Share

Bab 346

Penulis: Hazel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-24 18:00:01
Melati mengernyit sambil menarik baju Tirta. "Tirta, lupakan saja. Aku cuma ditampar dan nggak sakit lagi. Sebaiknya jangan membesar-besarkan masalah. Kita pergi saja."

Melati ingin membujuk Tirta untuk pergi, tetapi Tirta hanya diam saja dengan ekspresi suramnya. Mereka tidak akan tahu bahwa ini adalah ketenangan sebelum badai.

Melati hanya bisa pasrah karena gagal membujuk Tirta. Sementara itu, Aina merasa makin bangga melihat situasi ini.

Aina terkekeh-kekeh dan berujar, "Hehe. Melati, kalau kamu memang ingin menjual diri, buka saja harga lebih tinggi. Pak Putro sangat baik pada wanita. Kamu bukan cuma akan menjadi wanita seutuhnya, tapi juga bisa makan enak dan belanja sesuka hati."

"Kehidupanmu akan jauh lebih baik daripada saat menjadi janda di desa. Ini adalah keinginan para wanita, 'kan? Jadi, untuk apa menolak lagi? Pak Putro kaya kok. Cepat lepaskan bajumu dan kemari. Layani Pak Putro dengan baik."

Pembuluh darah di dahi Melati sampai menggembung karena hinaan Aina ini. Dia m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 347

    "Hehe, kamu juga mau membantunya?" tanya Tirta sambil mendongak dan menatap bos wanita di sampingnya. Tatapannya itu terlihat sangat tajam, seolah-olah sedang menatap mangsanya."Astaga!" Bos wanita itu bukan orang yang tidak berwawasan. Meskipun begitu, dia tetap terkesiap melihat tatapan Tirta.Tubuhnya terhuyung-huyung. Bos itu mundur beberapa langkah hingga akhirnya terduduk di lantai karena kakinya melemas. Kedua kakinya terbuka dan memperlihatkan celana dalamnya, tetapi dia tidak sempat menghiraukannya lagi.Sementara itu, Hendro yang sudah tidak sabar untuk menyenangkan hati Putro sontak menyerbu ke arah Tirta. Dia menghardik, "Bocah, sebaiknya kamu berhati-hati di kehidupan mendatang. Jangan mengusik orang yang salah lagi!"Prang! Terdengar suara pecahan botol kaca. Namun, yang terjatuh bukan Tirta, melainkan Hendro. Darah pun menyembur dan bercucuran di lantai.Sekujur tubuh Hendro dipenuhi goresan kaca. Rasa sakit yang dahsyat membuat Hendro kesulitan untuk berdiri.Jelas-jel

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 348

    "Dasar berengsek! Beraninya kamu menampar pacarku! Aku mau kamu mati! Kamu dan Melati pantas mati! Orang kampungan seperti kalian nggak pantas bertindak semena-mena! Pak Putro menawarkan kesempatan untuk jalang itu, tapi kalian malah nggak menghargainya!" pekik Aina.Situasi sudah seperti ini, tetapi Aina masih merasa dirinya benar. Tirta tidak akan sungkan-sungkan dengan wanita jahat seperti ini. Dia tidak peduli Aina adalah kerabat Melati. Lagi pula, tidak ada gunanya memiliki kerabat seperti ini.Serangan Aina tidak mungkin bisa melukai Tirta. Tirta menjulurkan tangannya untuk mencekik leher Aina. Seketika, kaki Aina terangkat dari lantai.Kedua kaki Aina gemetaran. Dia terus meronta-ronta, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Tirta. Sementara itu, Tirta masih sibuk menampar Putro dengan tangan yang satu lagi."Kamu kira aku nggak berani memukulmu karena kamu wanita? Aku paling membenci wanita kotor sepertimu. Di mataku, kamu bukan manusia. Kamu bukan cuma menghina Melati, tapi

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 349

    Di bawah serangan Tirta yang bertubi-tubi, kedua orang itu akhirnya tidak tahan lagi. Gigi Putro sampai hanya tersisa beberapa buah.Aina memohon ampun, "Aku akan minta maaf! Tolong berhenti memukulku! Aku bisa mati kalau begini!"Rasa sakit pada sekujur tubuh Aina membuatnya hampir jatuh pingsan. Tirta berujar, "Kalau begitu, cepat berlutut dan minta maaf."Karena tidak berdaya, Putro dan Aina hanya bisa menerima penghinaan ini. Mereka berlutut dan meminta maaf kepada Melati. "Melati, maafkan kami. Kami sudah salah. Kami nggak seharusnya menindasmu."Melati mengernyit sambil menatap penampilan keduanya yang menyedihkan. Akan tetapi, Tirta berhasil membalas penghinaan yang dirasakannya.Melati melambaikan tangannya dan berujar, "Sudahlah. Tirta, mereka sudah minta maaf. Biarkan masalah ini berlalu. Jangan sampai ada korban."Tirta pun mengangguk. Kemudian, dia merobek pakaian Aina hingga membuat wanita itu menjerit ketakutan, "Ah!"'Dasar sok suci,' batin Tirta saat melihatnya. Sebenar

