Share

Bab 15

Author: Hazel
Namun, hati Tirta bergetar saat melihat bokong bulat Nabila. Pasti seru jika Nabila benar-benar mengompol saat bercinta dengannya.

Nabila masih muda, tetapi bokongnya hampir sebesar bokong Ayu. Siapa pun yang melihatnya pasti akan terpana. Apalagi, Nabila hanya memakai celana dalam yang basah sekarang. Kedua pahanya terpampang jelas, membuat Tirta tidak bisa mengalihkan pandangannya.

"Berengsek kamu, Tirta! Cepat keluar! Aku mau ganti celana!" Nabila buru-buru mengusir Tirta saat melihat pria ini menatapnya dengan mata terbelalak.

"Kak Nabila, kamu langsung pakai celanamu saja. Lagian, aku sudah melihat semuanya. Nggak perlu ditutup-tutupi lagi." Tirta terkekeh-kekeh.

"Tirta sialan! Kamu benar-benar nggak tahu malu! Beraninya kamu mengambil keuntungan dariku! Jangan salahkan aku bertindak kejam!" teriak Nabila. Saking murkanya, dia mengangkat kaki untuk menendang kemaluan Tirta.

"Astaga, benda ini nggak boleh ditendang sembarangan!" Tirta terkesiap hingga bergegas mengelak. Dia baru sembuh dari impotennya. Kalau cacat lagi karena tendangan Nabila, dia bisa nangis darah.

Alhasil, Nabila kehilangan keseimbangannya dan terjatuh dengan bokong menyentuh lantai. Dia pun kesakitan hingga meneteskan air mata.

"Berengsek! Siapa suruh kamu menghindar? Pantatku sakit sekali! Kamu menindasku!" maki Nabila.

Tirta mencebik. Pria mana pun akan menghindar kalau menghadapi serangan seperti itu. Meskipun demikian, dia tetap menghibur Nabila, "Sini, biar kupijat pantatmu. Kebetulan, aku baru belajar teknik memijat dari buku medis. Kujamin kamu nggak bakal sakit lagi nanti."

Selesai mengatakan itu, Tirta langsung menjulurkan tangan dan mulai memijat bokong Nabila. Nabila sontak memekik, "Ah! Kurang ajar! Singkirkan tanganmu! Kalau kamu menyentuh pantatku lagi, aku nggak bakal membimbingmu lagi!"

Nabila pun mendorong Tirta saking berangnya. Pada saat yang sama, dia merasa sekujur tubuhnya menjadi sangat nyaman sekaligus panas.

Tirta sama sekali tidak menghiraukan larangan Nabila. Mana mungkin dia rela melepaskan bokong indah ini? Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa.

Tirta menoleh, lalu melihat Agus memaki, "Kurang ajar! Tirta! Pantat siapa yang kamu sentuh? Aku akan memberimu pelajaran hari ini!"

Agus baru pulang dari rapat di kota. Dia merasa heran melihat Ayu duduk di lantai bawah. Sebelum sempat bertanya, dia sudah mendengar tangisan Nabila, bahkan putrinya ini mengatakan bokongnya sakit.

Agus sontak naik pitam. Berani sekali pemuda berengsek yang tidak punya masa depan ini menindas putrinya! Begitu naik, dia malah mendapati Nabila hanya memakai celana dalam, sedangkan Tirta mengelus pantat putrinya! Agus hampir jatuh pingsan saking terkejutnya!

"Pak Agus, kamu sudah salah paham. Aku nggak melakukan apa pun dengan Kak Nabila," jelas Tirta yang buru-buru melepaskan tangannya dan ketakutan hingga gemetaran. Dia tidak menyangka Agus akan melihat pemandangan ini. Memalukan sekali!

Sementara itu, Nabila buru-buru bersembunyi di dalam selimut dan tidak berani menampakkan diri. Dia bahkan berpikiran untuk mati sekarang!

"Kamu sudah melepaskan celana putriku, tapi masih bilang nggak melakukan apa pun? Hari ini, aku akan mengulitimu!" hardik Agus dengan wajah merah dan napas berat. Kemudian, dia menghampiri Tirta. Dilihat dari penampilannya, sepertinya dia ingin menghajar Tirta sampai setengah mati!

