Share

Bab 4

Penulis: Hazel
"A ... apa-apaan itu? Cepat singkirkan ...." Mata Nabila tiba-tiba berkaca-kaca. Di luar dugaannya, Tirta sudah sembuh. Nabila tentu panik.

"Kenapa kamu nggak bertingkah sombong lagi? Coba saja kamu mengejekku lagi. Cepat lepaskan rokmu. Kita lihat, aku bisa menidurimu atau nggak." Tirta menyeringai, mencoba untuk memasang ekspresi garang.

Tirta tidak berniat untuk menodai Nabila. Dia sudah merasa puas jika wanita ini ketakutan sampai menangis. Tubuh Nabila benar-benar wangi, apalagi Tirta sedang memeluknya, rasanya benar-benar nyaman. Ketika melihat Nabila menangis, Tirta justru merasa senang.

"Aku ... huhu .... Tirta, kamu memang berengsek. Cepat lepaskan. Kalau kamu berani menyentuhku, aku akan ...." Nabila hendak mengancam.

"Kamu bisa apa?" tanya Tirta seperti orang yang sedang mengancam. Sesudah itu, dia mengangkat tangan dan menepuk bokong Nabila.

Plak! Suara yang sungguh nyaring. Nabila pun menangis sesenggukan sembari memukul dada Tirta. "Huhuhuhu ... aku sudah kotor ... aku nggak mau hidup lagi ...."

Tirta seketika merasa panik. Dia buru-buru menutup mulut Nabila. Jika wanita ini terus berteriak dan ada yang melihat mereka seperti ini, Tirta akan sangat malu, bahkan Agus mungkin akan memberinya pelajaran!

"Kamu masih mau menakutiku seperti ini?" tanya Nabila. Dia tidak menangis lagi saat melihat Tirta yang panik. Pria ini sepertinya tidak benar-benar berniat menodainya. Dia pun meronta-ronta dan melepaskan diri dari Tirta. Meskipun begitu, dia tetap menjaga jarak dan waspada.

"Aku cuma melihatmu telanjang kok. Kamu juga melihat tubuhku waktu membantuku mengenakan pakaian! Kita nggak saling berutang! Kenapa kamu sampai menyuruh ayahmu menutup klinikku? Memangnya kamu mau menanggung biaya hidupku dan bibiku?" bentak Tirta dengan gusar.

"Apa katamu? Mana mungkin aku memberi tahu ayahku hal memalukan seperti itu! Memangnya aku nggak tahu malu sepertimu?" Nabila termangu sesaat sebelum membalas.

Ketika mendengar ini, Tirta sontak membelalakkan mata dan bertanya, "Jadi, kamu nggak memberi tahu ayahmu tentang masalah itu? Apa mungkin pemimpin daerah yang mengeluarkan perintah itu?"

"Tentu saja!" pekik Nabila.

"Ayahku sudah mendapat kabar ini beberapa hari lalu. Aku menyuruhnya untuk merahasiakannya beberapa hari dulu! Dasar nggak tahu terima kasih! Kamu malah membawaku ke ladang jagung untuk menodaiku!" maki Nabila dengan kesal.

"Kamu selalu meremehkanku, mana mungkin sebaik itu padaku! Aku nggak percaya!" Tirta mencebik.

"Aku meremehkanmu? Coba kamu pikir baik-baik. Sejak orang tuamu meninggal, ada berapa banyak pasien yang berobat di klinikmu? Mereka semua penduduk desa yang kasihan melihatmu merawat Bibi Ayu sendirian. Kalaupun kami mau pergi ke klinikmu, memangnya kamu bisa mengobati kami? Kamu ini nggak punya kemajuan apa-apa, gimana orang bisa menghargaimu?"

"Kalau bukan karena kasihan padamu, aku pasti sudah menyuruh ayahku cepat-cepat mengabarimu dan menutup klinikmu!" tegur Nabila tanpa belas kasihan.

"Aku ...." Tirta seketika tidak bisa berkata-kata mendengarnya. Pada akhirnya, dia berucap dengan enggan, "Siapa suruh kamu bicara sekejam itu waktu di sungai ...."

