Share

Bab 4

Penulis: Hazel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-08 19:19:26
"A ... apa-apaan itu? Cepat singkirkan ...." Mata Nabila tiba-tiba berkaca-kaca. Di luar dugaannya, Tirta sudah sembuh. Nabila tentu panik.

"Kenapa kamu nggak bertingkah sombong lagi? Coba saja kamu mengejekku lagi. Cepat lepaskan rokmu. Kita lihat, aku bisa menidurimu atau nggak." Tirta menyeringai, mencoba untuk memasang ekspresi garang.

Tirta tidak berniat untuk menodai Nabila. Dia sudah merasa puas jika wanita ini ketakutan sampai menangis. Tubuh Nabila benar-benar wangi, apalagi Tirta sedang memeluknya, rasanya benar-benar nyaman. Ketika melihat Nabila menangis, Tirta justru merasa senang.

"Aku ... huhu .... Tirta, kamu memang berengsek. Cepat lepaskan. Kalau kamu berani menyentuhku, aku akan ...." Nabila hendak mengancam.

"Kamu bisa apa?" tanya Tirta seperti orang yang sedang mengancam. Sesudah itu, dia mengangkat tangan dan menepuk bokong Nabila.

Plak! Suara yang sungguh nyaring. Nabila pun menangis sesenggukan sembari memukul dada Tirta. "Huhuhuhu ... aku sudah kotor ... aku nggak mau hidup lagi ...."

Tirta seketika merasa panik. Dia buru-buru menutup mulut Nabila. Jika wanita ini terus berteriak dan ada yang melihat mereka seperti ini, Tirta akan sangat malu, bahkan Agus mungkin akan memberinya pelajaran!

"Kamu masih mau menakutiku seperti ini?" tanya Nabila. Dia tidak menangis lagi saat melihat Tirta yang panik. Pria ini sepertinya tidak benar-benar berniat menodainya. Dia pun meronta-ronta dan melepaskan diri dari Tirta. Meskipun begitu, dia tetap menjaga jarak dan waspada.

"Aku cuma melihatmu telanjang kok. Kamu juga melihat tubuhku waktu membantuku mengenakan pakaian! Kita nggak saling berutang! Kenapa kamu sampai menyuruh ayahmu menutup klinikku? Memangnya kamu mau menanggung biaya hidupku dan bibiku?" bentak Tirta dengan gusar.

"Apa katamu? Mana mungkin aku memberi tahu ayahku hal memalukan seperti itu! Memangnya aku nggak tahu malu sepertimu?" Nabila termangu sesaat sebelum membalas.

Ketika mendengar ini, Tirta sontak membelalakkan mata dan bertanya, "Jadi, kamu nggak memberi tahu ayahmu tentang masalah itu? Apa mungkin pemimpin daerah yang mengeluarkan perintah itu?"

"Tentu saja!" pekik Nabila.

"Ayahku sudah mendapat kabar ini beberapa hari lalu. Aku menyuruhnya untuk merahasiakannya beberapa hari dulu! Dasar nggak tahu terima kasih! Kamu malah membawaku ke ladang jagung untuk menodaiku!" maki Nabila dengan kesal.

"Kamu selalu meremehkanku, mana mungkin sebaik itu padaku! Aku nggak percaya!" Tirta mencebik.

"Aku meremehkanmu? Coba kamu pikir baik-baik. Sejak orang tuamu meninggal, ada berapa banyak pasien yang berobat di klinikmu? Mereka semua penduduk desa yang kasihan melihatmu merawat Bibi Ayu sendirian. Kalaupun kami mau pergi ke klinikmu, memangnya kamu bisa mengobati kami? Kamu ini nggak punya kemajuan apa-apa, gimana orang bisa menghargaimu?"

"Kalau bukan karena kasihan padamu, aku pasti sudah menyuruh ayahku cepat-cepat mengabarimu dan menutup klinikmu!" tegur Nabila tanpa belas kasihan.

"Aku ...." Tirta seketika tidak bisa berkata-kata mendengarnya. Pada akhirnya, dia berucap dengan enggan, "Siapa suruh kamu bicara sekejam itu waktu di sungai ...."

