Share

Bab 354

Penulis: Hazel
Melati mengeluarkan desahan manja. "Pelan-pelan, dong. Bukan milik sendiri, jadi nggak sayang ya? Dasar ...." Meski mulutnya menegur Tirta, tubuh Melati justru bersandar ke dada Tirta. Wajahnya menunjukkan ekspresi penuh harap. Meskipun Melati tidak mengucapkan sepatah kata pun, sikapnya sudah menyampaikan semuanya.

Tirta yang masih belum sepenuhnya puas setelah bersama Nabila, mana mungkin bisa menolak inisiatif Melati? Tirta segera mengeluarkan pakaian tempurnya. "Tadi pertarungannya belum selesai. Gimana kalau kita yang lanjutkan?" tanyanya sambil memberikan pakaian tempur yang sebelumnya tidak dipakai Nabila. Sekarang, pakaian itu akan berguna.

Melati merasa malu dan berkata dengan ragu, "Harus pakai ini? Kalau begitu, gimana kalau kita kembali ke dalam rumah? Biar kupakai untukmu ...."

Wajah Melati merah padam. Dia tahu bahwa mengenakan pakaian tempur itu akan membuat Tirta semakin bersemangat. Rasanya ... pasti akan sangat luar biasa. Namun, Tirta hanya menggelengkan kepalanya.

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 355

    "Hehe, nggak apa-apa, Bi. Nggak akan ada yang datang. Tenang saja!" Melihat Ayu yang menghampiri mereka, Tirta tersenyum licik. "Kebetulan, Kak Melati sudah nggak sanggup bertahan lagi. Bibi, nanti mohon bantuannya ya," ujar Tirta.Tentu saja Ayu mengerti apa yang dimaksud Tirta. Dia tersipu sambil berdecak, "Cih, jangan mimpi.Meski begitu, kedua wanita tetap menurut saat Tirta membawa mereka kembali ke klinik. Setelah menutup pintu, Tirta memojokkan Melati dan Ayu. Ayu yang telah mengikuti pertempuran sengit bersama Melati dan Tirta, kini tak lagi merasa malu. Sebaliknya, dia lebih menikmati kenyamanan yang dirasakannya."Hehe, hari ini kalian berdua nggak akan bisa keluar lagi," kata Tirta sambil mengambil beberapa pakaian dalam seksi. "Bibi, kamu juga pakai ini."Ayu mengeluarkan desahan manja. Dia tampak agak kesal, tetapi akhirnya menyerah pada nasibnya. Lagi pula jika bukan karena menghormati sahabatnya, Ayu dan Tirta yang tidak punya hubungan apa pun sedari awal, pasti sudah la

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 356

    "Apa?" Tirta terpaku sejenak sebelum akhirnya sadar kembali. Dia sama sekali tidak menyangka Arum akan menanyakan pertanyaan seperti itu.Tirta menyeringai bangga dan berkata, "Nggak, ko. Mana mungkin capek kalau hal beginian? Mau bertarung sepuluh hari sepuluh malam pun, aku nggak akan capek."Arum menutup mulutnya dengan terkejut, "Serius? Itu ... sepertinya nggak mungkin."Arum tahu bahwa pria sering melebih-lebihkan dalam hal seperti ini. Namun, dia mendengar langsung suara-suara yang terjadi semalam. Melihat Tirta yang masih penuh semangat dan tampak begitu bertenaga, Arum mulai merasa Tirta tidak sedang membual. Ini benar-benar mengejutkan dan luar biasa.Melihat lingkaran hitam yang tebal di bawah mata Arum, Tirta memperingatkan, "Oh ya, Arum, sekarang Nabila belum tahu tentang hubunganku dengan Ayu dan Melati. Jadi tolong jangan sampai keceplosan, terutama jangan sampai Nabila tahu, ya."Dengan wajah tersipu, Arum meletakkan tangan kecilnya di depan mulutnya dan mengangguk pela

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 357

    Sebagai seorang pengusaha besar di dunia bisnis, perlakuan sopan Afrian terhadap Tirta adalah hal yang jarang terjadi. Mungkin, selain karena Gilang tahu tentang kemampuan dan kekuatan Tirta, ada juga peran Irene yang memberikan pujian tentang Tirta di hadapan ayahnya.Bagaimanapun, Tirta telah meniduri Irene sebelumnya. Menerima perlakuan yang sopan dari Afrian, Tirta merasa perlu memberikan respons yang setimpal. Dia tersenyum dengan merendahkan diri, "Haha, itu semua hanya omongan Irene dan Gilang. Jangan terlalu dianggap serius, Pak Afrian."Mendengar hal itu, Afrian tampak sedikit mengernyit karena sepertinya dia benar-benar percaya pada perkataan Tirta. Irene yang berada di samping, segera maju dan membelanya, "Apanya yang sekadar omongan kami? Kamu memang hebat, kok!"Irene sangat percaya pada Tirta. Pandangannya terhadap Tirta juga tampak hangat. Dia menambahkan, "Tirta, kalau hasilnya bagus kali ini, kamu tenang saja, kami pasti akan memberikan imbalan yang setimpal. Kamu ngga

