Share

Bab 7

Penulis: Hazel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-08 19:19:26
"Kenapa ingatanmu tiba-tiba menjadi bagus sekali?" tanya Nabila dengan ekspresi tidak percaya. Tirta yang awalnya terlihat bodoh justru berhasil menguasai 500 kata dalam satu jam. Bagaimana mungkin Nabila tidak terkejut dengan pencapaian ini?

"Aku memang terlahir genius," sahut Tirta dengan ekspresi angkuh. Jika terus seperti ini, bukankah berarti dia bisa menghafal 3.000 kata dalam beberapa hari ini? Itu artinya, Nabila mungkin menjadi pacarnya? Wanita ini bukan hanya cantik, tetapi juga seksi. Pasti nyaman kalau dipeluk saat tidur! Begitu memikirkan ini, ekspresi Tirta tampak berseri-seri.

"Hehe!" Tirta terkekeh-kekeh. Melihat ini, Nabila pun mengernyit sambil berkata, "Cih, senyumanmu cabul sekali. Pasti mulai memikirkan hal-hal kotor!"

"Bukan urusanmu," balas Tirta dengan santai. Kemudian, dia menambahkan, "Cepat ajari aku lagi. Mungkin saja aku berhasil menguasai 3.000 kata malam ini, lalu kamu akan menjadi pacarku!"

"Jangan berangan-angan secepat itu. Tapi, sekarang sudah malam sekali. Aku harus pulang. Jangan sampai ayahku mencariku. Besok kita lanjutkan pelajarannya," sahut Nabila yang mulai merasa panik mendengarnya. Dia buru-buru mengalihkan pandangannya.

"Kalau begitu, jangan lupa datang besok." Tirta tidak mungkin melarang wanita ini pulang. Jadi, dia hanya bisa mengantar Nabila keluar dan melihat sosok mungil itu menjauh.

"Aku akan baca buku lagi." Tirta yang berhasil menguasai tulisan sebanyak itu pun menjadi dipenuhi semangat. Beberapa bagian yang tidak bisa dipahaminya dulu menjadi sangat mudah sekarang.

"Rupanya begitu, aku sudah mengerti." Ayah Tirta pernah memberitahunya bahwa leluhur mereka adalah tabib istana. Jadi, mereka memiliki banyak keterampilan medis kuno dan formula berharga. Hanya dengan menguasai sedikit, kehidupannya akan terjamin untuk selamanya.

Seingat Tirta, ayahnya juga tidak menguasai seluruh keterampilan medis ini, tetapi bisa pergi ke kota untuk menghadiri konferensi pers pengobatan tradisional. Selain itu, ayahnya juga tidak menguasai cara membuat pil.

Tirta tidak berpikir sejauh itu. Dia hanya ingin menguasai sedikit keterampilan medis yang berguna supaya bisa mendapatkan sertifikat. Kemudian, dia akan menghasilkan uang dengan bantuan mata tembus pandangnya.

....

Setelah meninggalkan rumah Tirta, Nabila yang terkena angin malam pun menjadi berpikiran lebih jernih. Dia bergumam, "Kalau tahu Tirta punya daya ingat sebagus itu, aku nggak akan menyetujui hal seperti itu."

Ketika teringat dirinya setuju untuk menjadi pacar Tirta, Nabila menyesal hingga mengentakkan kaki. Dia menempuh pendidikan di kota sehingga berwawasan luas. Dia tidak ingin menerima pria desa sebagai pasangannya.

Ibu Nabila pernah berkata bahwa calon suaminya harus punya rumah dan mobil di kota, bahkan maharnya harus 1 miliar. Sementara itu, Tirta yang miskin jelas-jelas tidak sanggup melakukannya. Selain itu, Tirta juga ....

"Sudahlah, paling-paling aku mencari alasan untuk menolaknya nanti." Nabila tahu bahwa dirinya hanya merasa kasihan pada Tirta dan bukan menyukainya. Itu sebabnya, dia tidak mungkin menjadi pacar Tirta.