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 350

    Tirta bisa semarah itu karena perlakuan Putro terhadap Melati. Dengan kata lain, Melati memiliki posisi penting di hati Tirta.Melati menggenggam tangan Tirta dengan bahagia. Dia membantu Tirta meniup tangannya sambil bertanya, "Tanganmu sakit nggak? Pukulanmu sangat keras tadi."Tirta mengangguk dan menyahut, "Tentu saja sakit. Soalnya mukanya tebal sekali. Aku jadi harus mengerahkan tenaga besar."Ketika mendengar ejekan Tirta itu, Putro yang berbaring di lantai pun merasa makin gusar. Namun, sekujur tubuhnya terasa sakit sehingga dia tidak bisa melakukan apa-apa.Sementara itu, para bos yang diserang oleh Tirta tentu tidak akan diam begitu saja. Aksa segera mengambil tisu untuk menahan luka di kepalanya. Dia sampai meringis kesakitan."Pak Putro, kita nggak pernah menderita kerugian sebesar ini. Berani sekali bocah tengik seperti itu menginjak-injak harga diri kita. Kita nggak boleh diam begitu saja!" ujar Aksa. Bos lainnya segera menyetujui."Benar, Pak. Kita semua terluka parah ga

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 351

    "Kenapa Kak Nabila? Kamu nggak enak badan?" tanya Tirta dengan tatapan yang agak aneh. Wajah Nabila tampak bersemu merah. Kedua matanya terlihat berseri-seri dengan pesona yang sulit untuk diungkapkan."Mau kuperiksa nggak?" Awalnya Tirta tidak berpikir ke arah lain. Bagaimanapun, dia baru saja selesai memukul orang sehingga suasana hatinya masih belum reda.Beberapa wanita lainnya tidak menyadari bahwa Nabila dan Tirta masih belum keluar dari mobil. Atau mungkin mereka memang sudah mengetahuinya dan diam-diam merasa kecewa.Wajah Nabila terasa sangat panas. Dia menarik kedua tangan Tirta dan meletakkannya di depan dadanya. Tirta merasakan sensasi yang lembut di ujung jarinya.Saat ini cuaca agak panas, sehingga kaus yang dikenakan Nabila lumayan tipis. Begitu meletakkan tangannya ke dada Nabila, seketika terasa wangi semerbak dan sensasi yang mengejutkan."Aku ... memang merasa kurang nyaman, tapi di bagian ini ...," kata Nabila sambil menggerakkan kedua kakinya yang ramping dan jenja

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 352

    Udara di dalam mobil dipenuhi dengan hasrat yang menggelora dan membuat mereka teringat kembali dengan kenangan awal. Erangan Nabila yang pelan dan memukau itu bergema di dalam sana. Namun pada saat ini, gerakan Tirta tiba-tiba terhenti.Nabila kebingungan. Padahal mereka sudah sampai sejauh ini, seharusnya Tirta langsung menyetubuhinya. Semangat Tirta sangat membara. Wajahnya yang beringas itu tampak seperti binatang buas yang hendak melahap mangsanya.Tidak mungkin hasrat Tirta tiba-tiba bisa padam. Nabila memicingkan matanya sambil menggerakkan tubuhnya dengan kesal."Tirta jahat, kamu mau menindasku lagi ya? Padahal sudah sampai begini, kamu ini benar-benar menyebalkan ...."Tirta tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan berkata, "Jangan buru-buru, kita main yang lebih unik."Tirta menaikkan celananya dan berlari masuk ke klinik. Beberapa saat kemudian, dia kembali dengan buru-buru dan wajah kegirangan. "Nih, pakai ini."Ternyata dia membawakan beberapa pakaian dalam seksi yang dibeli