"Pak, tenang dulu. Percaya padaku, aku benar-benar nggak berniat jahat!" jelas Tirta sambil mundur. Dia tidak ingin menggunakan kekerasan kepada Agus. Kalau memukul Agus, Nabila tidak mungkin menjadi pacarnya lagi untuk selamanya.

"Kalau begitu, jelaskan padaku, kenapa putriku nggak pakai celana dan kenapa kamu menyentuh pantatnya?" Agus tidak ingin mendengarkan penjelasan Tirta. Dia sudah mengangkat bangku, lalu hendak melemparkannya kepada Tirta.

"Pak, aku ... aku ... semua ini hanya salah paham!" Tirta merasa bersalah sehingga terbata-bata dan tidak tahu harus bagaimana menjelaskan.

"Berengsek! Besar sekali nyalimu! Beraninya kamu menindas putriku! Hari ini, aku akan memberimu pelajaran supaya kamu jera!" bentak Agus. Dia menjadi makin marah dan ingin melemparkan bangku di tangannya.

"Ayah, hentikan. Aku baru bangun dan nggak pakai celana. Aku nggak sengaja jatuh, lalu melihat Tirta naik, jadi menyuruhnya membantuku mengelus pantatku. Dia memang nggak berniat jahat padaku." Nabila buru-buru menjulurkan kepalanya dari selimut untuk menjelaskan. Dia khawatir Agus benar-benar menghajar Tirta hingga sekarat.

"Ya, ya, memang seperti itu." Tirta buru-buru mengangguk, lalu menatap Nabila dengan sorot mata berterima kasih.

"Nggak mungkin! Aku mendengar obrolan kalian tadi! Jangan-jangan dia mengancammu, jadi kamu membelanya?" tanya Agus. Dia tidak percaya pada penjelasan Nabila, melainkan makin mencurigai Tirta.

"Ayah, jangan berpikir sembarangan!" tegur Nabila. Begitu melihat tatapan Agus, dia langsung tahu apa yang dipikirkan ayahnya ini.

"Semua penduduk desa tahu Tirta cacat. Meskipun ada wanita telanjang di depannya, dia juga nggak bisa apa-apa. Mana mungkin dia berniat jahat padaku? Ayah, percayalah padaku. Aku nggak mungkin bohong. Turunkan bangku itu," ujar Nabila.

Agus masih tidak percaya, bahkan tidak bersedia menurunkan bangku itu. Dia bertanya, "Nabila, apa kamu baik-baik saja? Bocah ini menindasmu, tapi kamu malah membelanya?"

Selesai mengatakan itu, Agus memelototi Tirta dan membentak, "Kamu sudah cacat, tapi masih mau menindas putriku! Sudah bosan hidup, ya?"

Tirta sungguh kehabisan kata-kata. Dilihat dari penampilan Agus, sepertinya pria ini tidak akan rela sebelum memberinya pelajaran.

"Ayah, sudahlah. Jangan teriak-teriak lagi. Aku yang malu kalau didengar tetangga! Gimana aku bisa menikah nanti?" Selesai berbicara, Nabila bersembunyi di dalam selimut lagi dan menyeka air mata.

"Huh!" Agus juga berpikir demikian. Dia ingin putrinya menikah dengan pria kaya. Meskipun amarah belum mereda, dia tidak ingin memperbesar masalah ini lagi.

Agus memelotot sembari mengancam, "Cepat pergi! Kalau berani mengincar putriku lagi, aku akan menghajarmu sampai mati! Selain itu, kalau kamu berani membocorkan kejadian hari in, aku akan menyuruh orang menyegel klinikmu!"

"Pak, tenang saja. Aku nggak akan memberi tahu siapa pun." Tirta mengiakan, lalu buru-buru turun. Nabila sudah melindunginya, dia tidak mungkin marah pada Agus. Lagi pula, ayah mana yang tidak marah saat melihat ada pria yang menyentuh bokong putrinya?

