Share

Bab 11

Author: Hazel
"Um, Kak ...." Ini pertama kalinya Tirta berciuman, bahkan si wanita yang mengambil inisiatif. Itu sebabnya, dia sulit untuk menahan antusiasmenya.

Meskipun lidah Melati tidak terlalu lincah, ciuman ini terasa sangat manis, membuat Tirta tidak ingin melepaskannya.

Selain itu, tangan Tirta terus meremas payudara Melati. Kali ini, dia akan menjadi pria seutuhnya! Dia pun tidak tahan lagi sehingga membalikkan badan dan menindih Melati.

"Tirta ... yang pelan sedikit ...." Melati tentu tahu apa yang ingin dilakukan Tirta selanjutnya. Kini, dia benar-benar lemas karena terangsang. Selain merasa cemas, hati Melati juga dipenuhi penantian.

"Ayo, Tirta. Aku sudah nggak sabar," ujar Melati sambil memeluk Tirta dengan erat. Dia pun tak kuasa mengeluarkan desahan yang sungguh memikat.

"Ah ... aku akan memperlakukanmu dengan baik mulai hari ini!" pekik Melati. Tirta telah kehilangan kendali. Dia menegakkan tubuhnya, bersiap-siap untuk memulai pertarungan besar. Dia akhirnya bisa merasakan kenikmatan dari bercinta.

"Tirta, kamu di mana? Tirta! Tirta! Ah, kakiku ...." Tiba-tiba, terdengar suara Ayu dari luar. Wanita ini sedang mencarinya. Nada bicaranya terdengar cemas, bahkan Ayu berteriak kesakitan di akhir.

"Bibi?" Langit sudah terang sekarang. Mungkin Ayu tidak menemukan dirinya saat bangun, makanya keluar untuk mencarinya. Ketika di jalan, Ayu pun tidak sengaja melukai kakinya.

"Kak, aku ... aku harus memeriksa keadaan bibiku dulu. Sepertinya dia terluka ...," ujar Tirta. Dia tidak berminat untuk berhubungan intim lagi karena mencemaskan Ayu. Jadi, dia buru-buru mengenakan celananya dan bangkit dari tubuh Melati.

"Hais, padahal tinggal sedikit lagi!" Melati benar-benar merasa enggan. Dia ingin sekali memasukkan kemaluan Tirta ke kemaluannya.

Namun, langit sudah terang dan penduduk desa sudah mulai bekerja. Kalau terus menahan Tirta, mereka bisa ketahuan. Melati terpaksa berkata, "Ya sudah, pergilah."

"Oke, Kak." Tirta langsung berlari ke luar tanpa menoleh.

"Tirta, kamu harus datang lagi malam ini! Kutunggu, ya!" seru Melati dengan suara rendah. Namun, Tirta sama sekali tidak menanggapi.

"Dia mendengarku nggak sih? Malam ini dia bakal datang nggak?" Melati seketika merasa cemas. Dia ingin menyusul Tirta, tetapi pakaiannya kurang pantas.

Ketika teringat pada perasaan nikmat semalam, Melati menjadi makin bertekad. "Setelah ganti baju, aku harus pergi mencarinya!"

....

Begitu keluar dari rumah Melati, Tirta langsung melihat Ayu yang duduk di tanah. Ayu memegang pergelangan kakinya dengan ekspresi kesakitan. Jelas, kakinya terkilir.

"Bibi! Kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Tirta dengan penuh simpati sambil maju untuk memapahnya.

"Tirta?" Begitu mendengar suara Tirta, Ayu pun memperlihatkan ekspresi terkejut. Kemudian, dia menggeleng dan menyalahkan Tirta, "Aku baik-baik saja. Kamu ke mana saja? Pagi-pagi sudah nggak ada di rumah. Aku memanggilmu dari tadi, tapi nggak ada respons."