"Kamu ini bodoh, ya!" Nabila mengernyit dan meneruskan, "Aku seorang wanita yang belum punya pasangan, tapi kamu melihatku telanjang. Memangnya salah kalau aku mengatakan hal-hal seperti itu karena panik?"

"Aku ...." Tirta lagi-lagi tidak bisa berkata-kata. Memang benar bahwa Nabila yang rugi atas kejadian seperti itu. Wajar kalau dirinya dimaki oleh Nabila. Setelah berpikir demikian, amarah Tirta akhirnya mereda.

"Nabila, maafkan aku," ujar Tirta sambil menunduk.

"Huh! Bagus kalau tahu salah! Jangan beri tahu siapa pun tentang kejadian hari ini!" Ekspresi Nabila terlihat jauh lebih baik sekarang. Kemudian, dia berbalik dan ingin pergi.

"Nabila, aku ingin meminta bantuanmu. Apa kamu bisa menyuruh ayahmu jangan menutup klinikku secepat itu? Aku ingin mengambil sertifikat medis dan terus membuka klinikku," pinta Tirta sembari menyusul Nabila.

"Kamu nggak menempuh pendidikan tinggi, gimana bisa mendapat sertifikat medis? Lebih baik tutup klinikmu dan lakukan pekerjaan lain," sahut Nabila sambil mengernyit.

Meskipun yang dikatakan Nabila adalah fakta, Tirta tetap merasa enggan. Dia bertanya, "Aku hanya ingin mencoba, kamu bisa membantuku nggak? Kalau berhasil mendapatkan sertifikat, aku pasti akan berterima kasih kepadamu. Itu klinik peninggalan orang tuaku, aku ingin menghidupi Bibi Ayu dengan penghasilan klinik itu."

Nabila mengerutkan alis, lalu akhirnya mengangguk untuk menyetujuinya. "Ya sudah, aku akan coba membujuk ayahku." Kemudian, dia menatap Tirta dan mengalihkan topik pembicaraan. "Tapi, kamu harus berjanji 3 hal kepadaku."

"Apa itu?" tanya Tirta segera.

"Nggak usah tanya. Pokoknya kalau aku menyuruhmu melakukan sesuatu, kamu harus menurutinya dan nggak boleh menolak!" balas Nabila dengan sok misterius.

"Oke, aku setuju!" Tanpa peduli apa permintaan Nabila, Tirta langsung menyetujuinya.

"Ya sudah, kamu pulang sana. Jangan cari aku kalau nggak ada urusan penting," ujar Nabila. Sesudah itu, dia langsung meninggalkan ladang jagung.

"Sebenarnya Nabila baik juga, aku sudah salah menilainya selama ini," gumam Tirta yang menggaruk kepala sambil menatap punggung Nabila. Dia merasa sangat malu.

Kebetulan sekali, tali sepatu Nabila terlepas saat ini. Dia menungging untuk mengikatnya. Lantaran mengenakan legging, Nabila mengira semuanya sudah aman. Namun, Tirta justru membelalakkan matanya.

"Indah sekali ...," gumam Tirta tanpa sadar.

Sementara itu, Nabila yang sudah selesai mengikat tali sepatu pun melirik Tirta dengan dingin dan melanjutkan perjalanannya. Dia tidak tahu bahwa pikiran Tirta dipenuhi pemandangan indah yang dilihatnya barusan.

Tirta tiba-tiba berpikir, 'Alangkah bagusnya kalau Nabila bisa menjadi pacarku ....'
Komen (13)
goodnovel comment avatar
Wahda Usman
keren cerita tirta harus kuasai ilmu medisnya
goodnovel comment avatar
Irwan Iskandar
prasangka yang salah.
goodnovel comment avatar
adib muttaqin
suka y bca crita gjni
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 5

