Share

Bab 7

Author: Hazel
"Kenapa ingatanmu tiba-tiba menjadi bagus sekali?" tanya Nabila dengan ekspresi tidak percaya. Tirta yang awalnya terlihat bodoh justru berhasil menguasai 500 kata dalam satu jam. Bagaimana mungkin Nabila tidak terkejut dengan pencapaian ini?

"Aku memang terlahir genius," sahut Tirta dengan ekspresi angkuh. Jika terus seperti ini, bukankah berarti dia bisa menghafal 3.000 kata dalam beberapa hari ini? Itu artinya, Nabila mungkin menjadi pacarnya? Wanita ini bukan hanya cantik, tetapi juga seksi. Pasti nyaman kalau dipeluk saat tidur! Begitu memikirkan ini, ekspresi Tirta tampak berseri-seri.

"Hehe!" Tirta terkekeh-kekeh. Melihat ini, Nabila pun mengernyit sambil berkata, "Cih, senyumanmu cabul sekali. Pasti mulai memikirkan hal-hal kotor!"

"Bukan urusanmu," balas Tirta dengan santai. Kemudian, dia menambahkan, "Cepat ajari aku lagi. Mungkin saja aku berhasil menguasai 3.000 kata malam ini, lalu kamu akan menjadi pacarku!"

"Jangan berangan-angan secepat itu. Tapi, sekarang sudah malam sekali. Aku harus pulang. Jangan sampai ayahku mencariku. Besok kita lanjutkan pelajarannya," sahut Nabila yang mulai merasa panik mendengarnya. Dia buru-buru mengalihkan pandangannya.

"Kalau begitu, jangan lupa datang besok." Tirta tidak mungkin melarang wanita ini pulang. Jadi, dia hanya bisa mengantar Nabila keluar dan melihat sosok mungil itu menjauh.

"Aku akan baca buku lagi." Tirta yang berhasil menguasai tulisan sebanyak itu pun menjadi dipenuhi semangat. Beberapa bagian yang tidak bisa dipahaminya dulu menjadi sangat mudah sekarang.

"Rupanya begitu, aku sudah mengerti." Ayah Tirta pernah memberitahunya bahwa leluhur mereka adalah tabib istana. Jadi, mereka memiliki banyak keterampilan medis kuno dan formula berharga. Hanya dengan menguasai sedikit, kehidupannya akan terjamin untuk selamanya.

Seingat Tirta, ayahnya juga tidak menguasai seluruh keterampilan medis ini, tetapi bisa pergi ke kota untuk menghadiri konferensi pers pengobatan tradisional. Selain itu, ayahnya juga tidak menguasai cara membuat pil.

Tirta tidak berpikir sejauh itu. Dia hanya ingin menguasai sedikit keterampilan medis yang berguna supaya bisa mendapatkan sertifikat. Kemudian, dia akan menghasilkan uang dengan bantuan mata tembus pandangnya.

....

Setelah meninggalkan rumah Tirta, Nabila yang terkena angin malam pun menjadi berpikiran lebih jernih. Dia bergumam, "Kalau tahu Tirta punya daya ingat sebagus itu, aku nggak akan menyetujui hal seperti itu."

Ketika teringat dirinya setuju untuk menjadi pacar Tirta, Nabila menyesal hingga mengentakkan kaki. Dia menempuh pendidikan di kota sehingga berwawasan luas. Dia tidak ingin menerima pria desa sebagai pasangannya.

Ibu Nabila pernah berkata bahwa calon suaminya harus punya rumah dan mobil di kota, bahkan maharnya harus 1 miliar. Sementara itu, Tirta yang miskin jelas-jelas tidak sanggup melakukannya. Selain itu, Tirta juga ....

"Sudahlah, paling-paling aku mencari alasan untuk menolaknya nanti." Nabila tahu bahwa dirinya hanya merasa kasihan pada Tirta dan bukan menyukainya. Itu sebabnya, dia tidak mungkin menjadi pacar Tirta.

Terdengar suara langkah kaki di dekatnya. Nabila memandang ke depan, lalu mendapati Melati yang berjalan ke arahnya.

Ketika melihat Nabila, Melati pun bertanya dengan terkejut, "Eh, Nabila? Kenapa belum pulang dan tidur? Sekarang sudah malam sekali lho."