"Eee ... pipa air di rumah Kak Melati tersumbat. Dia menyuruhku membantunya. Kulihat kamu tidur nyenyak sekali, makanya aku nggak ganggu," jawab Tirta yang berbohong. Setelah mengatakan ini, Tirta teringat pada Melati yang berinisiatif mengangkat roknya beserta pemandangan indah di bawah sana.

"Hm, begitu. Melati memang kasihan. Baguslah kalau kamu membantunya." Ayu tidak curiga. Dia justru bertanya, "Jadi, pipanya sudah selesai diperbaiki belum?"

"Sudah hampir selesai," jawab Tirta dengan ekspresi malu. Untung saja, Ayu tidak bisa melihat. Kalau tidak, wanita ini pasti akan curiga.

"Baguslah. Kita sudah sepakat akan pergi ke rumah Nabila hari ini. Kita pergi beli buah atau camilan dulu. Setelah itu, kita langsung berangkat," ujar Ayu. Dia menyuruh Tirta membawanya ke warung. Namun, begitu melangkah, Ayu langsung kesakitan hingga tidak bisa menegakkan tubuhnya. Wanita ini pun bersandar di tubuh Tirta.

"Bibi, kamu terluka. Aku bawa kamu ke klinik dulu untuk berobat. Setelah itu, kita baru pergi," ucap Tirta. Dia merasa kasihan melihat pergelangan kaki Ayu yang bengkak dan merah.

"Bibi, naik ke punggungku. Aku akan menggendongmu ke klinik." Tirta langsung berjongkok, lalu mengisyaratkan Ayu untuk naik.

"Tirta, kamu papah saja aku, nggak perlu gendong. Aku lumayan berat," tolak Ayu yang menggeleng.

"Bibi, jangan sembarangan. Tubuhmu sudah ideal," sahut Tirta. Dia bisa mencium aroma tubuh Ayu yang wangi seperti bunga anggrek. Aroma ini sungguh memikat.

"Kalau begitu, kamu turunkan saja aku kalau lelah." Ayu benar-benar kesakitan sehingga tidak akan menolak lagi. Dia langsung bersandar di punggung Tirta.

"Aku berdiri sekarang. Peluk aku dari belakang, jangan sampai jatuh." Tirta perlahan-lahan bangkit. Kedua tangannya pun memegang Ayu dengan erat.

"Aduh, ada lubang. Pegang yang erat, Bi," ucap Tirta. Saat berikutnya, dia langsung mempercepat langkah kakinya dan mempererat pegangannya.

"Tirta, yang pelan sedikit. Jangan terburu-buru begini," tegur Ayu.

Jantung Tirta berdebar-debar. Untungnya, Ayu tidak mengomel, melainkan menyandarkan wajahnya ke punggung Tirta dan memeluknya dengan erat. Tirta bisa merasakan kedua bola yang menempel di punggungnya.

"Tirta, pelan sedikit. Seingatku, jalanan di desa ini nggak begitu buruk," ujar Ayu sambil mengernyit. Dia merasa ada yang aneh ....
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Csippit Gaming
lanjutkan lagi
goodnovel comment avatar
David Auflimando
pengarangnya yg impoten nih
goodnovel comment avatar
Alfatih Kahfi Abdillah
pejantan tangguh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 12

    "Tirta, turunkan saja aku kalau kamu merasa lelah," ujar Ayu yang merasa tidak tega."Nggak apa-apa, Bi. Aku nggak keberatan kalau harus menggendongmu untuk seumur hidup!" Tirta terkekeh-kekeh.Klinik sudah dekat. Begitu tiba, Tirta langsung menurunkan Ayu ke ranjang karena mengkhawatirkan cederanya."Tunggu sebentar, Bi. Aku ambilkan obat dulu." Sesudah mengatakan itu, Tirta segera pergi ke ruang obat.Begitu Tirta pergi, wajah Ayu sontak menjadi sangat merah. Dia menjulurkan tangan untuk mengelus bokongnya yang sakit. Seharusnya Tirta tidak memiliki maksud lain. Bagaimanapun, pria dan wanita harus menjaga jarak. Ayu berpikir, Tirta sudah dewasa, pasti mulai menginginkan wanita."Tirta memang bukan anak kecil lagi, sudah saatnya aku mencarikannya pasangan," gumam Ayu. Dia mengembuskan napas setelah memikirkan ini. Seluruh Desa Persik tahu bahwa Tirta impoten. Wanita mana yang bersedia menjadi pasangannya?"Sebagai seorang pria, malah nggak ada wanita yang menyukai Tirta. Dia pasti sed