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 358

    Lantaran Afrian bersikeras, Tirta juga tidak menolaknya lagi. Melihat Tirta hendak membantu Afrian dalam acara pemilihan batu giok kali ini membuat Gilang merasa antusias.Dia mengepalkan tangan dan berkata, "Bagus sekali. Kalau Pak Tirta turun tangan, aku juga bisa belajar. Ini benar-benar kesempatan belajar yang langka."Afrian juga beranggapan sama. "Tenang saja, akan ada kesempatan untuk kalian. Setelah acaranya dimulai nanti, Irene dan Gilang masuk duluan bersama Tirta."Gilang dan Irene tentunya tidak akan menolak. Keduanya mengangguk setuju.Di bawah pimpinan Afrian, Tirta memasuki lokasi pemilihan batu giok. Lokasi acara itu sangat besar dan diadakan di sebuah alun-alun yang luas. Lokasi tersebut ditutupi dengan karpet merah dan ada banyak kursi yang sangat nyaman telah disediakan.Di sekelilingnya, banyak tamu berkumpul untuk melihat langsung kemeriahan acara pemilihan ini. Kerumunan orang yang padat memenuhi tempat itu sehingga menciptakan suasana yang sangat meriah.Acara pe

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 359

    Sekelompok orang itu tampak babak belur. Jika bukan karena pakaian mereka yang mewah, orang mungkin akan mengira mereka adalah korban yang baru saja dibawa dari medan perang. Satu-satunya yang belum pernah dilihat Tirta adalah seorang pria paruh baya yang duduk di samping mereka dengan ekspresi tenang dan dingin.Hidungnya yang mancung dan matanya yang tajam, sesekali mengeluarkan kilatan cahaya seolah-olah mampu melihat menembus segalanya. Secara refleks, dia melirik Tirta sejenak. Tatapannya tetap datar tanpa ekspresi.Pria ini bernama Sandy, seorang ahli penilai batu yang diundang oleh Putro untuk acara kali ini. Sandy juga merupakan senjata pamungkas dan andalan terbesar Putro.Setelah melihat Tirta sekilas, Sandy mengalihkan pandangannya dan tidak memperhatikannya lagi. Dia hanya mendengus dengan nada mengejek, jelas tidak menganggap Tirta yang masih muda ini bisa menandinginya.Aina yang lehernya terpasang penyangga, hanya bisa memalingkan kepalanya. Namun, dia langsung mengenali

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 360

    "Dia? Memangnya bocah tengik sepertinya pantas menilai batu? Ini benar-benar lelucon besar!" ejek Putro dengan tatapan menghina."Aku nggak peduli apa alasanmu membawa bocah ini. Kalaupun kamu membawanya ke sini adalah untuk memijat kakiku, aku juga nggak peduli. Tapi, kalau dia nggak berlutut minta maaf padaku hari ini, masalah kita nggak akan selesai begitu saja."Sikap Putro sangat agresif. Bahkan dengan Afrian yang mencoba menghentikannya sekalipun, Putro tampaknya tidak berniat untuk mengalah begitu saja. Tirta mendengus dingin, lalu mengepalkan tinjunya."Kamu belum cukup dihajar, ya? Kemarin kamu sudah minta maaf, tapi sekarang malah datang cari masalah lagi. Minta dihajar lagi?" Mata Tirta memancarkan kilatan yang berbahaya.Berani-beraninya sekelompok orang ini datang mencari masalah? Sepertinya pelajaran kemarin belum cukup membekas bagi mereka?Menghadapi ancaman dari Tirta, Putro dan Aina tampak agak tegang. Sudut bibir mereka sedikit berkedut. Luka mereka masih terasa saki

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 361

    Irene malah menyetujui persyaratan yang begitu tidak adil. Hal ini membuat Afrian tertegun sejenak, lalu menoleh pada Tirta. "Tirta, bagaimana menurutmu?"Tirta mengangguk. "Aku nggak keberatan. Lagi pula aku nggak akan kalah. Biarkan orang kampungan ini membuka wawasannya." Bisa memenangkan satu triliun dari Putro adalah jumlah besar. Tirta juga tentunya setuju.Berhubung kedua belah pihak telah sepakat, taruhan mereka pun langsung dijalankan."Hahaha ...." Putro dan Aina tertawa terbahak-bahak."Baiklah, Afrian, kali ini kamu pasti kalah. Pecundang yang kamu pilih ini bahkan nggak berhak jadi pesuruh Pak Sandy. Saat aku melayani putrimu nanti, akan kukirimkan video padamu. Hahaha ...."Putro bahkan tidak peduli lagi untuk menjaga martabatnya di depan orang banyak. Melihat Irene yang memiliki aura anggun dan tubuh rampingnya yang tinggi semampai, penampilan ini benar-benar memukau. Sayangnya, wajah Irene saat ini dipenuhi dengan kebencian.Namun, Putro punya caranya tersendiri untuk m