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 353

    "Ah ...."Kalau bukan karena mobil ini memiliki peredam suara yang sangat baik, mungkin teriakan Nabila yang dahsyat ini telah menarik perhatian banyak orang. Mobil itu terus berguncang dengan frekuensi yang kadang cepat dan kadang melambat.Setelah beberapa saat, Nabila tidak mampu lagi menahan serangan Tirta. Tubuhnya terasa lemas dan terkulai di kursi. Di dalam mobil, semuanya tampak berantakan. Tubuh Nabila masih gemetaran dengan mata yang setengah terpejam.Lantaran telah menghabiskan banyak tenaga dan stamina, Nabila tidak bisa bertahan lagi dan perlahan-lahan tertidur lelap. Tirta kemudian memeluk Nabila yang hampir pingsan."Aku bahkan belum mengeluarkan tenaga, sudah pingsan begitu saja?" Mengenang kembali klimaks yang baru saja dirasakannya, Tirta merasa hanyut dalam kenikmatan. Kali ini, Nabila bersikap sangat patuh dan kooperatif. Sepertinya, gadis ini telah menahan diri sepanjang perjalanan. Hanya saja, Tirta masih belum merasa puas. Dia membantu Nabila mengenakan pakaian

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 354

    Melati mengeluarkan desahan manja. "Pelan-pelan, dong. Bukan milik sendiri, jadi nggak sayang ya? Dasar ...." Meski mulutnya menegur Tirta, tubuh Melati justru bersandar ke dada Tirta. Wajahnya menunjukkan ekspresi penuh harap. Meskipun Melati tidak mengucapkan sepatah kata pun, sikapnya sudah menyampaikan semuanya.Tirta yang masih belum sepenuhnya puas setelah bersama Nabila, mana mungkin bisa menolak inisiatif Melati? Tirta segera mengeluarkan pakaian tempurnya. "Tadi pertarungannya belum selesai. Gimana kalau kita yang lanjutkan?" tanyanya sambil memberikan pakaian tempur yang sebelumnya tidak dipakai Nabila. Sekarang, pakaian itu akan berguna.Melati merasa malu dan berkata dengan ragu, "Harus pakai ini? Kalau begitu, gimana kalau kita kembali ke dalam rumah? Biar kupakai untukmu ...."Wajah Melati merah padam. Dia tahu bahwa mengenakan pakaian tempur itu akan membuat Tirta semakin bersemangat. Rasanya ... pasti akan sangat luar biasa. Namun, Tirta hanya menggelengkan kepalanya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 953

    Melihat respons Lutfi, Shinta tertawa dan mengomentari, "Kak Lutfi, apa Kak Tirta lebih hebat darimu?"Lutfi menyahut, "Bukan cuma lebih hebat dariku. Bahkan, guruku juga nggak berhasil melatih Tinju Harimau Ganas seperti Tirta."Lutfi yang penasaran bertanya, "Tirta, katakan dengan jujur, apa sebelumnya kamu sudah pernah berlatih Tinju Harimau Ganas? Aku baru saja memberimu buku-buku itu."Tirta yang merasa antusias menjawab, "Kak Lutfi, kamu salah paham. Sebelum kamu memberiku buku-buku itu, aku nggak pernah berlatih ilmu bela diri. Kemarin aku cuma melihatnya sekilas, aku juga nggak menyangka bisa menguasainya. Apa aku benar-benar lebih hebat dari gurumu?"Lutfi menanggapi dengan ekspresi kaget, "Kamu cuma melihatnya sekilas? Tirta, sepertinya kamu itu memang genius langka dalam dunia bela diri. Tinju Harimau Ganas ini memang terdengar biasa saja. Tapi, dibandingkan teknik lain dari buku-buku yang kuberikan padamu, Tinju Harimau Ganas paling sulit dilatih."Lutfi meneruskan, "Guruku

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 952

    Sebelum Niko sempat bicara, Lutfi menunjuk Karsa sambil marah-marah, "Sepertinya kamu masih nggak menyesali perbuatanmu! Awalnya kamu cuma dijatuhi hukuman tembak mati! Kalau kamu nggak takut mati, aku rasa lebih baik kamu dipenjara seumur hidup seperti dia!"Tindakan Lutfi sudah melanggar perintah Saba, tetapi seharusnya Saba tidak akan menyalahkan Lutfi. Sementara itu, Pinot sudah gila. Dia baru berusia 40-an tahun, tetapi harus menghabiskan sisa hidupnya di penjara.Ekspresi Ladim menjadi masam setelah mendengar ucapan Lutfi. Dia berseru, "Apa? Aku nggak mau dihukum seperti dia! Aku mohon, bunuh aku!"Jika tahu dirinya akan berakhir tragis, tadi Ladim pasti tidak akan berbicara. Sayangnya, semua sudah terlambat.Akhirnya, Ladim dan lainnya pun dipenjara. Niko baru tertawa terbahak-bahak, lalu pergi ke kantor Susanti.Setelah mendengar laporan Niko, Susanti tersenyum dan menanggapi, "Mereka memang pantas dihukum! Kalau mereka itu pemimpin yang memedulikan rakyat, mereka nggak akan be