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 13

    "Baiklah." Tirta menghela napas dengan kecewa. Kalau tahu hasil dari pijatannya akan sebagus itu, dia tidak akan memijat Ayu supaya masih bisa merasakan kekenyalan kedua bola itu. Namun, Tirta tidak benar-benar menyesal. Dia juga merasa lega karena melihat Ayu tidak kesakitan lagi.Lagi pula, Ayu sudah setuju akan mengorbankan tubuhnya untuk Tirta berlatih pijat. Begitu teringat akan hal ini, Tirta merasa sangat senang."Kamu pergi ambil uang dulu." Ayu menyuruh Tirta mengambil uang di laci. Setelah mengunci pintu, dia menyuruh Tirta memapahnya ke warung di depan desa."Bi, kamu tunggu di sini. Aku lihat ada masalah apa di sana," ujar Tirta. Di perjalanan, Tirta melihat para penduduk desa berkerumun sambil bergosip. Dia pun menghampiri karena merasa penasaran."Hati-hati," pesan Ayu."Ya, tenang saja." Tirta mengiakan."Kalian sudah dengar belum? Sepertinya Raden melihat hantu semalam. Aku melihatnya pagi ini, dia berteriak seperti orang gila ....""Aku tahu. Kalau nggak salah, istriny

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 14

    "Ibu, jangan buka dulu. Aku baru bangun ... belum pakai baju!" Nabila seperti rusa kecil yang ketakutan. Jantungnya berdetak kencang. Kalau sampai Betari melihatnya seperti ini, dia akan sangat malu.Tanpa sempat mengganti celana dalam, Nabila langsung mencari celana untuk dipakai. Setelah beres, dia menghela napas dan berdeham. "Ibu, kamu sudah boleh masuk."Terdengar suara pintu dibuka, lalu Betari melangkah masuk. Ketika melihat wajah Nabila merah, dia mengernyit sambil bertanya, "Ada apa denganmu? Kenapa wajahmu merah sekali? Kamu mengigau apa tadi?""Aku mimpi buruk," jawab Nabila dengan kepala tertunduk."Mimpi buruk macam apa yang bisa membuatmu mengigau seperti itu?" Betari tetap merasa aneh, tetapi tidak bertanya lagi.Nabila merasa malu hingga kedua tangannya terkepal erat. Dia gugup hingga berkeringat. Kemudian, dia bertanya, "Bu, kenapa kamu mencariku?""Tirta dan bibinya datang membawa barang. Katanya mau berterima kasih padamu. Memangnya apa yang terjadi?" tanya Betari de

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 15

    Namun, hati Tirta bergetar saat melihat bokong bulat Nabila. Pasti seru jika Nabila benar-benar mengompol saat bercinta dengannya.Nabila masih muda, tetapi bokongnya hampir sebesar bokong Ayu. Siapa pun yang melihatnya pasti akan terpana. Apalagi, Nabila hanya memakai celana dalam yang basah sekarang. Kedua pahanya terpampang jelas, membuat Tirta tidak bisa mengalihkan pandangannya."Berengsek kamu, Tirta! Cepat keluar! Aku mau ganti celana!" Nabila buru-buru mengusir Tirta saat melihat pria ini menatapnya dengan mata terbelalak."Kak Nabila, kamu langsung pakai celanamu saja. Lagian, aku sudah melihat semuanya. Nggak perlu ditutup-tutupi lagi." Tirta terkekeh-kekeh."Tirta sialan! Kamu benar-benar nggak tahu malu! Beraninya kamu mengambil keuntungan dariku! Jangan salahkan aku bertindak kejam!" teriak Nabila. Saking murkanya, dia mengangkat kaki untuk menendang kemaluan Tirta."Astaga, benda ini nggak boleh ditendang sembarangan!" Tirta terkesiap hingga bergegas mengelak. Dia baru se