"Kamu ini bodoh, ya!" Nabila mengernyit dan meneruskan, "Aku seorang wanita yang belum punya pasangan, tapi kamu melihatku telanjang. Memangnya salah kalau aku mengatakan hal-hal seperti itu karena panik?"

"Aku ...." Tirta lagi-lagi tidak bisa berkata-kata. Memang benar bahwa Nabila yang rugi atas kejadian seperti itu. Wajar kalau dirinya dimaki oleh Nabila. Setelah berpikir demikian, amarah Tirta akhirnya mereda.

"Nabila, maafkan aku," ujar Tirta sambil menunduk.

"Huh! Bagus kalau tahu salah! Jangan beri tahu siapa pun tentang kejadian hari ini!" Ekspresi Nabila terlihat jauh lebih baik sekarang. Kemudian, dia berbalik dan ingin pergi.

"Nabila, aku ingin meminta bantuanmu. Apa kamu bisa menyuruh ayahmu jangan menutup klinikku secepat itu? Aku ingin mengambil sertifikat medis dan terus membuka klinikku," pinta Tirta sembari menyusul Nabila.

"Kamu nggak menempuh pendidikan tinggi, gimana bisa mendapat sertifikat medis? Lebih baik tutup klinikmu dan lakukan pekerjaan lain," sahut Nabila sambil mengernyit.

Meskipun yang dikatakan Nabila adalah fakta, Tirta tetap merasa enggan. Dia bertanya, "Aku hanya ingin mencoba, kamu bisa membantuku nggak? Kalau berhasil mendapatkan sertifikat, aku pasti akan berterima kasih kepadamu. Itu klinik peninggalan orang tuaku, aku ingin menghidupi Bibi Ayu dengan penghasilan klinik itu."

Nabila mengerutkan alis, lalu akhirnya mengangguk untuk menyetujuinya. "Ya sudah, aku akan coba membujuk ayahku." Kemudian, dia menatap Tirta dan mengalihkan topik pembicaraan. "Tapi, kamu harus berjanji 3 hal kepadaku."

"Apa itu?" tanya Tirta segera.

"Nggak usah tanya. Pokoknya kalau aku menyuruhmu melakukan sesuatu, kamu harus menurutinya dan nggak boleh menolak!" balas Nabila dengan sok misterius.

"Oke, aku setuju!" Tanpa peduli apa permintaan Nabila, Tirta langsung menyetujuinya.

"Ya sudah, kamu pulang sana. Jangan cari aku kalau nggak ada urusan penting," ujar Nabila. Sesudah itu, dia langsung meninggalkan ladang jagung.

"Sebenarnya Nabila baik juga, aku sudah salah menilainya selama ini," gumam Tirta yang menggaruk kepala sambil menatap punggung Nabila. Dia merasa sangat malu.

Kebetulan sekali, tali sepatu Nabila terlepas saat ini. Dia menungging untuk mengikatnya. Lantaran mengenakan legging, Nabila mengira semuanya sudah aman. Namun, Tirta justru membelalakkan matanya.

"Indah sekali ...," gumam Tirta tanpa sadar.

Sementara itu, Nabila yang sudah selesai mengikat tali sepatu pun melirik Tirta dengan dingin dan melanjutkan perjalanannya. Dia tidak tahu bahwa pikiran Tirta dipenuhi pemandangan indah yang dilihatnya barusan.

Tirta tiba-tiba berpikir, 'Alangkah bagusnya kalau Nabila bisa menjadi pacarku ....'
Komen (16)
goodnovel comment avatar
Csippit Gaming
lanjutkan lagi
goodnovel comment avatar
Puji Atmoko
muaanntaaap pooool
goodnovel comment avatar
johans alexander anakotta
Bagus dan menarik ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 5