    Namun, Tirta segera menggeleng dan tersenyum mengejek diri sendiri. Nabila baru saja berkata, jangan mencarinya kalau tidak ada urusan penting. Wanita ini hanya membantunya karena merasa kasihan, bukan karena menyukainya.Malam hari, Melati masih menunggu Tirta, tetapi Tirta sudah kehilangan minatnya. Prioritas utama untuk sekarang adalah mendapatkan sertifikat medis dan mempertahankan kliniknya.Masalahnya, banyak tulisan yang tidak Tirta pahami di buku medis. Meskipun Nabila membantunya membujuk Agus, apakah Tirta bisa mendapatkan sertifikat medis dengan ilmunya itu?Tirta yang merasa gusar akhirnya kembali ke klinik. Ayu yang mendengar suara pun berjalan ke luar dan bertanya, "Tirta, kamu sudah kembali?""Ya, Bi. Ayo, kita pulang untuk makan," sahut Tirta.Tiba-tiba, seorang pria paruh baya berjanggut dan bergigi kuning menghampiri Tirta dan berucap, "Tirta, jangan buru-buru. Aku ingin mengobrol denganmu."Pria ini bernama Raden, dia sangat terkenal di Desa Persik. Lima tahun lalu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 6

    "Nggak, aku nggak melihatnya ...." Tirta buru-buru mengklarifikasi bahwa dirinya tidak melakukan apa pun."Cih! Tirta, kamu nggak pernah melihat wanita, ya? Kenapa otakmu penuh dengan hal-hal kotor sih? Memalukan sekali!" hardik Nabila."Aku ... aku nggak memikirkan apa pun kok!" bantah Tirta."Hantu pun nggak percaya!" bentak Nabila sambil memelotot dengan waspada.Tirta merasa getir. Dia baru teringat bahwa dirinya menjadi begitu sensitif dengan wanita sejak memakan ular putih itu. Dengan situasi seperti ini, mana mungkin Nabila bersedia mengajarinya lagi! Dilihat dari penampilan Nabila, wanita ini jelas-jelas ingin kabur."Nabila datang, ya? Kenapa aku mendengar suaranya?" Ketika Tirta sibuk memikirkan cara untuk menahan Nabila, tiba-tiba terlihat Ayu berjalan ke luar dengan meraba-raba karena matanya buta."Oh, ya, Bi. Dia datang untuk mengajariku. Aku ingin berterima kasih padanya," sahut Tirta sembari menoleh. Berhubung ada yang lebih senior di sini, Tirta buru-buru menyatakan tu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 7

    "Kenapa ingatanmu tiba-tiba menjadi bagus sekali?" tanya Nabila dengan ekspresi tidak percaya. Tirta yang awalnya terlihat bodoh justru berhasil menguasai 500 kata dalam satu jam. Bagaimana mungkin Nabila tidak terkejut dengan pencapaian ini?"Aku memang terlahir genius," sahut Tirta dengan ekspresi angkuh. Jika terus seperti ini, bukankah berarti dia bisa menghafal 3.000 kata dalam beberapa hari ini? Itu artinya, Nabila mungkin menjadi pacarnya? Wanita ini bukan hanya cantik, tetapi juga seksi. Pasti nyaman kalau dipeluk saat tidur! Begitu memikirkan ini, ekspresi Tirta tampak berseri-seri."Hehe!" Tirta terkekeh-kekeh. Melihat ini, Nabila pun mengernyit sambil berkata, "Cih, senyumanmu cabul sekali. Pasti mulai memikirkan hal-hal kotor!""Bukan urusanmu," balas Tirta dengan santai. Kemudian, dia menambahkan, "Cepat ajari aku lagi. Mungkin saja aku berhasil menguasai 3.000 kata malam ini, lalu kamu akan menjadi pacarku!""Jangan berangan-angan secepat itu. Tapi, sekarang sudah malam s

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 8

    "Aku ... aku .... Kak, begini kurang pantas ...." Tirta terbata-bata, wajahnya memerah. Siang tadi, Tirta sudah memutuskan untuk meniduri Melati. Sekarang, dia malah kehilangan nyalinya dan merasa panik. Dia takut Nabila dan Ayu tahu tentang ini."Yang penting kamu menginginkanku. Jangan bersikap munafik lagi!" sahut Melati sembari menatap Tirta dengan gembira."Kak, aku benar-benar nggak berpikiran seperti itu ...." Tirta menatap kemaluannya dengan getir. Dia menjadi mudah terangsang setelah memakan ular putih itu. Namun, siapa yang akan percaya pada omongannya ini?"Jangan berpura-pura lagi. Aku akan menjadi wanitamu mulai hari ini, nggak usah malu-malu," ujar Melati sambil tersenyum menutup mulutnya. Kemudian, dia pelan-pelan menghampiri Tirta."Kak, jangan begini." Tirta mundur hingga akhirnya terduduk di ranjang."Tirta, ini pertama kalinya untukmu, 'kan? Aku juga sama. Mainkan lebih pelan nanti," ucap Melati dengan suara menggoda.Kakak Melati memberitahunya bahwa pria akan diken