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 16

    Tirta akhirnya turun ke lantai bawah. Ayu sudah menunggunya di depan tangga sejak tadi. Raut wajahnya dipenuhi kecemasan."Bibi, sebaiknya kita cepat pulang." Sambil berkata, Tirta menggandeng tangan Ayu dan hendak membawanya ke luar."Dasar berengsek! Kamu begitu menginginkan wanita?" tegur Ayu sembari mencubit lengan Tirta dengan kesal. Dia sudah mendengar semuanya barusan. Hanya saja, dia kesulitan untuk menaiki tangga sehingga terpaksa menunggu di bawah.Pada saat yang sama, Ayu telah memastikan bahwa Tirta memang sudah dewasa dan sudah bisa bernafsu. Ayu harus segera mengatasi masalah ini atau Tirta akan membuat masalah untuk dirinya sendiri!"Bukan begitu, Bi. Kamu sudah salah dengar, aku nggak melakukan apa-apa kok," sahut Tirta yang bersikap keras kepala. Dia tidak ingin merusak citranya di hadapan Ayu."Jangan dibahas lagi. Aku akan memberimu pelajaran setelah sampai di rumah!" tegur Ayu dengan kesal."Kamu paling menyayangiku, mana mungkin tega memukulku," ujar Tirta sambil t

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 17

    Kemudian, Abbas memberi isyarat mata kepada orang-orang di sekitarnya. Isyarat mata ini hanya bisa dipahami oleh para pria."Ya, ya, kami melihat Tirta ke sana tadi. Kami akan membawamu ke tempatnya kalau mau." Dengan begitu, beberapa orang ini bekerja sama untuk menipu Melati.Mereka juga sangat tergoda dengan tubuh Melati selama ini. Tidak mungkin ada yang tahu kalau mereka menidurinya di tempat sepi begini. Selain itu, mereka merasa Melati tidak akan berani memberi tahu siapa pun tentang hal ini."Oke, aku ikut kalian." Melati lelah hingga kepalanya menjadi agak pusing. Dia hanya ingin segera bertemu Tirta, jadi tidak sempat memedulikan terlalu banyak hal."Kak Abbas, bukannya ini jalur yang dilewati Tirta?" tanya seorang pria bernama Enes dengan suara lirih. Dia meneruskan, "Kita mau melakukan hal penting. Akan gawat kalau ketahuan olehnya.""Ada banyak bahan obat di Gunung Barat. Misi kita bukan hanya meniduri Melati, tapi juga memetik bahan obat. Kalaupun ketahuan, mana mungkin T

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 18

    "Hehe, menurutmu? Memangnya masih kurang jelas? Kami ingin menidurimu! Melati, jangan melawan lagi!" seru Abbas dengan lantang. Dia merebut ranting pohon di tangan Melati dan merasa makin bersemangat."Makin kamu melawan, kami hanya akan makin terangsang!" Enes dan lainnya sungguh berhasrat, bahkan ada yang mulai melepaskan celana mereka."Kalau kalian berani menyentuhku, aku akan lapor polisi!" seru Melati. Dia bahkan berpikiran untuk mati sekarang. Jika dirinya dinodai oleh para bajingan ini, Tirta pasti tidak menginginkannya lagi."Cih! Laporkan saja setelah kami menidurimu!" Abbas sontak melayangkan tamparan kepada wajah Melati, lalu merobek lengan bajunya. Dalam sekejap, terlihat kulit yang putih dan mulus."Buset, dia putih sekali ...." Abbas, Enes, dan lainnya tidak bisa mengalihkan pandangan lagi. Saat berikutnya, mereka menyerbu ke depan. "Aku nggak bisa menunggu lagi, cepat lepaskan semua pakaiannya!"Alhasil, mereka semua malah terjatuh. Ternyata, Tirta mendengar suara merek