Terdengar suara langkah kaki di dekatnya. Nabila memandang ke depan, lalu mendapati Melati yang berjalan ke arahnya.

Ketika melihat Nabila, Melati pun bertanya dengan terkejut, "Eh, Nabila? Kenapa belum pulang dan tidur? Sekarang sudah malam sekali lho."

Nabila tidak menyangka akan bertemu Melati malam-malam begini. Biasanya, Melati tidak keluar rumah di malam hari. Apalagi, hari ini Melati mengenakan rok pendek dan stoking hitam berenda. Penampilannya benar-benar seksi. Wanita ini juga menyemprotkan parfum. Ini aneh sekali.

Nabila tidak tahu bahwa Melati sudah menunggu Tirta sejak tadi. Lantaran Tirta tak kunjung datang, Melati memutuskan untuk datang ke rumahnya.

"Aku kepanasan, nggak bisa tidur. Makanya, aku keluar jalan-jalan sebentar," jawab Nabila. Sesudah itu, dia bertanya, "Kak Melati sendiri kenapa ada di sini?"

"Oh, aku nggak enak badan. Aku ingin mencari Tirta untuk berobat. Sebaiknya kamu cepat pulang, bahaya kalau kemalaman," jawab Melati sambil menutup bagian dadanya. Kemudian, dia buru-buru menuju ke rumah Tirta.

"Oke, Kak. Hati-hati di jalan." Nabila tidak berpikir terlalu jauh dan melanjutkan perjalanannya.

Sesaat kemudian, Melati tiba di rumah Tirta. Ketika melihat pria ini sedang membaca buku, dia pun merasa kesal. "Tirta, bukannya kamu sudah janji akan datang? Memangnya buku lebih menarik dari wanita? Kamu ini bodoh, ya?"

Tirta tidak menyangka Melati akan begitu berani, sampai-sampai datang ke rumahnya. Dia segera menyahut dengan suara rendah, "Kak, kecilkan suaramu. Jangan sampai bibiku dengar! Bukannya aku nggak mau pergi, tapi ada urusan mendesak. Aku harus mendapatkan sertifikat medis."

Tirta menjelaskan masalah kliniknya kepada Melati. Amarah Melati pun mereda. Dia mengerti alasan Tirta belajar segiat ini. "Rupanya begitu, kukira kamu nggak tertarik padaku. Tapi, memangnya kamu bisa mengerti tulisan-tulisan di buku medis?"

"Bisa sedikit." Tirta tidak memberi tahu bahwa Nabila yang mengajarinya. Akan gawat kalau Agus mengetahui hal ini.

"Sudahlah, jangan baca buku lagi. Ikut aku," ujar Melati yang sudah tidak sabar. Dia menggandeng tangan Tirta dan hendak membawanya ke rumahnya. Sejak siang tadi, dia sudah memikirkan Tirta.

"Kak, jangan begini. Gawat kalau dilihat orang." Tirta buru-buru melepaskan tangan Melati. Kalau ada yang melihat mereka berpegangan tangan seperti ini, hubungannya dengan Nabila akan kacau.

"Ini sudah tengah malam, nggak ada orang di jalan kok. Cepat ikut aku!" Melati tidak peduli pada hal lain. Dia mendorong Tirta ke luar. Tirta pun hanya bisa mengikutinya. Untung saja, tidak ada siapa-siapa di jalanan.

"Tenang saja, mertuaku akan pulang lusa nanti. Aku nggak akan memberi tahu siapa pun tentang ini. Kamu boleh mempermainkanku sepuasnya di ranjang!" Ketika melihat Tirta ragu-ragu, Melati sontak meraih kemaluan Tirta dan menenangkannya.

