pada permukaannya."Kotak sekecil ini, sepertinya nggak bisa menyimpan sesuatu yang terlalu besar. Tapi, didengar dari cara bicara Kakek Omran, isinya pasti sesuatu yang berharga. Jangan-jangan ini batu spiritual?"Dengan rasa penasaran, Tirta perlahan membuka kotak itu.Klik!Begitu kotak hitam terbuka, cahaya emas yang menyilaukan langsung terpancar keluar."Benda apa ini? Bisa memancarkan cahaya sendiri?" Bella yang berada di samping Tirta sontak terkejut. Cahaya yang menyilaukan itu membuatnya tidak bisa membuka matanya.Namun, sebelum dia sempat bereaksi lebih jauh, rasa pusing yang luar biasa menyerangnya. Kepalanya terasa berputar dan dalam sekejap, d

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1112

    "Bu Bella juga mau ngasih aku hadiah? Bukannya tadi kamu bilang mau masak untukku sebagai tanda terima kasih?" tanya Tirta yang merasa tertarik."Jangan banyak tanya, nanti juga kamu tahu," jawab Bella sambil tersenyum misterius. "Terus, jangan panggil aku Bu Bella lagi. Kedengarannya nggak akrab sama sekali." Bella menatap Tirta dengan tatapan sedikit kesal, tapi masih penuh kelembutan."Kalau begitu ... gimana kalau aku manggil kamu Bel?" Tirta menggaruk kepalanya."Kenapa nggak? Bel kedengarannya lebih dekat dan akrab. Aku suka kalau kamu manggil aku seperti itu."Mata Bella melengkung dengan indah saat dia tersenyum. Lalu, seolah mengingat sesuatu, dia berkata, "Oh ya, Tirta, beberapa hari lagi adalah ulang tahun ke-80 kakekku. Aku ingin kamu temani aku ke sana. Aku sudah lama nggak menjenguknya.""Tentu saja, nggak masalah. Kita sudah tunangan, jadi kakekmu juga bisa dianggap sebagai kakekku," jawab Tirta dengan anggukan ringan."Tapi, Pak Saba juga minta kita untuk datang ke ibu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1111

    "Para peserta turnamen bela diri ini umumnya berasal dari sekte dan klan kecil hingga menengah. Terkadang, ada juga beberapa sekte menengah ke atas yang mengirimkan perwakilan mereka untuk ikut serta."Setelah berkata demikian, Yusril membungkuk sedikit dengan penuh hormat kepada Tirta. "Tentu saja, kalau dibandingkan dengan Sekte Mujarab yang merupakan sebuah kekuatan raksasa di dunia misterius ....""Sekte sebesar itu jelas nggak perlu mengikuti turnamen seperti ini yang sebenarnya nggak terlalu penting. Kalaupun Sekte Mujarab nggak meminta apa pun, pasti akan ada banyak sekte yang bersaing mengirimkan sumber daya kepada mereka."Karena alasan ini, Yusril dan Chiko tidak terlalu terkejut bahwa Tirta yang mereka anggap sebagai "orang dari dunia misterius", tidak tahu tentang turnamen ini.Mendengar penjelasan itu, Tirta mengangkat alisnya dengan ekspresi kecewa. "Hah ... ternyata sesederhana itu?"Tirta mengira ada alasan yang mengejutkan mengapa para pesilat dari dunia misterius data

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1110

    "Bryan, gimana kondisi pemulihanmu sekarang?" Kurnia melangkah masuk dengan tangan bersedekap di belakang punggungnya dan bertanya dengan nada santai.Kurnia dan Naushad adalah teman seangkatan, sehingga Bryan, sebagai murid Naushad, dianggap sebagai generasi junior baginya."Terima kasih atas perhatianmu, Paman Kurnia. Setelah beristirahat beberapa waktu, lukaku sudah jauh membaik. Cuma masih terasa agak sakit kalau digerakkan. Aku belum bisa bangun untuk menyambut Paman. Mohon maaf."Saat Bryan berbicara, sorot mata penuh dendam terlihat jelas di matanya. "Bagus kalau begitu. Aku sudah utus Fasahat dan Lior untuk beli obat penyembuh untuk luka-lukamu. Setelah mereka kembali dan kamu minum obat itu, pemulihanmu pasti akan lebih cepat."Kurnia mengubah nada bicaranya, lalu duduk di tepi tempat tidur dan bertanya dengan serius, "Bryan, sebelumnya kamu bilang, orang yang bunuh Naushad dalam satu serangan itu cuma seorang anak muda berusia 19 tahun? Itu benar?""Paman, aku nggak berani bo

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1109

    Di perbatasan ibu kota provinsi, terdapat sebuah pegunungan yang luas dengan hutan lebat membentang sejauh ratusan kilometer. Di antara jajaran pegunungan ini, ada sembilan puncak yang menjulang tinggi.Dari kejauhan, pemandangannya begitu menakjubkan, seolah-olah memiliki aura yang mampu menaklukkan energi alam semesta! Gunung ini dikenal sebagai Gunung Tisatun, salah satu gunung paling terkenal di provinsi tersebut.Selain menjadi pusat perhatian para pesilat, tempat ini juga merupakan destinasi wisata yang populer sepanjang tahun. Baik musim dingin maupun musim panas, selalu ada wisatawan yang datang untuk menikmati keindahannya.Di kaki Gunung Tisatun, berdiri sebuah hotel mewah dengan desain arsitektur yang megah.Saat ini, di dalam salah satu kamar yang luas dan elegan di lantai enam hotel tersebut, duduk seorang pria paruh baya berambut putih.Meski terlihat seperti pria berusia 50-an, kenyataannya, dia sudah berumur lebih dari 90 tahun. Sebagai seorang pesilat kuno dengan kekua

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status