Hanya saja, Tirta merasa cemas. Apakah Nabila masih akan membimbingnya belajar setelah kejadian ini? Bagaimanapun, dia sudah menindas Nabila hari ini. Jika Nabila tidak mau mengajarinya lagi, Tirta mungkin tidak bisa mendapatkan sertifikat!
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Ari Budi Wibowo
semakin seru cerita nya...mudah2an kebelakang semakin seru lagi
goodnovel comment avatar
Bamsadewo
semakin seru dan lucu cerita nya
goodnovel comment avatar
Setio Waspodo
eng ing eng sedikit perhatian
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 16

    Tirta akhirnya turun ke lantai bawah. Ayu sudah menunggunya di depan tangga sejak tadi. Raut wajahnya dipenuhi kecemasan."Bibi, sebaiknya kita cepat pulang." Sambil berkata, Tirta menggandeng tangan Ayu dan hendak membawanya ke luar."Dasar berengsek! Kamu begitu menginginkan wanita?" tegur Ayu sembari mencubit lengan Tirta dengan kesal. Dia sudah mendengar semuanya barusan. Hanya saja, dia kesulitan untuk menaiki tangga sehingga terpaksa menunggu di bawah.Pada saat yang sama, Ayu telah memastikan bahwa Tirta memang sudah dewasa dan sudah bisa bernafsu. Ayu harus segera mengatasi masalah ini atau Tirta akan membuat masalah untuk dirinya sendiri!"Bukan begitu, Bi. Kamu sudah salah dengar, aku nggak melakukan apa-apa kok," sahut Tirta yang bersikap keras kepala. Dia tidak ingin merusak citranya di hadapan Ayu."Jangan dibahas lagi. Aku akan memberimu pelajaran setelah sampai di rumah!" tegur Ayu dengan kesal."Kamu paling menyayangiku, mana mungkin tega memukulku," ujar Tirta sambil t

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 17

    Kemudian, Abbas memberi isyarat mata kepada orang-orang di sekitarnya. Isyarat mata ini hanya bisa dipahami oleh para pria."Ya, ya, kami melihat Tirta ke sana tadi. Kami akan membawamu ke tempatnya kalau mau." Dengan begitu, beberapa orang ini bekerja sama untuk menipu Melati.Mereka juga sangat tergoda dengan tubuh Melati selama ini. Tidak mungkin ada yang tahu kalau mereka menidurinya di tempat sepi begini. Selain itu, mereka merasa Melati tidak akan berani memberi tahu siapa pun tentang hal ini."Oke, aku ikut kalian." Melati lelah hingga kepalanya menjadi agak pusing. Dia hanya ingin segera bertemu Tirta, jadi tidak sempat memedulikan terlalu banyak hal."Kak Abbas, bukannya ini jalur yang dilewati Tirta?" tanya seorang pria bernama Enes dengan suara lirih. Dia meneruskan, "Kita mau melakukan hal penting. Akan gawat kalau ketahuan olehnya.""Ada banyak bahan obat di Gunung Barat. Misi kita bukan hanya meniduri Melati, tapi juga memetik bahan obat. Kalaupun ketahuan, mana mungkin T

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 18

    "Hehe, menurutmu? Memangnya masih kurang jelas? Kami ingin menidurimu! Melati, jangan melawan lagi!" seru Abbas dengan lantang. Dia merebut ranting pohon di tangan Melati dan merasa makin bersemangat."Makin kamu melawan, kami hanya akan makin terangsang!" Enes dan lainnya sungguh berhasrat, bahkan ada yang mulai melepaskan celana mereka."Kalau kalian berani menyentuhku, aku akan lapor polisi!" seru Melati. Dia bahkan berpikiran untuk mati sekarang. Jika dirinya dinodai oleh para bajingan ini, Tirta pasti tidak menginginkannya lagi."Cih! Laporkan saja setelah kami menidurimu!" Abbas sontak melayangkan tamparan kepada wajah Melati, lalu merobek lengan bajunya. Dalam sekejap, terlihat kulit yang putih dan mulus."Buset, dia putih sekali ...." Abbas, Enes, dan lainnya tidak bisa mengalihkan pandangan lagi. Saat berikutnya, mereka menyerbu ke depan. "Aku nggak bisa menunggu lagi, cepat lepaskan semua pakaiannya!"Alhasil, mereka semua malah terjatuh. Ternyata, Tirta mendengar suara merek