Nabila tidak menyangka akan bertemu Melati malam-malam begini. Biasanya, Melati tidak keluar rumah di malam hari. Apalagi, hari ini Melati mengenakan rok pendek dan stoking hitam berenda. Penampilannya benar-benar seksi. Wanita ini juga menyemprotkan parfum. Ini aneh sekali.

Nabila tidak tahu bahwa Melati sudah menunggu Tirta sejak tadi. Lantaran Tirta tak kunjung datang, Melati memutuskan untuk datang ke rumahnya.

"Aku kepanasan, nggak bisa tidur. Makanya, aku keluar jalan-jalan sebentar," jawab Nabila. Sesudah itu, dia bertanya, "Kak Melati sendiri kenapa ada di sini?"

"Oh, aku nggak enak badan. Aku ingin mencari Tirta untuk berobat. Sebaiknya kamu cepat pulang, bahaya kalau kemalaman," jawab Melati sambil menutup bagian dadanya. Kemudian, dia buru-buru menuju ke rumah Tirta.

"Oke, Kak. Hati-hati di jalan." Nabila tidak berpikir terlalu jauh dan melanjutkan perjalanannya.

Sesaat kemudian, Melati tiba di rumah Tirta. Ketika melihat pria ini sedang membaca buku, dia pun merasa kesal. "Tirta, bukannya kamu sudah janji akan datang? Memangnya buku lebih menarik dari wanita? Kamu ini bodoh, ya?"

Tirta tidak menyangka Melati akan begitu berani, sampai-sampai datang ke rumahnya. Dia segera menyahut dengan suara rendah, "Kak, kecilkan suaramu. Jangan sampai bibiku dengar! Bukannya aku nggak mau pergi, tapi ada urusan mendesak. Aku harus mendapatkan sertifikat medis."

Tirta menjelaskan masalah kliniknya kepada Melati. Amarah Melati pun mereda. Dia mengerti alasan Tirta belajar segiat ini. "Rupanya begitu, kukira kamu nggak tertarik padaku. Tapi, memangnya kamu bisa mengerti tulisan-tulisan di buku medis?"

"Bisa sedikit." Tirta tidak memberi tahu bahwa Nabila yang mengajarinya. Akan gawat kalau Agus mengetahui hal ini.

"Sudahlah, jangan baca buku lagi. Ikut aku," ujar Melati yang sudah tidak sabar. Dia menggandeng tangan Tirta dan hendak membawanya ke rumahnya. Sejak siang tadi, dia sudah memikirkan Tirta.

"Kak, jangan begini. Gawat kalau dilihat orang." Tirta buru-buru melepaskan tangan Melati. Kalau ada yang melihat mereka berpegangan tangan seperti ini, hubungannya dengan Nabila akan kacau.

"Ini sudah tengah malam, nggak ada orang di jalan kok. Cepat ikut aku!" Melati tidak peduli pada hal lain. Dia mendorong Tirta ke luar. Tirta pun hanya bisa mengikutinya. Untung saja, tidak ada siapa-siapa di jalanan.

"Tenang saja, mertuaku akan pulang lusa nanti. Aku nggak akan memberi tahu siapa pun tentang ini. Kamu boleh mempermainkanku sepuasnya di ranjang!" Ketika melihat Tirta ragu-ragu, Melati sontak meraih kemaluan Tirta dan menenangkannya.

"Kak, jangan begitu ...." Tirta tersenyum getir. Dia ingin kabur, tetapi Melati menggenggam tangannya dengan kuat sehingga dia tidak punya kesempatan.

Setibanya di rumah Melati, memang tidak ada orang seperti yang dikatakan. Melati segera mengunci pintu, mematikan lampu, dan menyalakan lilin.

Pada dasarnya, Melati memang cantik. Cahaya remang-remang menyinari wajah putihnya. Ditambah lagi tatapannya yang penuh hasrat, membuatnya terlihat makin memesona.

"Tirta, aku cantik nggak?" tanya Melati yang berputar untuk memperlihatkan seluruh sisi badannya. Tirta baru menyadari bahwa pakaian Melati sangat seksi! Pahanya yang seputih salju itu membuat siapa pun yang melihatnya akan terangsang! Kombinasi dengan stoking hitam berenda itu bahkan menghasilkan visual yang sungguh menggoda!