    Namun, Tirta segera menggeleng dan tersenyum mengejek diri sendiri. Nabila baru saja berkata, jangan mencarinya kalau tidak ada urusan penting. Wanita ini hanya membantunya karena merasa kasihan, bukan karena menyukainya.Malam hari, Melati masih menunggu Tirta, tetapi Tirta sudah kehilangan minatnya. Prioritas utama untuk sekarang adalah mendapatkan sertifikat medis dan mempertahankan kliniknya.Masalahnya, banyak tulisan yang tidak Tirta pahami di buku medis. Meskipun Nabila membantunya membujuk Agus, apakah Tirta bisa mendapatkan sertifikat medis dengan ilmunya itu?Tirta yang merasa gusar akhirnya kembali ke klinik. Ayu yang mendengar suara pun berjalan ke luar dan bertanya, "Tirta, kamu sudah kembali?""Ya, Bi. Ayo, kita pulang untuk makan," sahut Tirta.Tiba-tiba, seorang pria paruh baya berjanggut dan bergigi kuning menghampiri Tirta dan berucap, "Tirta, jangan buru-buru. Aku ingin mengobrol denganmu."Pria ini bernama Raden, dia sangat terkenal di Desa Persik. Lima tahun lalu,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 6

    "Nggak, aku nggak melihatnya ...." Tirta buru-buru mengklarifikasi bahwa dirinya tidak melakukan apa pun."Cih! Tirta, kamu nggak pernah melihat wanita, ya? Kenapa otakmu penuh dengan hal-hal kotor sih? Memalukan sekali!" hardik Nabila."Aku ... aku nggak memikirkan apa pun kok!" bantah Tirta."Hantu pun nggak percaya!" bentak Nabila sambil memelotot dengan waspada.Tirta merasa getir. Dia baru teringat bahwa dirinya menjadi begitu sensitif dengan wanita sejak memakan ular putih itu. Dengan situasi seperti ini, mana mungkin Nabila bersedia mengajarinya lagi! Dilihat dari penampilan Nabila, wanita ini jelas-jelas ingin kabur."Nabila datang, ya? Kenapa aku mendengar suaranya?" Ketika Tirta sibuk memikirkan cara untuk menahan Nabila, tiba-tiba terlihat Ayu berjalan ke luar dengan meraba-raba karena matanya buta."Oh, ya, Bi. Dia datang untuk mengajariku. Aku ingin berterima kasih padanya," sahut Tirta sembari menoleh. Berhubung ada yang lebih senior di sini, Tirta buru-buru menyatakan tu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 7

    "Kenapa ingatanmu tiba-tiba menjadi bagus sekali?" tanya Nabila dengan ekspresi tidak percaya. Tirta yang awalnya terlihat bodoh justru berhasil menguasai 500 kata dalam satu jam. Bagaimana mungkin Nabila tidak terkejut dengan pencapaian ini?"Aku memang terlahir genius," sahut Tirta dengan ekspresi angkuh. Jika terus seperti ini, bukankah berarti dia bisa menghafal 3.000 kata dalam beberapa hari ini? Itu artinya, Nabila mungkin menjadi pacarnya? Wanita ini bukan hanya cantik, tetapi juga seksi. Pasti nyaman kalau dipeluk saat tidur! Begitu memikirkan ini, ekspresi Tirta tampak berseri-seri."Hehe!" Tirta terkekeh-kekeh. Melihat ini, Nabila pun mengernyit sambil berkata, "Cih, senyumanmu cabul sekali. Pasti mulai memikirkan hal-hal kotor!""Bukan urusanmu," balas Tirta dengan santai. Kemudian, dia menambahkan, "Cepat ajari aku lagi. Mungkin saja aku berhasil menguasai 3.000 kata malam ini, lalu kamu akan menjadi pacarku!""Jangan berangan-angan secepat itu. Tapi, sekarang sudah malam s

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 8

    "Aku ... aku .... Kak, begini kurang pantas ...." Tirta terbata-bata, wajahnya memerah. Siang tadi, Tirta sudah memutuskan untuk meniduri Melati. Sekarang, dia malah kehilangan nyalinya dan merasa panik. Dia takut Nabila dan Ayu tahu tentang ini."Yang penting kamu menginginkanku. Jangan bersikap munafik lagi!" sahut Melati sembari menatap Tirta dengan gembira."Kak, aku benar-benar nggak berpikiran seperti itu ...." Tirta menatap kemaluannya dengan getir. Dia menjadi mudah terangsang setelah memakan ular putih itu. Namun, siapa yang akan percaya pada omongannya ini?"Jangan berpura-pura lagi. Aku akan menjadi wanitamu mulai hari ini, nggak usah malu-malu," ujar Melati sambil tersenyum menutup mulutnya. Kemudian, dia pelan-pelan menghampiri Tirta."Kak, jangan begini." Tirta mundur hingga akhirnya terduduk di ranjang."Tirta, ini pertama kalinya untukmu, 'kan? Aku juga sama. Mainkan lebih pelan nanti," ucap Melati dengan suara menggoda.Kakak Melati memberitahunya bahwa pria akan diken