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 19

    "Kalian bersetubuh dengan pohon saja!" Tirta sungguh gusar. Sesudah memaki, dia langsung menyerbu ke depan."Tirta, hati-hati!" teriak Melati dengan cemas. Alhasil, dia malah tercengang melihat situasi di depan. Tirta berhasil menjatuhkan Enes dan lainnya dalam waktu singkat. Mereka semua tampak tergeletak tak berdaya."Astaga! Apa yang terjadi? Kenapa bocah ini kuat sekali!" Enes dan lainnya sungguh tidak memahami situasi ini."Biar kuperingatkan. Kalau berani mengganggu Kak Melati lagi, aku akan mematahkan kaki kalian!" hardik Tirta yang melayangkan tendangan hingga membuat mereka semua terdiam."Sudahlah, Tirta. Nanti situasi makin buruk. Sebaiknya kita pulang," bujuk Melati sambil buru-buru maju. Pada saat yang sama, dia merasa Tirta benar-benar pria sejati yang menawan."Kita pergi, Kak." Tirta meludahi Abbas dan lainnya, lalu menggandeng tangan Melati untuk berjalan pergi....."Berengsek! Akan kuingat dendam ini!" Setelah Tirta menjauh, Abbas baru berani mengumpat lirih."Situas

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1383

    "Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1382

    "Empat puluh triliun? Bukannya kalian itu polisi? Kenapa aku merasa kalian seperti bandit?" tanya Tirta.Berdasarkan ucapan Mairah, para polisi ini juga bertugas untuk mencari Susanti biarpun Tirta tidak memberi mereka uang. Lagi pula, mereka tidak menemukan Susanti. Namun, Tirta juga bersedia memberi mereka 2 triliun sebagai ungkapan terima kasih.Melihat kondisi ini, emosi Tirta tersulut. Hafiz yang memimpin melihat Tirta masih begitu muda, tetapi dia sama sekali tidak panik setelah dikepung. Tirta juga bisa menebak masa lalu Hafiz dan lainnya dari ucapan mereka.Hafiz menerka-nerka identitas Tirta, 'Eh? Sebenarnya apa latar belakang pemuda ini? Kenapa dulu aku nggak pernah mendengar tentangnya?'Salah satu bawahan kepercayaan Hafiz maju, lalu tertawa dan berujar sembari menunjuk Tirta, "Kak, pemuda ini benar-benar pintar. Dia bisa menebak profesi kita dulu."Puluhan polisi juga ikut menghina Tirta. Sikap mereka sangat keterlaluan."Benar! Dulu kami termasuk bandit. Hanya saja, akhir

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1381

    Belasan menit kemudian, 13 orang terakhir juga dibunuh oleh Tirta. Setelah menyimpan Pedang Terbang, Tirta melihat mayat-mayat di tanah. Perasaannya campur aduk.Tirta merasa sejak dirinya menguasai kultivasi, hasrat membunuhnya makin kuat. Dulu dia hampir tidak pernah berpikiran untuk membunuh.Saat Tirta sedang gundah dan meragukan dirinya sendiri, suara Genta terdengar. "Kamu sudah menjalani kehidupan di luar alam fana. Kamu nggak usah sedih karena kematian para pecundang ini. Mereka nggak pantas."'Kak, aku juga manusia. Tapi, aku merasa sekarang aku nggak berperikemanusiaan sedikit pun,' balas Tirta. Dia memeluk Susanti makin erat, tetapi hatinya masih kalut.Genta bertanya balik, "Kalau begitu, beri tahu aku apa artinya berperikemanusiaan?"Tirta mendesah dan menjawab, 'Berperikemanusiaan itu ... aku juga nggak tahu. Aku cuma merasa jelas-jelas aku bisa melepaskan mereka dan menyuruh mereka bersumpah ke depannya nggak akan membocorkan hal ini. Tapi, aku tetap membunuh mereka. Kak