"Cantik ...," jawab Tirta yang merasa tenggorokannya kering. Dia menelan ludahnya.

Melati tersenyum manis. Dengan wajah tersipu, dia bertanya dengan suara rendah yang memikat, "Kalau begitu, kamu menginginkanku nggak?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (14)
goodnovel comment avatar
Umar Gazali
Ayo Tirta.
goodnovel comment avatar
Abdul Haris Rambey
lanjuuutt toooooorrrr
goodnovel comment avatar
Setio Waspodo
lanjutkan dan jadi seru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 8

    "Aku ... aku .... Kak, begini kurang pantas ...." Tirta terbata-bata, wajahnya memerah. Siang tadi, Tirta sudah memutuskan untuk meniduri Melati. Sekarang, dia malah kehilangan nyalinya dan merasa panik. Dia takut Nabila dan Ayu tahu tentang ini."Yang penting kamu menginginkanku. Jangan bersikap munafik lagi!" sahut Melati sembari menatap Tirta dengan gembira."Kak, aku benar-benar nggak berpikiran seperti itu ...." Tirta menatap kemaluannya dengan getir. Dia menjadi mudah terangsang setelah memakan ular putih itu. Namun, siapa yang akan percaya pada omongannya ini?"Jangan berpura-pura lagi. Aku akan menjadi wanitamu mulai hari ini, nggak usah malu-malu," ujar Melati sambil tersenyum menutup mulutnya. Kemudian, dia pelan-pelan menghampiri Tirta."Kak, jangan begini." Tirta mundur hingga akhirnya terduduk di ranjang."Tirta, ini pertama kalinya untukmu, 'kan? Aku juga sama. Mainkan lebih pelan nanti," ucap Melati dengan suara menggoda.Kakak Melati memberitahunya bahwa pria akan diken

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 9

    "Sialan, ternyata kamu!" Begitu melihat Tirta, Raden langsung memaki. Pada saat yang sama, dia menyadari bahwa Tirta dan Melati berhubungan intim barusan."Kak Melati, kamu baik-baik saja?" tanya Tirta sambil memapah Melati dan tidak meladeni Raden."Aku nggak apa-apa. Kenapa kamu keluar? Cepat sembunyi di belakangku!" Melati ingin melindungi Tirta supaya dia tidak terluka. Tindakannya ini membuat hati Tirta terasa hangat."Melati, kamu jadi gila karena memikirkan pria, ya? Tirta jelas-jelas cacat, bahkan nggak bisa dibilang seorang pria. Kamu malah berselingkuh dengannya? Konyol sekali!" Raden tertawa mengejek sambil melepaskan celananya. "Aku akan menunjukkan kepadamu seperti apa pria sesungguhnya.""Sudahlah, punyamu paling cuma 3 inci, punya Tirta lebih besar 5 kali lipat. Cepat pakai celanamu kembali, buat malu saja!" ujar Melati yang meludah dengan ekspresi merendahkan."Omong kosong! Dia mana mungkin bisa bercinta dengan wanita!" seru Raden dengan wajah merah karena kesal. Dia t

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 10

    Begitu mendengar teriakan histeris Raden, Tirta sontak merasa gembira. Dia tahu bahwa dirinya berhasil! Dia berhasil mempraktikkan teknik akupunktur di buku kuno, bahkan mengatasi masalahnya dengan Melati!Raden benar-benar tidak ingat pada kejadian barusan. Itu artinya, pria ini tidak akan membocorkan apa pun!"Sialan. Aku jadi jengkel kalau membahas Tirta. Cepat atau lambat, aku akan memberinya pelajaran! Aku pasti akan meniduri Ayu!" Raden menggeleng dengan kuat, lalu berdiri dan hendak kembali ke desa."Bajingan ini masih mengincar bibiku! Aku harus menakutinya!" Tirta merasa kesal kembali. Teknik akupunktur ini hanya bisa digunakan sebulan sekali supaya efektif. Kalau tidak, Tirta pasti sudah melakukannya berkali-kali untuk Raden.Namun, sekarang Tirta punya ide bagus untuk membuat Raden berhenti mengincar bibinya. Sambil menekan lehernya, Tirta mengeluarkan suara panjang yang bergema di lembah sehingga terdengar sangat menakutkan. "Ra ... den ...."Kalau bukan Tirta yang mengelua