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 19

    "Kalian bersetubuh dengan pohon saja!" Tirta sungguh gusar. Sesudah memaki, dia langsung menyerbu ke depan."Tirta, hati-hati!" teriak Melati dengan cemas. Alhasil, dia malah tercengang melihat situasi di depan. Tirta berhasil menjatuhkan Enes dan lainnya dalam waktu singkat. Mereka semua tampak tergeletak tak berdaya."Astaga! Apa yang terjadi? Kenapa bocah ini kuat sekali!" Enes dan lainnya sungguh tidak memahami situasi ini."Biar kuperingatkan. Kalau berani mengganggu Kak Melati lagi, aku akan mematahkan kaki kalian!" hardik Tirta yang melayangkan tendangan hingga membuat mereka semua terdiam."Sudahlah, Tirta. Nanti situasi makin buruk. Sebaiknya kita pulang," bujuk Melati sambil buru-buru maju. Pada saat yang sama, dia merasa Tirta benar-benar pria sejati yang menawan."Kita pergi, Kak." Tirta meludahi Abbas dan lainnya, lalu menggandeng tangan Melati untuk berjalan pergi....."Berengsek! Akan kuingat dendam ini!" Setelah Tirta menjauh, Abbas baru berani mengumpat lirih."Situas

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 20

    "Kak Melati, sampai jumpa!" Hati Tirta merasa sangat senang. Dia mencium tangannya yang agak basah itu dan isi pikirannya menjadi linglung."Wangi sekali ...." Melati bahkan kesulitan untuk berjalan! Tirta telah bertekad dalam hati, apa pun yang terjadi malam ini, dia akan meniduri Melati!"Bibi, aku pulang." Setelah cukup lama, Tirta akhirnya kembali ke klinik."Kamu ini ke mana saja lama sekali?" keluh Ayu dengan kesal saat mendengar suara Tirta. Dia sudah menunggu beberapa jam dan merasa sangat khawatir karena tidak melihat sosok Tirta."Aku memetik banyak tanaman obat hari ini, makanya jadi tertunda. Aku juga memetik beberapa buah-buahan liar, coba Bibi cicipi rasanya," kata Tirta dengan penuh kebohongan. Sebenarnya dia jadi tertunda karena meraba Melati sepanjang perjalanan.Sambil berbicara, Tirta meletakkan keranjangnya dan mengeluarkan beberapa persik. Setelah mencuci persik itu, dia menyerahkannya kepada Ayu. Dia sendiri juga menggigit buah itu dengan lahap."Bibi nggak mau m

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 21

    "Apa?" Ayu tercengang sekejap, lalu bertanya dengan kegirangan, "Tirta, kamu benar-benar sudah sembuh?""Tentu saja, kalau nggak percaya kamu periksa saja."Ayu langsung memalingkan pandangannya dengan wajah yang memerah."Syukurlah kalau sudah sembuh. Dengan begitu, kamu bisa cari wanita lain kelak atau bersama Nabila. Kamu mau menikah juga Bibi nggak akan menghalangimu,'' balas Ayu."Nggak, aku nggak mau cari wanita lain. Aku ...." Tirta menatap Ayu dengan lekat-lekat, tetapi Ayu langsung memalingkan wajahnya dan memarahinya, "Jangan bicara sembarangan. Mana mungkin pria dewasa nggak cari istri. Mengenai penyakitmu yang sudah sembuh ini, kelak Bibi akan bantu kamu untuk lebih memperhatikannya lagi."Perkataan Ayu ini juga untuk mengingatkan dirinya sendiri. Meskipun mulutnya menolak, sebenarnya hatinya merasa agak cemburu.Melihat suasana hati Ayu yang tiba-tiba memburuk, Tirta mengira Ayu takut Tirta menjauhinya setelah punya pacar nanti. Oleh karena itu, dia menghibur Ayu, "Bibi te