"Kak, jangan begitu ...." Tirta tersenyum getir. Dia ingin kabur, tetapi Melati menggenggam tangannya dengan kuat sehingga dia tidak punya kesempatan.

Setibanya di rumah Melati, memang tidak ada orang seperti yang dikatakan. Melati segera mengunci pintu, mematikan lampu, dan menyalakan lilin.

Pada dasarnya, Melati memang cantik. Cahaya remang-remang menyinari wajah putihnya. Ditambah lagi tatapannya yang penuh hasrat, membuatnya terlihat makin memesona.

"Tirta, aku cantik nggak?" tanya Melati yang berputar untuk memperlihatkan seluruh sisi badannya. Tirta baru menyadari bahwa pakaian Melati sangat seksi! Pahanya yang seputih salju itu membuat siapa pun yang melihatnya akan terangsang! Kombinasi dengan stoking hitam berenda itu bahkan menghasilkan visual yang sungguh menggoda!

"Cantik ...," jawab Tirta yang merasa tenggorokannya kering. Dia menelan ludahnya.

Melati tersenyum manis. Dengan wajah tersipu, dia bertanya dengan suara rendah yang memikat, "Kalau begitu, kamu menginginkanku nggak?"
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Sa'e Diedik
menarik lanjut thor
goodnovel comment avatar
Kairul Amri
wah makin asik di buru janda kembang
goodnovel comment avatar
Abdul Nasir
wajarlah janda kembang ingin merasai.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 8

    "Aku ... aku .... Kak, begini kurang pantas ...." Tirta terbata-bata, wajahnya memerah. Siang tadi, Tirta sudah memutuskan untuk meniduri Melati. Sekarang, dia malah kehilangan nyalinya dan merasa panik. Dia takut Nabila dan Ayu tahu tentang ini."Yang penting kamu menginginkanku. Jangan bersikap munafik lagi!" sahut Melati sembari menatap Tirta dengan gembira."Kak, aku benar-benar nggak berpikiran seperti itu ...." Tirta menatap kemaluannya dengan getir. Dia menjadi mudah terangsang setelah memakan ular putih itu. Namun, siapa yang akan percaya pada omongannya ini?"Jangan berpura-pura lagi. Aku akan menjadi wanitamu mulai hari ini, nggak usah malu-malu," ujar Melati sambil tersenyum menutup mulutnya. Kemudian, dia pelan-pelan menghampiri Tirta."Kak, jangan begini." Tirta mundur hingga akhirnya terduduk di ranjang."Tirta, ini pertama kalinya untukmu, 'kan? Aku juga sama. Mainkan lebih pelan nanti," ucap Melati dengan suara menggoda.Kakak Melati memberitahunya bahwa pria akan diken

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 9

    "Sialan, ternyata kamu!" Begitu melihat Tirta, Raden langsung memaki. Pada saat yang sama, dia menyadari bahwa Tirta dan Melati berhubungan intim barusan."Kak Melati, kamu baik-baik saja?" tanya Tirta sambil memapah Melati dan tidak meladeni Raden."Aku nggak apa-apa. Kenapa kamu keluar? Cepat sembunyi di belakangku!" Melati ingin melindungi Tirta supaya dia tidak terluka. Tindakannya ini membuat hati Tirta terasa hangat."Melati, kamu jadi gila karena memikirkan pria, ya? Tirta jelas-jelas cacat, bahkan nggak bisa dibilang seorang pria. Kamu malah berselingkuh dengannya? Konyol sekali!" Raden tertawa mengejek sambil melepaskan celananya. "Aku akan menunjukkan kepadamu seperti apa pria sesungguhnya.""Sudahlah, punyamu paling cuma 3 inci, punya Tirta lebih besar 5 kali lipat. Cepat pakai celanamu kembali, buat malu saja!" ujar Melati yang meludah dengan ekspresi merendahkan."Omong kosong! Dia mana mungkin bisa bercinta dengan wanita!" seru Raden dengan wajah merah karena kesal. Dia t