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 9

    "Sialan, ternyata kamu!" Begitu melihat Tirta, Raden langsung memaki. Pada saat yang sama, dia menyadari bahwa Tirta dan Melati berhubungan intim barusan."Kak Melati, kamu baik-baik saja?" tanya Tirta sambil memapah Melati dan tidak meladeni Raden."Aku nggak apa-apa. Kenapa kamu keluar? Cepat sembunyi di belakangku!" Melati ingin melindungi Tirta supaya dia tidak terluka. Tindakannya ini membuat hati Tirta terasa hangat."Melati, kamu jadi gila karena memikirkan pria, ya? Tirta jelas-jelas cacat, bahkan nggak bisa dibilang seorang pria. Kamu malah berselingkuh dengannya? Konyol sekali!" Raden tertawa mengejek sambil melepaskan celananya. "Aku akan menunjukkan kepadamu seperti apa pria sesungguhnya.""Sudahlah, punyamu paling cuma 3 inci, punya Tirta lebih besar 5 kali lipat. Cepat pakai celanamu kembali, buat malu saja!" ujar Melati yang meludah dengan ekspresi merendahkan."Omong kosong! Dia mana mungkin bisa bercinta dengan wanita!" seru Raden dengan wajah merah karena kesal. Dia t

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 10

    Begitu mendengar teriakan histeris Raden, Tirta sontak merasa gembira. Dia tahu bahwa dirinya berhasil! Dia berhasil mempraktikkan teknik akupunktur di buku kuno, bahkan mengatasi masalahnya dengan Melati!Raden benar-benar tidak ingat pada kejadian barusan. Itu artinya, pria ini tidak akan membocorkan apa pun!"Sialan. Aku jadi jengkel kalau membahas Tirta. Cepat atau lambat, aku akan memberinya pelajaran! Aku pasti akan meniduri Ayu!" Raden menggeleng dengan kuat, lalu berdiri dan hendak kembali ke desa."Bajingan ini masih mengincar bibiku! Aku harus menakutinya!" Tirta merasa kesal kembali. Teknik akupunktur ini hanya bisa digunakan sebulan sekali supaya efektif. Kalau tidak, Tirta pasti sudah melakukannya berkali-kali untuk Raden.Namun, sekarang Tirta punya ide bagus untuk membuat Raden berhenti mengincar bibinya. Sambil menekan lehernya, Tirta mengeluarkan suara panjang yang bergema di lembah sehingga terdengar sangat menakutkan. "Ra ... den ...."Kalau bukan Tirta yang mengelua

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 11

    "Um, Kak ...." Ini pertama kalinya Tirta berciuman, bahkan si wanita yang mengambil inisiatif. Itu sebabnya, dia sulit untuk menahan antusiasmenya.Meskipun lidah Melati tidak terlalu lincah, ciuman ini terasa sangat manis, membuat Tirta tidak ingin melepaskannya.Selain itu, tangan Tirta terus meremas payudara Melati. Kali ini, dia akan menjadi pria seutuhnya! Dia pun tidak tahan lagi sehingga membalikkan badan dan menindih Melati."Tirta ... yang pelan sedikit ...." Melati tentu tahu apa yang ingin dilakukan Tirta selanjutnya. Kini, dia benar-benar lemas karena terangsang. Selain merasa cemas, hati Melati juga dipenuhi penantian."Ayo, Tirta. Aku sudah nggak sabar," ujar Melati sambil memeluk Tirta dengan erat. Dia pun tak kuasa mengeluarkan desahan yang sungguh memikat."Ah ... aku akan memperlakukanmu dengan baik mulai hari ini!" pekik Melati. Tirta telah kehilangan kendali. Dia menegakkan tubuhnya, bersiap-siap untuk memulai pertarungan besar. Dia akhirnya bisa merasakan kenikmata