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1380

    Pedang Terbang yang bergerak sangat cepat menebas belasan kepala ahli serangga dalam sekejap. Para ahli serangga dari Desa Hiradi dan Desa Tayur tidak mampu menangkis serangan Tirta. Serangga guna-guna yang mereka banggakan sangat lemah di hadapan Pedang Terbang, seperti anak kecil 3 tahun yang menghadapi orang dewasa.Dalam waktu singkat, puluhan ahli serangga yang awalnya sangat percaya diri merasa tidak berdaya. Mereka yang kalah telak berteriak histeris.Wafri kaget. Dia bergumam, "Apa ... yang terjadi? Pedang ini bisa terbang .... Apa aku berhalusinasi?"Namun, suara teriakan makin jelas. Wafri tidak berani berlama-lama lagi. Dia berusaha keras untuk kabur."Sialan ... sebenarnya siapa pemuda ini? Jamil berengsek! Kamu mencelakaiku!" omel Aezar. Dia yang ketakutan setengah mati juga berusaha kabur."Lari saja, aku mau lihat kaki kalian atau pedangku lebih cepat!" seru Tirta. Dia memancarkan aura membunuh.Tirta menjentik jarinya, lalu bola api muncul dan jatuh ke mayat-mayat yang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1379

    Marila segera berucap dengan ekspresi cemas, "Paman, kita jangan habiskan waktu lagi. Kita sama-sama bawa bawahanmu pergi ke Desa Benad secepatnya!""Oke, tapi naik mobil terlalu lambat. Aku suruh orang untuk cari helikopter. Kita naik helikopter ke sana saja," sahut Idris. Dia membawa Marila naik ke mobil, lalu bergegas pergi ke pusat kota.....Waktu kembali ke 2 jam kemudian. Di bawah rumah panggung Susana, sebelumnya Tirta sudah membantai belasan ahli serangga Desa Benad yang tersisa.Tiba-tiba, puluhan ahli serangga mengepung Tirta. Mereka berasal dari Desa Hiradi dan Desa Tayur. Tirta tidak ingin membunuh orang yang tidak bersalah, ditambah lagi dia ingin segera memulihkan ingatan Susanti.Jadi, Tirta tidak langsung bertindak. Dia berkata kepada puluhan orang itu, "Sepertinya aku nggak punya dendam dengan kalian. Kalau kalian nggak mau mati sia-sia, cepat minggir."Aezar mengamati Tirta dengan sinis. Dia mendengus dan berbicara terlebih dahulu, "Kamu memang nggak punya dendam den

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1378

    Dua jam yang lalu, Marila langsung menelepon pamannya setelah berpisah dengan Tirta. Pamannya adalah gubernur yang memimpin Provinsi Naru. Dia merupakan pejabat yang mengurus perbatasan. Namanya Idris.Marila meminta Idris mengutus orang untuk mencari Susanti. Sementara itu, Marila yang menaiki taksi sedang dalam perjalanan untuk bertemu Idris.Tentu saja, Marila juga mempunyai alasan datang jauh-jauh dari ibu kota ke Provinsi Naru untuk mencari Idris. Awalnya Idris juga merupakan pejabat tinggi di ibu kota. Kemudian, Idris menyinggung orang hebat karena salah bicara. Dia hampir kehilangan posisi sebagai pejabat.Untung saja, Saba turun tangan untuk melindungi Idris. Namun, Idris dipindahkan ke Provinsi Naru yang terpencil karena masalah ini. Dia menjadi seorang gubernur. Kemungkinan dia tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke ibu kota lagi seumur hidup.Setelah itu, petinggi negara memerintahkan untuk membasmi kejahatan di seluruh negeri. Provinsi Naru adalah wilayah yang dikuasai