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 9

    "Sialan, ternyata kamu!" Begitu melihat Tirta, Raden langsung memaki. Pada saat yang sama, dia menyadari bahwa Tirta dan Melati berhubungan intim barusan."Kak Melati, kamu baik-baik saja?" tanya Tirta sambil memapah Melati dan tidak meladeni Raden."Aku nggak apa-apa. Kenapa kamu keluar? Cepat sembunyi di belakangku!" Melati ingin melindungi Tirta supaya dia tidak terluka. Tindakannya ini membuat hati Tirta terasa hangat."Melati, kamu jadi gila karena memikirkan pria, ya? Tirta jelas-jelas cacat, bahkan nggak bisa dibilang seorang pria. Kamu malah berselingkuh dengannya? Konyol sekali!" Raden tertawa mengejek sambil melepaskan celananya. "Aku akan menunjukkan kepadamu seperti apa pria sesungguhnya.""Sudahlah, punyamu paling cuma 3 inci, punya Tirta lebih besar 5 kali lipat. Cepat pakai celanamu kembali, buat malu saja!" ujar Melati yang meludah dengan ekspresi merendahkan."Omong kosong! Dia mana mungkin bisa bercinta dengan wanita!" seru Raden dengan wajah merah karena kesal. Dia t

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 10

    Begitu mendengar teriakan histeris Raden, Tirta sontak merasa gembira. Dia tahu bahwa dirinya berhasil! Dia berhasil mempraktikkan teknik akupunktur di buku kuno, bahkan mengatasi masalahnya dengan Melati!Raden benar-benar tidak ingat pada kejadian barusan. Itu artinya, pria ini tidak akan membocorkan apa pun!"Sialan. Aku jadi jengkel kalau membahas Tirta. Cepat atau lambat, aku akan memberinya pelajaran! Aku pasti akan meniduri Ayu!" Raden menggeleng dengan kuat, lalu berdiri dan hendak kembali ke desa."Bajingan ini masih mengincar bibiku! Aku harus menakutinya!" Tirta merasa kesal kembali. Teknik akupunktur ini hanya bisa digunakan sebulan sekali supaya efektif. Kalau tidak, Tirta pasti sudah melakukannya berkali-kali untuk Raden.Namun, sekarang Tirta punya ide bagus untuk membuat Raden berhenti mengincar bibinya. Sambil menekan lehernya, Tirta mengeluarkan suara panjang yang bergema di lembah sehingga terdengar sangat menakutkan. "Ra ... den ...."Kalau bukan Tirta yang mengelua

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 11

    "Um, Kak ...." Ini pertama kalinya Tirta berciuman, bahkan si wanita yang mengambil inisiatif. Itu sebabnya, dia sulit untuk menahan antusiasmenya.Meskipun lidah Melati tidak terlalu lincah, ciuman ini terasa sangat manis, membuat Tirta tidak ingin melepaskannya.Selain itu, tangan Tirta terus meremas payudara Melati. Kali ini, dia akan menjadi pria seutuhnya! Dia pun tidak tahan lagi sehingga membalikkan badan dan menindih Melati."Tirta ... yang pelan sedikit ...." Melati tentu tahu apa yang ingin dilakukan Tirta selanjutnya. Kini, dia benar-benar lemas karena terangsang. Selain merasa cemas, hati Melati juga dipenuhi penantian."Ayo, Tirta. Aku sudah nggak sabar," ujar Melati sambil memeluk Tirta dengan erat. Dia pun tak kuasa mengeluarkan desahan yang sungguh memikat."Ah ... aku akan memperlakukanmu dengan baik mulai hari ini!" pekik Melati. Tirta telah kehilangan kendali. Dia menegakkan tubuhnya, bersiap-siap untuk memulai pertarungan besar. Dia akhirnya bisa merasakan kenikmata