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 12

    "Tirta, turunkan saja aku kalau kamu merasa lelah," ujar Ayu yang merasa tidak tega."Nggak apa-apa, Bi. Aku nggak keberatan kalau harus menggendongmu untuk seumur hidup!" Tirta terkekeh-kekeh.Klinik sudah dekat. Begitu tiba, Tirta langsung menurunkan Ayu ke ranjang karena mengkhawatirkan cederanya."Tunggu sebentar, Bi. Aku ambilkan obat dulu." Sesudah mengatakan itu, Tirta segera pergi ke ruang obat.Begitu Tirta pergi, wajah Ayu sontak menjadi sangat merah. Dia menjulurkan tangan untuk mengelus bokongnya yang sakit. Seharusnya Tirta tidak memiliki maksud lain. Bagaimanapun, pria dan wanita harus menjaga jarak. Ayu berpikir, Tirta sudah dewasa, pasti mulai menginginkan wanita."Tirta memang bukan anak kecil lagi, sudah saatnya aku mencarikannya pasangan," gumam Ayu. Dia mengembuskan napas setelah memikirkan ini. Seluruh Desa Persik tahu bahwa Tirta impoten. Wanita mana yang bersedia menjadi pasangannya?"Sebagai seorang pria, malah nggak ada wanita yang menyukai Tirta. Dia pasti sed

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1025

    Camila tidak pernah melihat Simon mengamuk seperti ini. Mungkin karena ucapan Yahsva, Simon yang marah juga terlihat sedikit ketakutan.Camila yang dipaksa untuk menerima kenyataan berusaha menahan emosinya dan menghibur Simon, "Simon, biarpun dia itu adik angkat Kakek Saba, kamu itu cucu kandung Kakek Yahsva. Kamu nggak usah panik cuma karena masalah sepele seperti ini."Camila melanjutkan, "Paling-paling kita minta maaf kepada ... Tirta untuk menghormati Kakek Saba. Bagaimanapun, Kakek Yahsva nggak akan mempersulitmu demi orang luar."Camila takut ditendang Simon lagi, tetapi sebenarnya dia tetap menganggap Tirta sebagai orang kampungan. Camila tidak akan mengubah pandangannya karena Tirta adalah adik angkat Saba.Simon memelototi Camila sambil membentak, "Dasar tolol! Kalau memang segampang itu, aku nggak mungkin begitu marah! Kamu tahu Kakek menyuruhku minta maaf pada Tirta dengan cara apa?"Simon ingin menampar Camila. Sementara itu, Camila mulai ketakutan. Dia mundur, lalu beruca

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1024

    "Kenapa aku bisa punya cucu yang nggak berguna sepertimu? Apa kamu tahu Saba mau bawa bawahannya untuk memberimu pelajaran?" lanjut Yahsva.Sebelumnya Yahsva masih berharap orang yang dilawan Simon bukan temannya Tirta. Setelah mendengar perkataan Simon, amarah Yahsva langsung meluap. Dia terus memarahi Simon.Biarpun Simon sudah mematikan pengeras suara, sebagian orang yang berdiri di dekat Simon bisa samar-samar mendengar suara Yahsva. Salah satu orang menceletuk, "Pak Yahsva nggak bercanda, 'kan? Ternyata pria kam ... salah ... Tirta itu adik angkat Pak Saba! Apa tadi aku salah dengar?"Suasana menjadi heboh. Para tamu mulai berkomentar, tetapi mereka tidak menyebut Tirta orang kampungan lagi."Tadi aku juga dengar, sepertinya memang benar!""Kalau nggak, ekspresi Pak Simon juga nggak akan begitu masam!""Pantas saja, Tirta sama sekali nggak takut kepada Pak Simon. Ternyata omongan Pak Chandra memang benar. Tirta lebih hebat daripada Pak Simon!""Tirta itu adik angkat Pak Saba! Hubu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1023