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 22

    Pukul satu atau dua siang adalah masa-masa paling panas. Tirta berlari keluar rumah di bawah sinar matahari yang terik, tapi malah tidak merasa kepanasan sama sekali. Di sekitar toko kecil itu ada pohon willow dan ladang jagung. Saat itu, Tirta bersembunyi di belakang pohon willow dan menarik Nabila ke ladang jagung.Saat tiba di sini, Tirta tiba-tiba teringat kembali dengan bokong Nabila yang sintal dan adegan saat dia melihat tubuh Nabila."Gadis itu lumayan juga. Kalau aku bisa menikahinya dan memeluknya sambil tidur setiap hari, pasti akan sangat nyaman rasanya." Setelah bernostalgia sejenak, Tirta benar-benar melihat Nabila yang berjalan ke arahnya. Akan tetapi, di sampingnya ada seorang pemuda yang tinggi dan kurus, serta memakai kacamata.Pria itu berpakaian rapi dan terlihat sangat alim dengan kacamatanya. Nabila dan pemuda itu berbicara dengan asyik dan sesekali terdengar suara tawa yang nyaring. Sementara itu, sorot mata pria itu terlihat sangat bergairah menatap Nabila."Nab

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 23

    "Argh!" teriak pria itu. Perawakan pria itu lumayan tinggi dan tegap, tapi tak disangka dia langsung terbang begitu ditendang Tirta. Apalagi semua ini terjadi di hadapan Nabila, sehingga membuatnya semakin merasa malu.Pria itu langsung memakinya, "Beraninya kamu memukulku? Apa kamu tahu siapa aku ini?""Aku nggak tahu siapa kamu, tapi aku ini ayahmu! Akan kuhabisi kamu, anak sialan!" Tirta duduk di atas tubuh pria itu dan langsung menghajarnya habis-habisan. Hanya dalam sekejap, pria itu telah dipukul hingga babak belur dan terus merintih kesakitan."Tirta, hentikan! Kenapa kamu memukul orang?!" teriak Nabila dengan panik sambil buru-buru menahan Tirta."Jangan sentuh aku. Kamu sakit hati karena aku memukulnya? Kenapa kamu membelanya sampai seperti itu?" bentak Tirta yang sedang dalam emosi. Tirta bisa melihat bahwa pria itu jelas-jelas menyukai Nabila. Jika tidak, reaksi Tirta juga tidak akan sebesar ini!"Sakit hati apanya?" Nabila terkejut karena dibentak oleh Tirta hingga menetesk

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1383

    "Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1382

    "Empat puluh triliun? Bukannya kalian itu polisi? Kenapa aku merasa kalian seperti bandit?" tanya Tirta.Berdasarkan ucapan Mairah, para polisi ini juga bertugas untuk mencari Susanti biarpun Tirta tidak memberi mereka uang. Lagi pula, mereka tidak menemukan Susanti. Namun, Tirta juga bersedia memberi mereka 2 triliun sebagai ungkapan terima kasih.Melihat kondisi ini, emosi Tirta tersulut. Hafiz yang memimpin melihat Tirta masih begitu muda, tetapi dia sama sekali tidak panik setelah dikepung. Tirta juga bisa menebak masa lalu Hafiz dan lainnya dari ucapan mereka.Hafiz menerka-nerka identitas Tirta, 'Eh? Sebenarnya apa latar belakang pemuda ini? Kenapa dulu aku nggak pernah mendengar tentangnya?'Salah satu bawahan kepercayaan Hafiz maju, lalu tertawa dan berujar sembari menunjuk Tirta, "Kak, pemuda ini benar-benar pintar. Dia bisa menebak profesi kita dulu."Puluhan polisi juga ikut menghina Tirta. Sikap mereka sangat keterlaluan."Benar! Dulu kami termasuk bandit. Hanya saja, akhir