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 12

    "Tirta, turunkan saja aku kalau kamu merasa lelah," ujar Ayu yang merasa tidak tega."Nggak apa-apa, Bi. Aku nggak keberatan kalau harus menggendongmu untuk seumur hidup!" Tirta terkekeh-kekeh.Klinik sudah dekat. Begitu tiba, Tirta langsung menurunkan Ayu ke ranjang karena mengkhawatirkan cederanya."Tunggu sebentar, Bi. Aku ambilkan obat dulu." Sesudah mengatakan itu, Tirta segera pergi ke ruang obat.Begitu Tirta pergi, wajah Ayu sontak menjadi sangat merah. Dia menjulurkan tangan untuk mengelus bokongnya yang sakit. Seharusnya Tirta tidak memiliki maksud lain. Bagaimanapun, pria dan wanita harus menjaga jarak. Ayu berpikir, Tirta sudah dewasa, pasti mulai menginginkan wanita."Tirta memang bukan anak kecil lagi, sudah saatnya aku mencarikannya pasangan," gumam Ayu. Dia mengembuskan napas setelah memikirkan ini. Seluruh Desa Persik tahu bahwa Tirta impoten. Wanita mana yang bersedia menjadi pasangannya?"Sebagai seorang pria, malah nggak ada wanita yang menyukai Tirta. Dia pasti sed

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 895

    Akan tetapi, Tirta sama sekali tidak berani lengah. Sebaliknya, dia malah menginjak pedal gas lebih dalam lagi. Dia merasa harus segera kembali ke Desa Persik untuk menemani Ayu dan beberapa wanita lainnya.Setelah menanyakan beberapa informasi tambahan tentang Black Gloves dari Mauri, Tirta pun menutup telepon dan buru-buru kembali ke kliniknya.Melati dan Arum ternyata sudah ada di sana. Ayu berjalan mendekatinya dengan penuh kekhawatiran dan bertanya, "Tirta, kenapa wajahmu agak pucat? Kamu lagi nggak enak badan ya?"Tirta memaksakan diri untuk tersenyum ketika menjawab, "Bibi, aku baik-baik saja. Hanya saja akhir-akhir ini aku terlalu sering berkeliaran, jadi agak lelah."Namun dalam hatinya, Tirta masih memikirkan cara menghadapi ancaman dari organisasi Black Gloves.Mendengar itu, Ayu membalas, "Kalau lelah, istirahatlah baik-baik. Jangan berkeliaran terus."Ayu dan para wanita lainnya yang ada di sana tentu saja tidak tahu apa yang sebenarnya sedang dipikirkan oleh Tirta. Mereka

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 894

    Mendengar itu, Tirta langsung mengernyit dan bertanya dengan serius, "Pak Mauri, sebenarnya apa yang terjadi? Tadi siang, bukannya kamu bilang semuanya baik-baik saja?"Mauri menghela napas berat sebelum menjelaskan, "Aduh .... Tirta, memang benar tadi siang nggak ada kejadian apa-apa. Tapi setelah aku menyerahkan Alicia ke pihak atasan, tim mereka tiba-tiba diserang di perjalanan pulang!""Aku rasa, orang-orang dari Black Gloves memang seperti yang kamu bilang sebelumnya. Pagi tadi, mereka sudah berencana menculik Alicia. Hanya saja, karena aku mendengarkan saranmu dan bawa lebih banyak orang, mereka nggak punya kesempatan untuk bertindak!" tambah Mauri."Tapi saat atasanku membawa pergi Alicia, timnya cuma 7 atau 8 orang saja. Makanya, mereka punya kesempatan untuk menyerang. Sekarang termasuk atasanku, ada 7 orang yang terluka parah dan 1 orang tewas. Semua korban luka termasuk atasanku, lagi dirawat di rumah sakit!" jelas Mauri.Mauri yang tadinya sedang sibuk di kantor polisi, lan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 893