    Simon tertawa sinis, lalu mengomentari, "Kamu menyarankanku jangan bersikap keterlaluan? Memangnya orang seperti kalian pantas menegurku?"Tiba-tiba, ponsel Simon berdering. Dia bergumam, "Eh, Kakek yang menelepon. Apa Kakek sudah menyuruh orang untuk mencabut jabatan Pak Chandra?"Ekspresi Simon tampak senang. Dia hendak menjawab panggilan telepon. Namun, Camila berniat memamerkan latar belakang keluarga pacarnya.Camila berucap kepada Simon, "Simon, bagaimana kalau kamu aktifkan pengeras suara biar pria kampungan itu dan semuanya bisa mendengarnya dengan jelas? Dengan begitu, mereka bisa menyerah!"Wirya juga maju dan memanas-manasi, "Benar, Pak Simon. Pria kampungan ini bilang bisa mencari orang untuk melindungi Pak Chandra dan lainnya. Jadi, kamu harus buat dia dipermalukan habis-habisan!"Simon malas berbuat seperti itu, tetapi dia tidak bisa menolak permintaan Camila. Jadi, dia menuruti kemauan Camila untuk mengaktifkan pengeras suara setelah menjawab panggilan telepon.Suasana d

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1022

    Tirta menambahkan, "Tadi aku sudah menghubungi Pak Saba. Dia bilang dia akan bantu aku selesaikan masalah ini."Camila mencibir saat mendengar Tirta mengakui dirinya memang mempunyai sokongan hebat. Ketika hendak menyindir Tirta dan Bella, tiba-tiba Simon mengernyit.Simon yang mempunyai firasat buruk bergumam, "Saba? Apa yang dia maksud itu Kakek Saba? Nggak mungkin ... aku bahkan jarang bertemu Kakek Saba. Mana mungkin dia berteman dengan orang rendahan seperti ini? Dugaanku pasti salah."Melihat ekspresi Simon yang khawatir, Camila langsung bertanya, "Simon, kamu bilang apa?"Simon menahan kegelisahannya dan menjelaskan kepada Camila, "Nggak apa-apa. Belakangan ini aku dapat kabar teman kakekku yang bernama Saba kembali ke ibu kota negara dan menduduki jabatannya sebelumnya. Aku berencana bawa kamu bertemu Kakek Saba saat senggang."Camila sengaja berseru ke arah Bella, "Kakek Saba itu salah satu sesepuh di dunia pemerintahan yang paling terkenal, ya? Wah! Simon, kamu nggak bercanda

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1021

    Jika Tirta belum menghubungi Saba, mungkin Chandra dan lainnya tidak akan memedulikan sindiran mereka. Namun, sekarang mereka tahu Tirta sudah menghubungi Saba untuk menyelesaikan masalah ini. Jadi, Chandra dan lainnya tidak akan berdiam diri lagi.Hendrik melihat Wirya dan Diego dengan dingin sambil angkat bicara, "Semuanya belum pasti. Pak Diego, Pak Wirya, kalian begitu yakin Keluarga Gumarang, Keluarga Reksa, Keluarga Wisono, dan Grup Sapari akan bangkrut. Apa kalian nggak takut kami akan melawan Keluarga Bazan dan Keluarga Liman setelah kami selamat?"Mendengar ucapan Hendrik, Diego tertawa terbahak-bahak dan menyindir, "Kalian hampir celaka, tapi masih bisa berkhayal! Apa kalian kira Pak Simon cuma bercanda saat bilang mau buat kalian bangkrut dalam waktu setengah jam? Apa kalian juga punya sokongan hebat yang bisa membuat Pak Simon takut seperti Keluarga Purnomo?"Bukan hanya Diego yang tidak percaya. Selain orang-orang yang dekat dengan Tirta, semua orang di aula merasa Chandra

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1020

    Chandra dan lainnya sudah mendengar Tirta menelepon Saba. Biarpun mereka terlihat tidak peduli, sebenarnya mereka juga merasa gugup.Tirta menegaskan, "Nggak. Kita memang teman, tapi aku tetap berutang budi pada kalian. Aku bisa membedakannya dengan jelas, jadi aku akan tetap menebus kesalahanku. Kalau nggak, ke depannya aku nggak berani bertemu kalian lagi."Sebelum Chandra dan lainnya bicara, Darwan menghampiri mereka dan tertawa. Dia berkata, "Pak Chandra, Pak Argono, Pak Toby, Pak Hendrik, dan Pak Hubert, silakan duduk. Kalian sudah berikan hadiah yang mahal untuk putriku dan Tirta. Kalian itu tamu terhormat Keluarga Purnomo."Darwan meneruskan, "Mohon dimaklumi kalau pelayananku kurang memuaskan. Mulai hari ini, kalian itu rekan kerja sama Keluarga Purnomo yang paling penting. Kalau ada proyek, kalian bisa bahas denganku. Kita bisa berkembang bersama!"Sudah jelas Darwan bermaksud membantu Tirta membayar utang budinya. Bagi Keluarga Gumarang, Keluarga Reksa, Keluarga Wisono, dan H