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 951

    Biasanya Saba memang terlihat ramah, tetapi dia tidak akan memaafkan orang-orang seperti Ladim dan lainnya yang melakukan perbuatan keji.Begitu Saba melontarkan ucapannya, Ladim dan lainnya sangat terpukul. Biarpun mereka terus memohon kepada Saba, Lutfi juga tidak peduli. Dia memimpin anggotanya untuk membawa Ladim dan lainnya keluar dari klinik."Mereka memang pantas dihukum!" celetuk Tirta. Dia yang merasa puas memandang Saba sembari bertanya, "Kak Saba, sebenarnya ada yang mau kutanyakan."Saba kembali tersenyum. Dia menyahut, "Tirta, kamu langsung bilang saja. Nggak usah sungkan."Tirta mengungkapkan kebingungannya, "Bukannya kemarin kamu bilang sudah pensiun dan nggak punya jabatan apa pun lagi? Kenapa sekarang aku merasa kamu tetap berkuasa? Kamu nggak kelihatan seperti kehilangan jabatan."Saba tertawa, lalu menjelaskan, "Tirta, ini semua berkat kamu. Sebenarnya aku nggak berniat memberitahumu. Tapi, aku akan bicara jujur karena kamu sudah bertanya."Saba meneruskan, "Awalnya

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 950

    Ladim sungguh emosional sekarang. Dia menerjang ke arah Karsa dan menghajarnya. Dia ingin sekali menembak mati Karsa sekarang juga!"Karsa, akan kuhabisi kamu! Matilah kamu! Beraninya kamu menipuku untuk melawan teman Pak Saba! Kamu harus mati!"Pinot yang murka dan takut juga menyerbu ke arah Karsa dan menghajarnya habis-habisan."Ah ... ah .... Tolong berhenti! Aku nggak tahu dia teman Pak Saba!" teriak Karsa dengan kesakitan. Bagaimanapun, dia masih belum pulih dari cedera sebelumnya. Dia hampir tewas dibuat Ladim dan Pinot."Bagus, bagus sekali." Tirta menonton dengan seru, bahkan bertepuk tangan."Sialan! Kalau nggak ada Pak Saba, kamu bukan siapa-siapa!" Karsa memelototi Tirta dengan tatapan penuh kebencian dan keengganan."Kamu benar, kamu hebat. Tapi, asal kamu tahu, kalau bukan karena ada hukum di negara ini, kamu pasti sudah kubunuh kemarin. Kamu kira aku takut padamu?" sahut Tirta dengan suara rendah sambil maju. Tatapannya terlihat dingin.Seketika, jantung Karsa seperti be

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 949

    "Hehe, jadi kamu Tirta ya? Masih muda dan cuma rakyat jelata, tapi berani menyuruhku masuk untuk menemuimu? Benar-benar nggak tahu diri!" Setelah memasuki klinik, Pinot menatap Tirta dengan tatapan tajam. Sikapnya terlihat seperti pejabat tinggi yang penuh wibawa."Ayah Angkat, dia Tirta. Jangan lepaskan dia begitu saja! Tirta, ayah angkatku sudah datang. Kamu akan berakhir tragis. Setahun lagi akan menjadi hari peringatan kematianmu!" Karsa yang dibawa masuk langsung dipenuhi api kebencian setelah melihat Tirta. Setelah berbicara kepada Pinot, dia berteriak dengan marah kepada Tirta."Kamu ayah angkat Karsa? Huh, sudah tua dan mau mati, tapi masih saja bodoh. Pendiri negara, Pak Saba, ada di sini. Kamu malah berani sesombong ini?" Tirta sama sekali tidak peduli dengan Karsa, melainkan menatap Pinot dan tersenyum dingin."Pak Saba? Saba Dinata? Hahaha, kenapa nggak bilang dia raja saja? Kamu ini cuma orang kampung yang picik. Atas dasar apa kamu mengenal orang sehebat Pak Saba?" Pinot