    Tirta khawatir Shinta tidak bisa berdiri dengan stabil jika sendirian di sungai. Itu sebabnya, dia terpaksa menggendongnya turun ke dalam air.Setelah melakukannya dua kali berturut-turut ... kalau bukan karena tubuhnya sedang terendam di air, Shinta mungkin sudah merasa sangat malu sampai ingin bersembunyi.Namun, ini hanya permulaan saja. Jika bukan karena melihat dengan mata kepala sendiri perubahan nyata di area dadanya, Shinta mungkin sudah kabur meninggalkan Tirta.....Tirta akhirnya menggendong Shinta dan berendam di air selama hampir 10 menit. Meskipun sama sekali tidak punya niat buruk, apa yang dilakukan Shinta benar-benar membuatnya cukup tersiksa.Selama itu, Tirta hanya bisa terus mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak berpikiran aneh-aneh. Sementara itu, sensasi kesemutan dan geli luar biasa yang dirasakan Shinta akhirnya mereda sepenuhnya.Shinta akhirnya bisa bernapas lega. Bersamaan dengan itu, Tirta juga ikut merasa tenang. Setelah mencabut semua jarum perak, dia m

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 892

    Shinta berujar dengan ekspresi tegas dan penuh percaya diri, "Nggak apa-apa. Selama bisa jadi lebih besar, jangankan geli, bahkan kalau sakit pun aku sanggup menahannya!"Mendengar itu, Tirta tidak lagi ragu. Jarum perak mulai ditancapkan satu per satu di beberapa titik akupunktur di dekat area dada Shinta.Ketika jarum pertama menancap, Shinta masih merasa baik-baik saja. Rasanya agak hangat dan geli, tetapi masih dalam batas yang bisa ditahannya.Namun begitu jarum kedua masuk, ekspresinya langsung berubah. Shinta menggigit bibirnya, lalu tanpa sadar mendesah pelan. Dia bertanya, "Aduh! Kak Tirta, kenapa gelinya sampai begini ...."Shinta bisa merasakan sensasi hangat dan kesemutan yang kuat, seolah-olah ada aliran listrik halus menjalar dari dada ke seluruh tubuhnya. Sensasi di area jantung terasa paling intens. Gelinya benar-benar membuatnya hampir tidak bisa duduk diam.Tirta berdeham sebelum memberi tahu, "Uhuk, uhuk. Sudah kubilang sebelumnya, 'kan? Rasa geli itu memang wajar. A

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 891

    Tirta menambahkan, "Lain kali kalau ada waktu, aku bantu bikin ukurannya lebih besar dari apel, tapi tetap lebih kecil dari melon. Prosesnya bertahap, jadi nggak bikin orang curiga.""Benar! Untuk sekarang, dibuat sebesar apel juga nggak masalah. Lain kali masih banyak kesempatan untuk bikin jadi sebesar melon!" balas Shinta.Shinta terlihat sangat antusias. Dia terus mengangguk dan mendesak Tirta agar bergegas, "Kak Tirta, ayo kita jalan cepat sedikit. Aku sudah nggak sabar untuk merasakan sensasi ukuran sebesar apel!"....Setelah berjalan selama lebih dari setengah jam, Shinta sudah kehabisan tenaga. Sebagai anak orang kaya yang terbiasa bepergian dengan mobil, dia benar-benar tidak terbiasa dengan jalan tanah berlubang di desa seperti ini.Beberapa kali, Shinta hampir saja keseleo. Akhirnya, Tirta tak punya pilihan selain memindahkan keranjang ke lengannya. Kemudian, dia menggendong Shinta dan melanjutkan perjalanan naik gunung.Saat digendong, tubuh Shinta yang kecil dan mungil me

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 890

    "Eh, benar juga. Aku nggak kepikiran." Tirta menepuk dahinya. "Biasanya Kak Lutfi selalu ikut ke mana-mana, makanya aku tanya begitu.""Ya sudah, nggak usah dipikirin lagi." Shinta tidak peduli pada masalah ini. Dia menarik Tirta untuk membawanya ke dalam desa."Klinikmu di mana? Cepat bawa aku ke sana. Aku mau perbesar payudaraku! Tapi, jangan sampai kebesaran seperti semangka ya. Nanti aku bocorkan perselingkuhanmu!"Sejak Tirta bilang bisa memperbesar payudaranya, Shinta terus memikirkannya. Kini, dia akhirnya punya kesempatan sehingga tidak akan melewatkannya."Ehem, ehem. Di klinik ada bibiku. Aku nggak bisa membantu memperbesar payudaramu di sana. Semua bahan obat sudah kusiapkan. Aku bawa kamu ke gunung saja. Kita lakukan di tempat yang terpencil," ujar Tirta dengan canggung."Ya sudah, terserah kamu saja. Aku bisa di mana saja. Aku nggak peduli pada prosesnya. Pokoknya hasilnya sesuai keinginanku!" Shinta melepaskan tangan Tirta, lalu menyuruh Tirta membawa jalan. Dia terus men