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 10

    Begitu mendengar teriakan histeris Raden, Tirta sontak merasa gembira. Dia tahu bahwa dirinya berhasil! Dia berhasil mempraktikkan teknik akupunktur di buku kuno, bahkan mengatasi masalahnya dengan Melati!Raden benar-benar tidak ingat pada kejadian barusan. Itu artinya, pria ini tidak akan membocorkan apa pun!"Sialan. Aku jadi jengkel kalau membahas Tirta. Cepat atau lambat, aku akan memberinya pelajaran! Aku pasti akan meniduri Ayu!" Raden menggeleng dengan kuat, lalu berdiri dan hendak kembali ke desa."Bajingan ini masih mengincar bibiku! Aku harus menakutinya!" Tirta merasa kesal kembali. Teknik akupunktur ini hanya bisa digunakan sebulan sekali supaya efektif. Kalau tidak, Tirta pasti sudah melakukannya berkali-kali untuk Raden.Namun, sekarang Tirta punya ide bagus untuk membuat Raden berhenti mengincar bibinya. Sambil menekan lehernya, Tirta mengeluarkan suara panjang yang bergema di lembah sehingga terdengar sangat menakutkan. "Ra ... den ...."Kalau bukan Tirta yang mengelua

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 11

    "Um, Kak ...." Ini pertama kalinya Tirta berciuman, bahkan si wanita yang mengambil inisiatif. Itu sebabnya, dia sulit untuk menahan antusiasmenya.Meskipun lidah Melati tidak terlalu lincah, ciuman ini terasa sangat manis, membuat Tirta tidak ingin melepaskannya.Selain itu, tangan Tirta terus meremas payudara Melati. Kali ini, dia akan menjadi pria seutuhnya! Dia pun tidak tahan lagi sehingga membalikkan badan dan menindih Melati."Tirta ... yang pelan sedikit ...." Melati tentu tahu apa yang ingin dilakukan Tirta selanjutnya. Kini, dia benar-benar lemas karena terangsang. Selain merasa cemas, hati Melati juga dipenuhi penantian."Ayo, Tirta. Aku sudah nggak sabar," ujar Melati sambil memeluk Tirta dengan erat. Dia pun tak kuasa mengeluarkan desahan yang sungguh memikat."Ah ... aku akan memperlakukanmu dengan baik mulai hari ini!" pekik Melati. Tirta telah kehilangan kendali. Dia menegakkan tubuhnya, bersiap-siap untuk memulai pertarungan besar. Dia akhirnya bisa merasakan kenikmata

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 12

    "Tirta, turunkan saja aku kalau kamu merasa lelah," ujar Ayu yang merasa tidak tega."Nggak apa-apa, Bi. Aku nggak keberatan kalau harus menggendongmu untuk seumur hidup!" Tirta terkekeh-kekeh.Klinik sudah dekat. Begitu tiba, Tirta langsung menurunkan Ayu ke ranjang karena mengkhawatirkan cederanya."Tunggu sebentar, Bi. Aku ambilkan obat dulu." Sesudah mengatakan itu, Tirta segera pergi ke ruang obat.Begitu Tirta pergi, wajah Ayu sontak menjadi sangat merah. Dia menjulurkan tangan untuk mengelus bokongnya yang sakit. Seharusnya Tirta tidak memiliki maksud lain. Bagaimanapun, pria dan wanita harus menjaga jarak. Ayu berpikir, Tirta sudah dewasa, pasti mulai menginginkan wanita."Tirta memang bukan anak kecil lagi, sudah saatnya aku mencarikannya pasangan," gumam Ayu. Dia mengembuskan napas setelah memikirkan ini. Seluruh Desa Persik tahu bahwa Tirta impoten. Wanita mana yang bersedia menjadi pasangannya?"Sebagai seorang pria, malah nggak ada wanita yang menyukai Tirta. Dia pasti sed