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 948

    "Bu ... buset! Me ... mereka punya pistol!" Begitu melihat perubahan situasi yang mendadak, orang-orang itu pun terkesiap.Apalagi, aura yang dipancarkan oleh para pengawal Nagamas itu dipenuhi niat membunuh. Mereka ketakutan hingga memucat dan sekujur tubuh gemetar. Seketika, tidak ada yang berani bergerak.Saat ini, terdengar suara santai seseorang. "Aku Tirta. Beri tahu bos kalian, kalau mau menemuiku, suruh dia masuk sendiri. Mau aku yang keluar? Dia nggak pantas!"Tirta menyesap tehnya, lalu menyunggingkan senyuman meremehkan."Ya, cuma wali kota rendahan. Atas dasar apa dia menyuruh Kak Tirta keluar menemuinya? Dia saja yang merangkak masuk!" ucap Shinta yang memeluk anak harimau."Kita keluar!" Para bawahan itu tidak berani membantah karena mereka dibidik dengan pistol. Mereka berlari keluar dengan ketakutan."Hm? Aku suruh kalian bawa Tirta keluar. Kenapa kalian malah keluar secepat ini?" tanya Pinot dengan kesal saat melihat bawahannya keluar dengan tangan kosong."Ayah Angkat

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 947

    Semua orang mengikuti arah pandang Pinot. Begitu melihatnya, mereka semua terkejut. Bagaimana bisa mobil dengan plat nomor ibu kota muncul di tempat terpencil seperti ini?Bahkan, mobil yang berada di paling depan punya plat nomor yang begitu istimewa, A99999! Jelas, pemilik mobil ini bukan orang biasa!"Pak Pinot, aku rasa kamu berlebihan. Orang-orang di ibu kota itu nggak mungkin datang ke tempat jelek seperti ini. Ini nggak masuk akal. Mungkin saja, ini rekayasa Tirta. Jangan menakuti diri sendiri," ucap Ladim sambil tersenyum tipis setelah terpikir akan kemungkinan ini."Masuk akal. Kalau Tirta kenal tokoh besar di ibu kota, mana mungkin dia masih tinggal di tempat bobrok seperti ini?""Ayah Angkat, dia mungkin tahu kita bakal kemari untuk balas dendam. Dia takut, makanya ingin menakuti kita dengan cara seperti ini. Kamu jangan tertipu," ujar Karsa yang ingin sekali membalas dendam."Seharusnya begitu. Huh! Bocah ini licik juga! Kalian semua, masuk dan tangkap dia!" Setelah menghel

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 946

    "Pak Ladim, kalau kamu suka, kita bisa pindahkan dia ke Kota Lais supaya lebih dekat. Setelah kamu menundukkannya, jangan lupa kirim ke tempatku.""Ya, aku memang punya rencana seperti itu." Ladim tertawa terbahak-bahak.Saat ini, tenaga Karsa telah pulih banyak. Tatapannya dipenuhi kebencian. Dia mengertakkan gigi sambil berkata dengan susah payah, "Ayah Angkat, akhirnya kamu datang. Aku jadi cacat gara-gara mereka. Gimana aku bisa berbakti padamu di kemudian hari?""Kamu harus membantuku membalas dendam! Kalau nggak, aku nggak bakal bisa tenang seumur hidup!""Sebenarnya siapa yang membuatmu jadi begini? Kejam sekali." Pinot baru memperhatikan penampilan tragis Karsa. Bukan hanya patah tangan dan kaki, tetapi kelima jari di tangan kiri juga putus.Pinot tak kuasa menarik napas dalam-dalam saking terkejutnya. Kondisi Harto juga sama tragisnya."Nama bocah itu Tirta! Kami bertemu di kota kecil sekitar. Bukan cuma aku, tapi adikku juga! Ayah Angkat, Pak Ladim, kalian harus membalaskan d

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 945

    Di sisi lain, di dalam kantor polisi.Wali Kota Hamza, Pinot, bersama dengan kepala kepolisian, Ladim, duduk dengan santai di aula utama. Mereka mulai bertanya kepala polisi yang berjaga di depan, Niko."Kapan atasan kalian keluar? Cuma menyerahkan penjahat, sepertinya nggak perlu terlalu lama, 'kan?" Yang berbicara adalah Ladim. Dia menerima banyak hadiah dari Karsa. Ketika ada masalah, dia tentu harus turun tangan."Huh, Bu Susanti sedang sibuk dan nggak punya waktu untuk bertemu dengan kalian. Kalian bisa kembali saja. Lagian, para penjahat itu ditangkap di wilayah kami. Tanpa izin dari Bu Susanti, aku nggak akan melepaskan mereka!"Niko jelas bisa merasakan bahwa mereka datang dengan niat buruk. Makanya, dia mendengus dan berkata dengan kesal."Hehe, memang benar kalian yang tangkap, tapi mereka semua berasal dari Kota Hamza. Jadi, sudah seharusnya diserahkan ke Kepolisian Kota Hamza untuk diproses. Kalian nggak punya hak untuk bernegosiasi denganku. Suruh atasan kalian keluar dan

DMCA.com Protection Status