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 889

    "Kalau Tirta setuju, kita melakukannya bertiga. Atau nggak kamu pakai saja dulu? Setelah kamu selesai, baru giliranku ....""Jangan sembarangan bicara lagi. Cepat hapus videonya. Memalukan sekali. Aku nggak mau video itu ada di ponselmu."...."Achoo!" Tirta yang sedang berkemudi ke Desa Persik bersin beberapa kali. Dia mengambil tisu dan menyeka hidungnya sambil bergumam, "Aneh, kenapa terus bersin? Apa ada yang gosipin aku?"Tirta tidak akan menyangka setelah dirinya meninggalkan vila, dirinya malah menjadi perebutan dua wanita cantik.Tirta melihat jam. Sepertinya Mauri sudah sampai di ibu kota provinsi. Dia lantas menelepon untuk menanyakan kabar.Setelah mendengar Mauri sudah tiba dengan selamat dan mengobrol sesaat, Tirta pun mengakhiri panggilan. Sekitar sejam kemudian, dia tiba di klinik.Tirta turun dan masuk, tetapi tidak melihat Shinta. Dia pun menebak Shinta masih dalam perjalanan kemari. Jadi, dia mencari obat untuk memperbesar payudara di lemari.Saat ini, Arum dan Yanti

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 888

    "Ya, memang Tirta orangnya." Saat melihat reaksi Aiko, Naura tidak berani bertatapan dengannya. Dia menunduk dan mengepalkan tangannya dengan gugup."Aku juga nggak tahu kapan aku menyukai Tirta. Tapi, sejak tahu kamu punya hubungan istimewa dengannya, aku cemburu. Rasanya seperti barang kesayanganku direbut orang lain.""Pagi ini waktu dengar kamu akan tidur dengan Tirta, aku merasa sangat sesak. Aku pun baru sadar. Mungkin, aku jatuh cinta pada Tirta ...."Begitu ucapan ini dilontarkan, Aiko tidak bisa mencernanya untuk waktu yang lama. Dia tertegun di tempatnya tanpa bereaksi sedikit pun."Kak, maaf. Aku juga nggak ingin begini, tapi aku nggak bisa mengontrol diriku. Waktu melihatmu bersama Tirta, aku cemburu ....""Terutama hari ini. Aku merasa cemburu sekaligus sedih melihatmu tidur dengan Tirta. Aku sangat berharap wanita itu adalah aku ...."Naura mengeluarkan ponselnya dan memutar rekaman CCTV yang disimpannya. Matanya memerah. Dia terlihat sangat emosional.Beberapa saat kemud

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 887

    "Naura, terima kasih. Kalau nggak ada kamu, aku nggak mungkin kenal Tirta. Kamu pasti bisa menemukan tambatan hatimu juga suatu hari nanti! Aku janji bakal membantumu nanti!" Aiko menggenggam tangan Naura. Dia tidak merasa Naura sedang berbohong."Aiko, Bu Naura, mienya sudah matang. Ayo dicoba." Tidak lama setelah kedua wanita itu mengobrol, Tirta menyajikan dua mangkuk mie dari dapur.Mie diletakkan di depan keduanya. Kuahnya bening. Di atasnya terdapat taburan daun bawang dan beberapa tetes minyak wijen. Kelihatannya tidak terlalu menggugah selera, tetapi aromanya sangat harum.Jangankan Naura yang suka makan mie, Aiko yang selalu makan makanan lezat juga menjadi lapar melihatnya."Wah, wangi sekali! Tirta, kamu memang jago masak mie! Gimana cara masak mie ini?" Naura pun mengambil sumpit, lalu mengambil mangkuknya dan mencicipinya. Begitu menyeruputnya, ekspresi Naura langsung terlihat puas."Ya, sepertinya ini mie terenak yang pernah kumakan! Cepat kasih tahu kami gimana cara masa

DMCA.com Protection Status