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 13

    "Baiklah." Tirta menghela napas dengan kecewa. Kalau tahu hasil dari pijatannya akan sebagus itu, dia tidak akan memijat Ayu supaya masih bisa merasakan kekenyalan kedua bola itu. Namun, Tirta tidak benar-benar menyesal. Dia juga merasa lega karena melihat Ayu tidak kesakitan lagi.Lagi pula, Ayu sudah setuju akan mengorbankan tubuhnya untuk Tirta berlatih pijat. Begitu teringat akan hal ini, Tirta merasa sangat senang."Kamu pergi ambil uang dulu." Ayu menyuruh Tirta mengambil uang di laci. Setelah mengunci pintu, dia menyuruh Tirta memapahnya ke warung di depan desa."Bi, kamu tunggu di sini. Aku lihat ada masalah apa di sana," ujar Tirta. Di perjalanan, Tirta melihat para penduduk desa berkerumun sambil bergosip. Dia pun menghampiri karena merasa penasaran."Hati-hati," pesan Ayu."Ya, tenang saja." Tirta mengiakan."Kalian sudah dengar belum? Sepertinya Raden melihat hantu semalam. Aku melihatnya pagi ini, dia berteriak seperti orang gila ....""Aku tahu. Kalau nggak salah, istriny

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 14

    "Ibu, jangan buka dulu. Aku baru bangun ... belum pakai baju!" Nabila seperti rusa kecil yang ketakutan. Jantungnya berdetak kencang. Kalau sampai Betari melihatnya seperti ini, dia akan sangat malu.Tanpa sempat mengganti celana dalam, Nabila langsung mencari celana untuk dipakai. Setelah beres, dia menghela napas dan berdeham. "Ibu, kamu sudah boleh masuk."Terdengar suara pintu dibuka, lalu Betari melangkah masuk. Ketika melihat wajah Nabila merah, dia mengernyit sambil bertanya, "Ada apa denganmu? Kenapa wajahmu merah sekali? Kamu mengigau apa tadi?""Aku mimpi buruk," jawab Nabila dengan kepala tertunduk."Mimpi buruk macam apa yang bisa membuatmu mengigau seperti itu?" Betari tetap merasa aneh, tetapi tidak bertanya lagi.Nabila merasa malu hingga kedua tangannya terkepal erat. Dia gugup hingga berkeringat. Kemudian, dia bertanya, "Bu, kenapa kamu mencariku?""Tirta dan bibinya datang membawa barang. Katanya mau berterima kasih padamu. Memangnya apa yang terjadi?" tanya Betari de

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 15

    Namun, hati Tirta bergetar saat melihat bokong bulat Nabila. Pasti seru jika Nabila benar-benar mengompol saat bercinta dengannya.Nabila masih muda, tetapi bokongnya hampir sebesar bokong Ayu. Siapa pun yang melihatnya pasti akan terpana. Apalagi, Nabila hanya memakai celana dalam yang basah sekarang. Kedua pahanya terpampang jelas, membuat Tirta tidak bisa mengalihkan pandangannya."Berengsek kamu, Tirta! Cepat keluar! Aku mau ganti celana!" Nabila buru-buru mengusir Tirta saat melihat pria ini menatapnya dengan mata terbelalak."Kak Nabila, kamu langsung pakai celanamu saja. Lagian, aku sudah melihat semuanya. Nggak perlu ditutup-tutupi lagi." Tirta terkekeh-kekeh."Tirta sialan! Kamu benar-benar nggak tahu malu! Beraninya kamu mengambil keuntungan dariku! Jangan salahkan aku bertindak kejam!" teriak Nabila. Saking murkanya, dia mengangkat kaki untuk menendang kemaluan Tirta."Astaga, benda ini nggak boleh ditendang sembarangan!" Tirta terkesiap hingga bergegas mengelak. Dia baru se