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 11

    "Um, Kak ...." Ini pertama kalinya Tirta berciuman, bahkan si wanita yang mengambil inisiatif. Itu sebabnya, dia sulit untuk menahan antusiasmenya.Meskipun lidah Melati tidak terlalu lincah, ciuman ini terasa sangat manis, membuat Tirta tidak ingin melepaskannya.Selain itu, tangan Tirta terus meremas payudara Melati. Kali ini, dia akan menjadi pria seutuhnya! Dia pun tidak tahan lagi sehingga membalikkan badan dan menindih Melati."Tirta ... yang pelan sedikit ...." Melati tentu tahu apa yang ingin dilakukan Tirta selanjutnya. Kini, dia benar-benar lemas karena terangsang. Selain merasa cemas, hati Melati juga dipenuhi penantian."Ayo, Tirta. Aku sudah nggak sabar," ujar Melati sambil memeluk Tirta dengan erat. Dia pun tak kuasa mengeluarkan desahan yang sungguh memikat."Ah ... aku akan memperlakukanmu dengan baik mulai hari ini!" pekik Melati. Tirta telah kehilangan kendali. Dia menegakkan tubuhnya, bersiap-siap untuk memulai pertarungan besar. Dia akhirnya bisa merasakan kenikmata

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 12

    "Tirta, turunkan saja aku kalau kamu merasa lelah," ujar Ayu yang merasa tidak tega."Nggak apa-apa, Bi. Aku nggak keberatan kalau harus menggendongmu untuk seumur hidup!" Tirta terkekeh-kekeh.Klinik sudah dekat. Begitu tiba, Tirta langsung menurunkan Ayu ke ranjang karena mengkhawatirkan cederanya."Tunggu sebentar, Bi. Aku ambilkan obat dulu." Sesudah mengatakan itu, Tirta segera pergi ke ruang obat.Begitu Tirta pergi, wajah Ayu sontak menjadi sangat merah. Dia menjulurkan tangan untuk mengelus bokongnya yang sakit. Seharusnya Tirta tidak memiliki maksud lain. Bagaimanapun, pria dan wanita harus menjaga jarak. Ayu berpikir, Tirta sudah dewasa, pasti mulai menginginkan wanita."Tirta memang bukan anak kecil lagi, sudah saatnya aku mencarikannya pasangan," gumam Ayu. Dia mengembuskan napas setelah memikirkan ini. Seluruh Desa Persik tahu bahwa Tirta impoten. Wanita mana yang bersedia menjadi pasangannya?"Sebagai seorang pria, malah nggak ada wanita yang menyukai Tirta. Dia pasti sed

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 13

    "Baiklah." Tirta menghela napas dengan kecewa. Kalau tahu hasil dari pijatannya akan sebagus itu, dia tidak akan memijat Ayu supaya masih bisa merasakan kekenyalan kedua bola itu. Namun, Tirta tidak benar-benar menyesal. Dia juga merasa lega karena melihat Ayu tidak kesakitan lagi.Lagi pula, Ayu sudah setuju akan mengorbankan tubuhnya untuk Tirta berlatih pijat. Begitu teringat akan hal ini, Tirta merasa sangat senang."Kamu pergi ambil uang dulu." Ayu menyuruh Tirta mengambil uang di laci. Setelah mengunci pintu, dia menyuruh Tirta memapahnya ke warung di depan desa."Bi, kamu tunggu di sini. Aku lihat ada masalah apa di sana," ujar Tirta. Di perjalanan, Tirta melihat para penduduk desa berkerumun sambil bergosip. Dia pun menghampiri karena merasa penasaran."Hati-hati," pesan Ayu."Ya, tenang saja." Tirta mengiakan."Kalian sudah dengar belum? Sepertinya Raden melihat hantu semalam. Aku melihatnya pagi ini, dia berteriak seperti orang gila ....""Aku tahu. Kalau nggak salah, istriny