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1019

    Selesai bicara, Yahsva hendak menelepon Simon dan menegurnya. Namun, Saba menghentikan dengan ekspresi marah, "Tunggu, Yahsva. Kamu bilang dulu mau beri pelajaran apa pada Simon. Tirta sudah minta bantuanku, aku rasa Simon pasti melakukan hal yang keterlaluan! Mana mungkin Simon bisa jera kalau diberi hukuman yang ringan?"Sebelumnya Saba tidak tahu orang yang ingin dibereskan Simon adalah teman Tirta. Jadi, dia tidak ingin ikut campur dan mengabaikannya. Namun, sekarang masalah ini melibatkan adik angkatnya. Tentu saja, Saba harus menyikapinya dengan serius.Ini adalah pertama kalinya Yahsva melihat sikap Saba yang begitu serius. Dia tahu Saba menganggap Tirta sangat penting. Yahsva menimpali, "Saba ... coba aku pikirkan dulu .... Kalau nggak, aku suruh Simon minta maaf pada Tirta di depan umum dan beri Tirta kompensasi 20 triliun."Mendengar perkataan Yahsva, Saba mendengus dan mengomel, "Yahsva, tadi aku sudah bilang Tirta nggak tertarik dengan uang. Nggak ada gunanya kamu beri dia

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1018

    Tiba-tiba, ponsel Saba berdering. Begitu melihat Tirta menelepon, mata Saba berbinar-binar. Saba segera memanggil Yahsva, "Yahsva, tunggu sebentar. Tirta yang telepon, aku bantu kamu tanya kapan dia punya waktu datang ke ibu kota. Nanti kamu baru bereskan urusanmu.""Kebetulan sekali! Saba, cepat bantu aku tanya Tirta punya waktu atau nggak! Urusanku nggak terlalu penting," timpal Yahsva.Tentu saja Yahsva merasa urusan memperpanjang umur lebih penting. Dia langsung menghentikan langkahnya begitu mendengar Saba mengatakan Tirta yang menelepon. Yahsva kembali ke sisi Saba dan mendengar percakapannya dengan Tirta.Melihat Yahsva yang antusias, Saba juga langsung berkata sebelum Tirta sempat bicara, "Tirta, kenapa kamu tiba-tiba meneleponku? Kebetulan aku butuh bantuanmu, entah kamu bisa menyanggupinya atau nggak."Mendengar ucapan Saba, Tirta tidak langsung mengungkapkan permintaannya. Bagaimanapun, Tirta hendak merepotkan Saba. Dia berutang budi pada Saba. Jadi, Tirta memutuskan untuk

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1017

    Yahsva menegur, "Kamu buat masalah apa lagi? Aku lagi minum teh dan main catur dengan Saba! Kalau nggak ada urusan penting, aku langsung akhiri panggilan telepon!"Sepertinya, Yahsva tidak merasa puas dengan Simon. Sementara itu, Simon sangat takut kepada kakeknya. Mendengar teguran Yahsva, Simon langsung menceritakan masalah yang dialaminya di kediaman Keluarga Purnomo, "Kakek, aku juga nggak ingin mengganggumu karena masalah sepele, tapi Pak Chandra keterlaluan sekali!"Simon melanjutkan, "Pak Chandra mempermalukanku di depan umum demi seorang pria kampungan! Aku nggak bisa terima! Kakek, aku mohon ...."Simon tidak mengungkit Keluarga Purnomo. Dia berencana membalas mereka secara diam-diam. Setelah mendengar cerita Simon, Yahsva membentak, "Kamu selalu membuat masalah! Aku bantu kamu terakhir kali."Simon menambahkan, "Kalau ke depannya kamu berani bertindak semena-mena dengan mengandalkan identitasmu, kamu selesaikan masalahmu sendiri! Aku nggak bisa melindungimu seumur hidup, kamu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status