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 859

    "Hais, memang nggak bagus kalau ada yang tahu. Pokoknya, aku nggak bakal beri tahu siapa pun tentang masalah hari ini," balas Tirta sambil melangkah dengan stabil. Dia bisa merasakan payudara besar di punggungnya.Setelah mendengarnya, Yanti pun mengiakan dan tidak merespons lagi. Dia tidak pernah bersentuhan dengan pria. Kini, Tirta malah menopang bokongnya dan bajunya rusak. Hal ini tentu membuat perasaannya campur aduk dan tak kuasa berpikir sembarangan.'Waktu itu, dia nggak sengaja menyemprotku. Kali ini, dia malah melihat dadaku. Jangan-jangan ... semua ini adalah takdir?'Tirta tentu tidak tahu apa-apa tentang pemikirkan Yanti ini. Sambil menggendong Yanti, dia terus mencari tanaman obat yang bisa digunakan untuk menghilangkan bekas luka.Sekitar tujuh atau delapan menit kemudian, mereka tiba di depan air terjun itu. Di bawahnya adalah air bersih.Tirta berjongkok untuk menurunkan Yanti, lalu berujar, "Bu, kamu bersihkan diri dulu di sini. Tadi aku melihat tanaman obat yang bisa

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 858

    "Bakal berbekas kalau infeksi? Serius? Jangan-jangan kamu cuma mau ambil keuntungan dariku? Kamu bicara begitu untuk menakutiku, 'kan?" tanya Yanti yang masih belum berbalik. Namun, dia merasa yang dikatakan Tirta masuk akal.Yanti terluka dan pakaiannya rusak. Dia pasti tidak bisa mengejar harimau lagi untuk sekarang. Dia terpaksa mengesampingkan masalah ini dulu."Kalau aku ingin ambil untung darimu, ngapain aku repot-repot ngarang kebohongan? Di sini nggak ada siapa-siapa. Aku bisa langsung menidurimu kalau memang mau!" sahut Tirta dengan pasrah."Terserah kamu saja. Pokoknya aku sudah mengingatkanmu. Mau diobati atau nggak, terserah kamu," lanjut Tirta."Kamu benaran bukan ingin ambil untung, 'kan? Kalau begitu, kamu mau gimana? Aku bakal turuti ucapanmu." Setelah ragu-ragu sejenak, Yanti akhirnya membuat keputusan. Payudara wanita sangat penting, hampir sama dengan kemaluan pria. Dia tentu tidak ingin payudaranya berbekas."Kita cari sungai yang bersih dulu untuk bersihkan lukamu.

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 857

    "Tirta, aku perlu ikut nggak?" tanya Melati dengan agak panik."Nggak usah, Kak. Aku bisa sendiri. Nanti aku bawa Bu Yanti balik. Kamu tenang saja," sahut Tirta sambil mengeluarkan jarum perak di sakunya dan menunjukkannya kepada Melati."Kamu ingin membuat Bu Yanti lupa kejadian hari ini ya? Ya sudah, kamu kejar dia. Aku nggak bakal ikut supaya kamu nggak repot." Melati memahami maksud Tirta. Dia pun hanya menunggu di mobil.Tirta turun dari mobil, lalu berteriak kepada Yanti yang berlari di depan, "Bu Yanti, tunggu aku! Aku salah makan siang ini. Perutku terus mulas. Aku jadi nggak kuat lari. Jangan terlalu cepat, aku nggak bisa menyusulmu!""Kamu masih begitu muda. Seharusnya tubuhmu kuat. Kenapa malah lemas sekali? Cepat sedikit! Aku nggak lihat harimaunya lagi!" Yanti sama sekali tidak berhenti dan terus berlari. Payudaranya yang besar itu pun terus berguncang dibuatnya."Hais ...." Tirta menghela napas dengan tidak berdaya. Ketika dia memutuskan untuk tidak berpura-pura lagi dan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 856