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1381

    Belasan menit kemudian, 13 orang terakhir juga dibunuh oleh Tirta. Setelah menyimpan Pedang Terbang, Tirta melihat mayat-mayat di tanah. Perasaannya campur aduk.Tirta merasa sejak dirinya menguasai kultivasi, hasrat membunuhnya makin kuat. Dulu dia hampir tidak pernah berpikiran untuk membunuh.Saat Tirta sedang gundah dan meragukan dirinya sendiri, suara Genta terdengar. "Kamu sudah menjalani kehidupan di luar alam fana. Kamu nggak usah sedih karena kematian para pecundang ini. Mereka nggak pantas."'Kak, aku juga manusia. Tapi, aku merasa sekarang aku nggak berperikemanusiaan sedikit pun,' balas Tirta. Dia memeluk Susanti makin erat, tetapi hatinya masih kalut.Genta bertanya balik, "Kalau begitu, beri tahu aku apa artinya berperikemanusiaan?"Tirta mendesah dan menjawab, 'Berperikemanusiaan itu ... aku juga nggak tahu. Aku cuma merasa jelas-jelas aku bisa melepaskan mereka dan menyuruh mereka bersumpah ke depannya nggak akan membocorkan hal ini. Tapi, aku tetap membunuh mereka. Kak

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1380

    Pedang Terbang yang bergerak sangat cepat menebas belasan kepala ahli serangga dalam sekejap. Para ahli serangga dari Desa Hiradi dan Desa Tayur tidak mampu menangkis serangan Tirta. Serangga guna-guna yang mereka banggakan sangat lemah di hadapan Pedang Terbang, seperti anak kecil 3 tahun yang menghadapi orang dewasa.Dalam waktu singkat, puluhan ahli serangga yang awalnya sangat percaya diri merasa tidak berdaya. Mereka yang kalah telak berteriak histeris.Wafri kaget. Dia bergumam, "Apa ... yang terjadi? Pedang ini bisa terbang .... Apa aku berhalusinasi?"Namun, suara teriakan makin jelas. Wafri tidak berani berlama-lama lagi. Dia berusaha keras untuk kabur."Sialan ... sebenarnya siapa pemuda ini? Jamil berengsek! Kamu mencelakaiku!" omel Aezar. Dia yang ketakutan setengah mati juga berusaha kabur."Lari saja, aku mau lihat kaki kalian atau pedangku lebih cepat!" seru Tirta. Dia memancarkan aura membunuh.Tirta menjentik jarinya, lalu bola api muncul dan jatuh ke mayat-mayat yang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1379

    Marila segera berucap dengan ekspresi cemas, "Paman, kita jangan habiskan waktu lagi. Kita sama-sama bawa bawahanmu pergi ke Desa Benad secepatnya!""Oke, tapi naik mobil terlalu lambat. Aku suruh orang untuk cari helikopter. Kita naik helikopter ke sana saja," sahut Idris. Dia membawa Marila naik ke mobil, lalu bergegas pergi ke pusat kota.....Waktu kembali ke 2 jam kemudian. Di bawah rumah panggung Susana, sebelumnya Tirta sudah membantai belasan ahli serangga Desa Benad yang tersisa.Tiba-tiba, puluhan ahli serangga mengepung Tirta. Mereka berasal dari Desa Hiradi dan Desa Tayur. Tirta tidak ingin membunuh orang yang tidak bersalah, ditambah lagi dia ingin segera memulihkan ingatan Susanti.Jadi, Tirta tidak langsung bertindak. Dia berkata kepada puluhan orang itu, "Sepertinya aku nggak punya dendam dengan kalian. Kalau kalian nggak mau mati sia-sia, cepat minggir."Aezar mengamati Tirta dengan sinis. Dia mendengus dan berbicara terlebih dahulu, "Kamu memang nggak punya dendam den

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1378

    Dua jam yang lalu, Marila langsung menelepon pamannya setelah berpisah dengan Tirta. Pamannya adalah gubernur yang memimpin Provinsi Naru. Dia merupakan pejabat yang mengurus perbatasan. Namanya Idris.Marila meminta Idris mengutus orang untuk mencari Susanti. Sementara itu, Marila yang menaiki taksi sedang dalam perjalanan untuk bertemu Idris.Tentu saja, Marila juga mempunyai alasan datang jauh-jauh dari ibu kota ke Provinsi Naru untuk mencari Idris. Awalnya Idris juga merupakan pejabat tinggi di ibu kota. Kemudian, Idris menyinggung orang hebat karena salah bicara. Dia hampir kehilangan posisi sebagai pejabat.Untung saja, Saba turun tangan untuk melindungi Idris. Namun, Idris dipindahkan ke Provinsi Naru yang terpencil karena masalah ini. Dia menjadi seorang gubernur. Kemungkinan dia tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke ibu kota lagi seumur hidup.Setelah itu, petinggi negara memerintahkan untuk membasmi kejahatan di seluruh negeri. Provinsi Naru adalah wilayah yang dikuasai