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 14

    "Ibu, jangan buka dulu. Aku baru bangun ... belum pakai baju!" Nabila seperti rusa kecil yang ketakutan. Jantungnya berdetak kencang. Kalau sampai Betari melihatnya seperti ini, dia akan sangat malu.Tanpa sempat mengganti celana dalam, Nabila langsung mencari celana untuk dipakai. Setelah beres, dia menghela napas dan berdeham. "Ibu, kamu sudah boleh masuk."Terdengar suara pintu dibuka, lalu Betari melangkah masuk. Ketika melihat wajah Nabila merah, dia mengernyit sambil bertanya, "Ada apa denganmu? Kenapa wajahmu merah sekali? Kamu mengigau apa tadi?""Aku mimpi buruk," jawab Nabila dengan kepala tertunduk."Mimpi buruk macam apa yang bisa membuatmu mengigau seperti itu?" Betari tetap merasa aneh, tetapi tidak bertanya lagi.Nabila merasa malu hingga kedua tangannya terkepal erat. Dia gugup hingga berkeringat. Kemudian, dia bertanya, "Bu, kenapa kamu mencariku?""Tirta dan bibinya datang membawa barang. Katanya mau berterima kasih padamu. Memangnya apa yang terjadi?" tanya Betari de

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 15

    Namun, hati Tirta bergetar saat melihat bokong bulat Nabila. Pasti seru jika Nabila benar-benar mengompol saat bercinta dengannya.Nabila masih muda, tetapi bokongnya hampir sebesar bokong Ayu. Siapa pun yang melihatnya pasti akan terpana. Apalagi, Nabila hanya memakai celana dalam yang basah sekarang. Kedua pahanya terpampang jelas, membuat Tirta tidak bisa mengalihkan pandangannya."Berengsek kamu, Tirta! Cepat keluar! Aku mau ganti celana!" Nabila buru-buru mengusir Tirta saat melihat pria ini menatapnya dengan mata terbelalak."Kak Nabila, kamu langsung pakai celanamu saja. Lagian, aku sudah melihat semuanya. Nggak perlu ditutup-tutupi lagi." Tirta terkekeh-kekeh."Tirta sialan! Kamu benar-benar nggak tahu malu! Beraninya kamu mengambil keuntungan dariku! Jangan salahkan aku bertindak kejam!" teriak Nabila. Saking murkanya, dia mengangkat kaki untuk menendang kemaluan Tirta."Astaga, benda ini nggak boleh ditendang sembarangan!" Tirta terkesiap hingga bergegas mengelak. Dia baru se

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1383

    "Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1382

    "Empat puluh triliun? Bukannya kalian itu polisi? Kenapa aku merasa kalian seperti bandit?" tanya Tirta.Berdasarkan ucapan Mairah, para polisi ini juga bertugas untuk mencari Susanti biarpun Tirta tidak memberi mereka uang. Lagi pula, mereka tidak menemukan Susanti. Namun, Tirta juga bersedia memberi mereka 2 triliun sebagai ungkapan terima kasih.Melihat kondisi ini, emosi Tirta tersulut. Hafiz yang memimpin melihat Tirta masih begitu muda, tetapi dia sama sekali tidak panik setelah dikepung. Tirta juga bisa menebak masa lalu Hafiz dan lainnya dari ucapan mereka.Hafiz menerka-nerka identitas Tirta, 'Eh? Sebenarnya apa latar belakang pemuda ini? Kenapa dulu aku nggak pernah mendengar tentangnya?'Salah satu bawahan kepercayaan Hafiz maju, lalu tertawa dan berujar sembari menunjuk Tirta, "Kak, pemuda ini benar-benar pintar. Dia bisa menebak profesi kita dulu."Puluhan polisi juga ikut menghina Tirta. Sikap mereka sangat keterlaluan."Benar! Dulu kami termasuk bandit. Hanya saja, akhir