    "Bu Yanti, kedua harimau itu nggak melukai siapa pun. Untuk apa kamu lapor polisi?"Begitu mendengarnya, Tirta menghentikan mobilnya. Kemudian, dia turun, tetapi tidak berniat membawa Yanti mencari harimau.Sepertinya, Yanti melihat kedua harimau itu waktu mereka kabur. Makanya, dia mengejar kedua harimau itu bersama Melati."Harimau sangat ganas. Mereka bisa memangsa orang. Aku melihat mereka di desa tadi! Mereka pasti mencari mangsa di bawah gunung karena nggak ada yang bisa dimakan di pegunungan!""Aku tentu harus lapor polisi supaya mereka menangkap kedua harimau itu. Kemudian, mereka akan dibawa ke pusat perlindungan satwa! Kalau ditunda, takutnya akan ada yang terluka!" jelas Yanti dengan ekspresi cemas dan napas terengah-engah.Bisa dilihat bahwa kepala desa ini sangat baik hati. Namun, dia tidak tahu bahwa kedua harimau itu adalah milik Tirta. Mereka ditugaskan untuk menjaga rumah."Kamu berpikir terlalu jauh. Mungkin mereka cuma mau jalan-jalan. Kalau tujuan mereka adalah mema

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 855

    "Kak! Ka ... kamu ini ya! Karena kamu yang mulai duluan, aku nggak bakal sungkan-sungkan lagi! Waktu Tirta mengantarmu pulang hari itu, aku melihat bulu keriting di mulutmu! Cepat jujur, apa itu .... Ah!"Naura sungguh kewalahan karena ditindas Aiko. Tanpa sempat berpikir lagi, dia langsung mengungkapkan apa yang dilihatnya hari itu.Begitu mendengarnya, wajah Aiko sontak memerah. Dia buru-buru menutup mulutnya dan berteriak nyaring, "Ah! Nggak mungkin! Kamu pasti salah lihat! Kalau kamu berani bicara sembarangan, aku bakal menyiksamu mati-matian!"....Mobil akhirnya berhenti di depan klinik. Setelah turun dari mobil, Tirta membuka bagasi dan menurunkan barang belanjaan mereka. Kemudian, dia dan Arum sama-sama memasuki klinik.Sebelum Tirta meletakkan barang-barangnya, Ayu menghampiri dan berkata dengan cemas, "Tirta, Arum, akhirnya kalian pulang! Dua ekor harimau besar kabur saat Melati membuka pintu untuk mengambil barang!""Melati sedang mencari mereka! Taruh saja barang-barang kal

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 854

    "Benar begitu?" tanya Aiko dengan tidak percaya."Tentu saja. Tirta sekarang sangat kaya dan hebat. Apa kamu pernah melihat dia mencampakkan pacarnya? Satu pun nggak pernah, 'kan? Jadi, kamu berpikir terlalu jauh.""Mungkin Tirta terlalu sibuk belakangan ini, makanya nggak sempat menghubungimu. Setelah dia punya waktu, dia pasti datang mencarimu," hibur Naura sambil menepuk tangan Aiko."Ya, kamu benar. Tirta pasti mencariku kalau punya waktu." Aiko akhirnya tersenyum. Kemudian, dia bertanya dengan cemas, "Kalau begitu ... Naura, kamu bisa bantu aku telepon Tirta nggak? Tanya dia kapan punya waktu.""Ya, ya. Terserah kamu saja. Kembalikan ponselku. Aku mau meneleponnya." Naura meminta ponselnya dengan tidak berdaya. Namun, sebelum dia sempat menelepon Tirta, Saad tiba-tiba meneleponnya."Ayah, ada urusan apa? Kalau nggak ada urusan penting, aku tutup ya. Kak Aiko lagi nungguin aku telepon Tirta. Dia mau tanya Tirta kapan punya waktu kemari."Begitu ucapan ini dilontarkan, Aiko langsung