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1377

    Apalagi kompetisi serangga akan segera diadakan. Demi memenangkan kompetisi, mereka juga ingin datang untuk mengambil keuntungan. Tujuan mereka adalah merebut Serangga Emas yang dimurnikan dengan susah payah. Jadi, mereka baru menerobos masuk ke Desa Benad.Jamil buru-buru maju dengan napas terengah-engah saat melihat kedua belah pihak yang hendak berkelahi demi merebut Serangga Emas.Jamil menunjuk Tirta yang sedang membunuh di bawah rumah panggung sambil berteriak, "Kepala desa sekalian, jangan bertengkar lagi. Serangga Emas sudah diambil oleh seorang pemuda yang datang dari luar. Nenek Benad dan ayahku sudah dibunuh olehnya!""Siapa yang membunuh pemuda itu akan mendapatkan Serangga Emas. Ayahku sudah mati, jadi aku yang membuat keputusan di Desa Benad. Aku akan membawa semua penduduk Desa Benad untuk membela pihak yang membantuku balas dendam," lanjut Jamil.Jamil meneruskan, "Kalau aku melanggar janjiku, aku akan disambar petir dan dihabisi semua serangga guna-guna. Aku akan mati

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1376

    Orang yang ditarik Jayadi untuk mengadang serangan pedang Tirta sudah mati. Namun, Jayadi tidak merasa kesakitan selain kepalanya yang makin gatal dan pandangannya yang makin kabur.Jayadi berusaha mengerahkan Serangga Batu dan Serangga Pelumpuh, lalu berujar pada Tirta dengan sinis, "Pemuda sialan, hanya begini kemampuanmu? Kamu sama sekali nggak bisa melukaiku. Haha, selanjutnya sudah saatnya aku bertindak!"Sesuai namanya, Serangga Batu bisa membuat orang yang digigit membatu. Sementara itu, sekujur tubuh orang yang digigit Serangga Pelumpuh akan mati rasa. Mereka tidak akan mampu melawan lagi.Kedua serangga ini bisa memberikan efek yang sama. Jayadi yakin Tirta yang merupakan orang luar pasti tidak bisa menghadapi serangan serangganya. Nanti Jayadi bisa menghabisi Tirta dengan mudah.Hanya saja, tiba-tiba terdengar suara Jamil yang samar dan panik. "Ayah ... kamu ... nggak ... apa-apa, 'kan?""Aku ... nggak ... apa-apa ....," sahut Jayadi. Dia merasa aneh, tetapi dia tetap menangg

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1375

    Tirta mendengus dan berkata, "Aku memang mau membuat perhitungan denganmu! Sekarang kamu yang cari aku, jadi aku bisa menghemat waktuku!"Tirta melihat dengan menggunakan mata tembus pandang. Ternyata Jamil yang pergi tadi sudah kembali. Dia membawa Jayadi dan belasan ahli serangga di Desa Benad. Mereka membuat masalah di bawah rumah panggung.Tirta langsung menyuruh Anton dan Yuli mengikutinya. Dia yang menggendong Susanti keluar dari kamar terlebih dahulu.Sementara itu, Jamil yang berada di bawah rumah panggung langsung panik begitu melihat Tirta keluar dari kamar sambil menggendong Susanti.Jamil yang cemburu berseru, "Ayah, pemuda itu yang membunuh Nenek Benad! Cepat bunuh dia! Jangan sampai dia membawa Susanti pergi!"Jayadi meremehkan Tirta setelah melihat tampangnya yang lucu dan wajahnya yang masih muda. Dia berucap kepada Jamil, "Jamil, dia masih muda. Untuk apa kamu takut? Tenang saja, aku nggak akan membiarkan dia pergi dari Desa Benad hidup-hidup. Wanita itu milikmu dan di

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status