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1381

    Belasan menit kemudian, 13 orang terakhir juga dibunuh oleh Tirta. Setelah menyimpan Pedang Terbang, Tirta melihat mayat-mayat di tanah. Perasaannya campur aduk.Tirta merasa sejak dirinya menguasai kultivasi, hasrat membunuhnya makin kuat. Dulu dia hampir tidak pernah berpikiran untuk membunuh.Saat Tirta sedang gundah dan meragukan dirinya sendiri, suara Genta terdengar. "Kamu sudah menjalani kehidupan di luar alam fana. Kamu nggak usah sedih karena kematian para pecundang ini. Mereka nggak pantas."'Kak, aku juga manusia. Tapi, aku merasa sekarang aku nggak berperikemanusiaan sedikit pun,' balas Tirta. Dia memeluk Susanti makin erat, tetapi hatinya masih kalut.Genta bertanya balik, "Kalau begitu, beri tahu aku apa artinya berperikemanusiaan?"Tirta mendesah dan menjawab, 'Berperikemanusiaan itu ... aku juga nggak tahu. Aku cuma merasa jelas-jelas aku bisa melepaskan mereka dan menyuruh mereka bersumpah ke depannya nggak akan membocorkan hal ini. Tapi, aku tetap membunuh mereka. Kak

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1380

    Pedang Terbang yang bergerak sangat cepat menebas belasan kepala ahli serangga dalam sekejap. Para ahli serangga dari Desa Hiradi dan Desa Tayur tidak mampu menangkis serangan Tirta. Serangga guna-guna yang mereka banggakan sangat lemah di hadapan Pedang Terbang, seperti anak kecil 3 tahun yang menghadapi orang dewasa.Dalam waktu singkat, puluhan ahli serangga yang awalnya sangat percaya diri merasa tidak berdaya. Mereka yang kalah telak berteriak histeris.Wafri kaget. Dia bergumam, "Apa ... yang terjadi? Pedang ini bisa terbang .... Apa aku berhalusinasi?"Namun, suara teriakan makin jelas. Wafri tidak berani berlama-lama lagi. Dia berusaha keras untuk kabur."Sialan ... sebenarnya siapa pemuda ini? Jamil berengsek! Kamu mencelakaiku!" omel Aezar. Dia yang ketakutan setengah mati juga berusaha kabur."Lari saja, aku mau lihat kaki kalian atau pedangku lebih cepat!" seru Tirta. Dia memancarkan aura membunuh.Tirta menjentik jarinya, lalu bola api muncul dan jatuh ke mayat-mayat yang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1379

    Marila segera berucap dengan ekspresi cemas, "Paman, kita jangan habiskan waktu lagi. Kita sama-sama bawa bawahanmu pergi ke Desa Benad secepatnya!""Oke, tapi naik mobil terlalu lambat. Aku suruh orang untuk cari helikopter. Kita naik helikopter ke sana saja," sahut Idris. Dia membawa Marila naik ke mobil, lalu bergegas pergi ke pusat kota.....Waktu kembali ke 2 jam kemudian. Di bawah rumah panggung Susana, sebelumnya Tirta sudah membantai belasan ahli serangga Desa Benad yang tersisa.Tiba-tiba, puluhan ahli serangga mengepung Tirta. Mereka berasal dari Desa Hiradi dan Desa Tayur. Tirta tidak ingin membunuh orang yang tidak bersalah, ditambah lagi dia ingin segera memulihkan ingatan Susanti.Jadi, Tirta tidak langsung bertindak. Dia berkata kepada puluhan orang itu, "Sepertinya aku nggak punya dendam dengan kalian. Kalau kalian nggak mau mati sia-sia, cepat minggir."Aezar mengamati Tirta dengan sinis. Dia mendengus dan berbicara terlebih dahulu, "Kamu memang nggak punya dendam den

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1378

    Dua jam yang lalu, Marila langsung menelepon pamannya setelah berpisah dengan Tirta. Pamannya adalah gubernur yang memimpin Provinsi Naru. Dia merupakan pejabat yang mengurus perbatasan. Namanya Idris.Marila meminta Idris mengutus orang untuk mencari Susanti. Sementara itu, Marila yang menaiki taksi sedang dalam perjalanan untuk bertemu Idris.Tentu saja, Marila juga mempunyai alasan datang jauh-jauh dari ibu kota ke Provinsi Naru untuk mencari Idris. Awalnya Idris juga merupakan pejabat tinggi di ibu kota. Kemudian, Idris menyinggung orang hebat karena salah bicara. Dia hampir kehilangan posisi sebagai pejabat.Untung saja, Saba turun tangan untuk melindungi Idris. Namun, Idris dipindahkan ke Provinsi Naru yang terpencil karena masalah ini. Dia menjadi seorang gubernur. Kemungkinan dia tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke ibu kota lagi seumur hidup.Setelah itu, petinggi negara memerintahkan untuk membasmi kejahatan di seluruh negeri. Provinsi Naru adalah wilayah yang dikuasai