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 853

    Sambil digoda oleh Tirta, Arum akhirnya selesai memakai pakaiannya dalam waktu lima hingga enam menit. Kemudian, Tirta berkemudi ke Desa Persik.....Pada saat yang sama, di kota, di sebuah vila kalangan atas. Aiko yang duduk di ruang tamu tampak menopang dagunya. Dia memandang ke luar jendela dengan tatapan hampa, seolah-olah jiwanya meninggalkan tubuhnya."Kak Aiko, sejak Tirta pergi, kamu nggak bisa makan dan tidur. Apa kamu sudah tersihir olehnya?" Naura duduk di sampingnya sambil menghela napas. Dia baru selesai mandi dan hanya membalut tubuh seksinya dengan handuk. Begitu keluar, dia langsung melihat Aiko yang seperti tidak punya semangat hidup."Naura, kamu bicara apa? Aku nggak mikirin Tirta. Aku lagi mencemaskan perusahaan orang tuaku. Entah kondisi perusahaan sudah membaik atau belum." Aiko tersadar dari lamunannya. Dia menarik napas dalam-dalam dan memaksakan senyuman."Kita bukan baru kenal. Kamu nggak bakal bisa menutupi apa pun dariku. Tirta mengumpulkan uang sebanyak 14

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 852

    "Kalau begitu ... kamu bantu aku pijat. Yang penting Bibi Ayu dan lainnya nggak curiga waktu melihatku. Kalau nggak, aku yang malu ...." Arum menyetujui usul Tirta. Kemudian, dia pelan-pelan bergeser dari pelukan Tirta dan bersandar di jok.Setelah satu ronde yang sengit berakhir, Arum bercucuran keringat dan sangat lelah. Dia hanya bergerak sedikit, tetapi kakinya sudah bergetar. Ini membuatnya terlihat makin menggoda! Kalau bukan karena Arum tak sanggup lagi, Tirta pasti melanjutkan pertarungannya!"Kak Arum, rileks saja, nggak usah gugup." Tirta menahan hasrat dalam dirinya dan menjulurkan tangan dengan perlahan. Kedua tangannya mulai memijat Arum dengan lembut ....Sekitar 10 menit kemudian, Tirta selesai memijat Arum. Arum menarik napas dalam-dalam, merasa jauh lebih nyaman. Hanya saja, kulitnya menjadi merah kembali karena pijatan Tirta."Gimana, Kak? Sudah mendingan? Masih ada yang sakit?" tanya Tirta sambil mengambil tisu dan membantu Arum menyeka tubuhnya."Nggak terlalu sakit

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 851

    Pada saat yang sama, Arum juga memahami beberapa hal yang tak dipahami sebelumnya. Yang menancap dari belakang belum tentu pisau! Berlutut belum tentu memohon! Berteriak belum tentu kesakitan! Menangis belum tentu merasa sedih! Yang keluar dari mulut juga belum tentu air liur!Dua jam kemudian, Tirta dan Arum menyelesaikan ronde pertama mereka. Ketika melihat Arum kelelahan, Tirta pun memilih untuk berhenti.Kini, Arum yang dikalahkan akhirnya mengerti alasan Ayu, Melati, Susanti, Agatha, dan Nabila begitu terobsesi pada Tirta.Seperti yang dikatakan Susanti, ini adalah kunci untuk membuka dunia baru. Arum merasa dirinya seperti terbang ke langit dan ... tidak ingin berhenti! Rasanya sungguh nikmat! Pantas saja, Ayu yang begitu menjaga diri merindukan Tirta setiap hari!"Kak Arum, rupanya kamu ingin mencobanya karena mendengar penjelasan Susanti? Kukira kamu menyukaiku, makanya ingin bercinta denganku. Apa tindakanmu ini termasuk mempermainkan perasaanku?" keluh Tirta sambil mengenakan

DMCA.com Protection Status