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1377

    Apalagi kompetisi serangga akan segera diadakan. Demi memenangkan kompetisi, mereka juga ingin datang untuk mengambil keuntungan. Tujuan mereka adalah merebut Serangga Emas yang dimurnikan dengan susah payah. Jadi, mereka baru menerobos masuk ke Desa Benad.Jamil buru-buru maju dengan napas terengah-engah saat melihat kedua belah pihak yang hendak berkelahi demi merebut Serangga Emas.Jamil menunjuk Tirta yang sedang membunuh di bawah rumah panggung sambil berteriak, "Kepala desa sekalian, jangan bertengkar lagi. Serangga Emas sudah diambil oleh seorang pemuda yang datang dari luar. Nenek Benad dan ayahku sudah dibunuh olehnya!""Siapa yang membunuh pemuda itu akan mendapatkan Serangga Emas. Ayahku sudah mati, jadi aku yang membuat keputusan di Desa Benad. Aku akan membawa semua penduduk Desa Benad untuk membela pihak yang membantuku balas dendam," lanjut Jamil.Jamil meneruskan, "Kalau aku melanggar janjiku, aku akan disambar petir dan dihabisi semua serangga guna-guna. Aku akan mati

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1376

    Orang yang ditarik Jayadi untuk mengadang serangan pedang Tirta sudah mati. Namun, Jayadi tidak merasa kesakitan selain kepalanya yang makin gatal dan pandangannya yang makin kabur.Jayadi berusaha mengerahkan Serangga Batu dan Serangga Pelumpuh, lalu berujar pada Tirta dengan sinis, "Pemuda sialan, hanya begini kemampuanmu? Kamu sama sekali nggak bisa melukaiku. Haha, selanjutnya sudah saatnya aku bertindak!"Sesuai namanya, Serangga Batu bisa membuat orang yang digigit membatu. Sementara itu, sekujur tubuh orang yang digigit Serangga Pelumpuh akan mati rasa. Mereka tidak akan mampu melawan lagi.Kedua serangga ini bisa memberikan efek yang sama. Jayadi yakin Tirta yang merupakan orang luar pasti tidak bisa menghadapi serangan serangganya. Nanti Jayadi bisa menghabisi Tirta dengan mudah.Hanya saja, tiba-tiba terdengar suara Jamil yang samar dan panik. "Ayah ... kamu ... nggak ... apa-apa, 'kan?""Aku ... nggak ... apa-apa ....," sahut Jayadi. Dia merasa aneh, tetapi dia tetap menangg

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1375

    Tirta mendengus dan berkata, "Aku memang mau membuat perhitungan denganmu! Sekarang kamu yang cari aku, jadi aku bisa menghemat waktuku!"Tirta melihat dengan menggunakan mata tembus pandang. Ternyata Jamil yang pergi tadi sudah kembali. Dia membawa Jayadi dan belasan ahli serangga di Desa Benad. Mereka membuat masalah di bawah rumah panggung.Tirta langsung menyuruh Anton dan Yuli mengikutinya. Dia yang menggendong Susanti keluar dari kamar terlebih dahulu.Sementara itu, Jamil yang berada di bawah rumah panggung langsung panik begitu melihat Tirta keluar dari kamar sambil menggendong Susanti.Jamil yang cemburu berseru, "Ayah, pemuda itu yang membunuh Nenek Benad! Cepat bunuh dia! Jangan sampai dia membawa Susanti pergi!"Jayadi meremehkan Tirta setelah melihat tampangnya yang lucu dan wajahnya yang masih muda. Dia berucap kepada Jamil, "Jamil, dia masih muda. Untuk apa kamu takut? Tenang saja, aku nggak akan membiarkan dia pergi dari Desa Benad hidup-hidup. Wanita itu milikmu dan di

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status