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1377

    Apalagi kompetisi serangga akan segera diadakan. Demi memenangkan kompetisi, mereka juga ingin datang untuk mengambil keuntungan. Tujuan mereka adalah merebut Serangga Emas yang dimurnikan dengan susah payah. Jadi, mereka baru menerobos masuk ke Desa Benad.Jamil buru-buru maju dengan napas terengah-engah saat melihat kedua belah pihak yang hendak berkelahi demi merebut Serangga Emas.Jamil menunjuk Tirta yang sedang membunuh di bawah rumah panggung sambil berteriak, "Kepala desa sekalian, jangan bertengkar lagi. Serangga Emas sudah diambil oleh seorang pemuda yang datang dari luar. Nenek Benad dan ayahku sudah dibunuh olehnya!""Siapa yang membunuh pemuda itu akan mendapatkan Serangga Emas. Ayahku sudah mati, jadi aku yang membuat keputusan di Desa Benad. Aku akan membawa semua penduduk Desa Benad untuk membela pihak yang membantuku balas dendam," lanjut Jamil.Jamil meneruskan, "Kalau aku melanggar janjiku, aku akan disambar petir dan dihabisi semua serangga guna-guna. Aku akan mati

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1376

    Orang yang ditarik Jayadi untuk mengadang serangan pedang Tirta sudah mati. Namun, Jayadi tidak merasa kesakitan selain kepalanya yang makin gatal dan pandangannya yang makin kabur.Jayadi berusaha mengerahkan Serangga Batu dan Serangga Pelumpuh, lalu berujar pada Tirta dengan sinis, "Pemuda sialan, hanya begini kemampuanmu? Kamu sama sekali nggak bisa melukaiku. Haha, selanjutnya sudah saatnya aku bertindak!"Sesuai namanya, Serangga Batu bisa membuat orang yang digigit membatu. Sementara itu, sekujur tubuh orang yang digigit Serangga Pelumpuh akan mati rasa. Mereka tidak akan mampu melawan lagi.Kedua serangga ini bisa memberikan efek yang sama. Jayadi yakin Tirta yang merupakan orang luar pasti tidak bisa menghadapi serangan serangganya. Nanti Jayadi bisa menghabisi Tirta dengan mudah.Hanya saja, tiba-tiba terdengar suara Jamil yang samar dan panik. "Ayah ... kamu ... nggak ... apa-apa, 'kan?""Aku ... nggak ... apa-apa ....," sahut Jayadi. Dia merasa aneh, tetapi dia tetap menangg

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1375

    Tirta mendengus dan berkata, "Aku memang mau membuat perhitungan denganmu! Sekarang kamu yang cari aku, jadi aku bisa menghemat waktuku!"Tirta melihat dengan menggunakan mata tembus pandang. Ternyata Jamil yang pergi tadi sudah kembali. Dia membawa Jayadi dan belasan ahli serangga di Desa Benad. Mereka membuat masalah di bawah rumah panggung.Tirta langsung menyuruh Anton dan Yuli mengikutinya. Dia yang menggendong Susanti keluar dari kamar terlebih dahulu.Sementara itu, Jamil yang berada di bawah rumah panggung langsung panik begitu melihat Tirta keluar dari kamar sambil menggendong Susanti.Jamil yang cemburu berseru, "Ayah, pemuda itu yang membunuh Nenek Benad! Cepat bunuh dia! Jangan sampai dia membawa Susanti pergi!"Jayadi meremehkan Tirta setelah melihat tampangnya yang lucu dan wajahnya yang masih muda. Dia berucap kepada Jamil, "Jamil, dia masih muda. Untuk apa kamu takut? Tenang saja, aku nggak akan membiarkan dia pergi dari Desa Benad hidup-hidup. Wanita itu milikmu dan di

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status