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 362

    Tirta juga tidak terlalu peduli pada Sandy. Afrian dan Gilang yang duduk di sampingnya menimpali, "Tentu saja. Dengan kemampuanmu, bahkan Sandy pun nggak akan jadi masalah bagimu."Gilang menambahkan sambil tertawa, "Sandy memang lumayan terkenal di kalangan ini, tapi dia sangat sombong. Reputasinya lebih besar daripada kemampuannya sesungguhnya. Dengan kemampuan Pak Tirta, nggak perlu pedulikan soal taruhan ini. Lakukan saja seperti biasa."Kedua orang itu merasa sangat percaya diri terhadap Tirta.Irene menoleh pada Tirta. Tirta juga menyadari tatapannya, lalu melemparkan senyuman yang menenangkan. Irene tersenyum tipis, hatinya semakin mantap mendukung Tirta.Putro yang mendengar perkataan mereka itu sontak tergelak. "Hahaha ... yang bakalan nangis itu kalian! Lihat saja nanti."....Setelah menunggu sekitar setengah jam, Larry memegang mikrofon dan mengumumkan di atas panggung, "Pameran pemilihan batu giok tahun ini resmi dimulai."Tirta bangkit dari kursi, lalu meregangkan leherny

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1151

    Bella merapikan rambutnya, lalu buru-buru keluar. Sementara itu, Tirta melihat jam. Sekarang hampir pukul 9 pagi. Masih ada 1 jam lagi sebelum turnamen bela diri dimulai.Tirta segera mandi dan memakai baju. Dia menggunakan alasan yang sama, yaitu membantu Mauri mengurus kasus. Setelah berpamitan dengan Ayu, Tirta keluar dari vila Keluarga Purnomo.Kemarin Tirta sudah berpesan kepada Yusril dan Chiko untuk melindungi Bella dan Ayu. Dengan begitu, Tirta bisa mengikuti turnamen bela diri dengan tenang.Kala ini, Yasmin juga berada di kamar Ayu. Dia mengusap matanya dan menguap. Yasmin bertanya kepada Ayu yang sedang melihat ke luar, "Bibi, apa semalam aku mimpi buruk?"Mendengar ucapan Yasmin, Ayu segera menutup pintu kamar. Jantungnya berdegup kencang. Dia menggigit bibir dan bertanya balik, "Nggak, Yasmin. Apa semalam kamu mendengar sesuatu?"Yasmin memandang Ayu dengan ekspresi polos sembari menjelaskan, "Iya, semalam aku dengar Bibi terus memanggil nama Kakak Guru waktu tidur. Kamu j

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1150

    Di tengah tidurnya, Ayu merasakan sepasang tangan besar yang panas menjamah tubuhnya. Teknik tangan yang familier itu sontak membangunkannya, membuatnya terus menginginkannya."Tirta, Yasmin ada di sini ...." Karena gelap, Ayu tidak bisa melihat Tirta. Namun, dia bisa merasakan Tirta berada di atasnya.Suhu yang panas membuat napas Ayu memburu. Kedua tangannya memeluk Tirta, menyuruhnya berhenti dengan tidak berdaya.Ayu mengira Tirta tidak akan menginginkannya lagi karena telah melakukannya di siang hari. Siapa sangka, Tirta masih kemari malam-malam begini. Energinya sungguh tak ada habisnya!"Nggak apa-apa, Bi. Dia sudah tidur. Aku akan lebih pelan. Kamu sudah basah lho. Aku tahu kamu menginginkannya, biar aku memuaskanmu." Tirta terkekeh-kekeh, menjulurkan tangan untuk melepaskan pakaian Ayu.Meskipun gelap gulita, di mata Tirta, dia bisa melihat semuanya dengan jelas. Wajah Ayu merah, tatapannya tidak fokus. Wanita ini seperti terkena obat perangsang, membuat Tirta ingin sekali men

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1149

    Mereka ingin menggali lebih banyak rahasia tentang dunia misterius dari para pesilat tersebut.Sementara itu, perempuan yang memimpin kelompok ini adalah seorang praktisi ilmu mistis yang paling dihormati di seluruh Negara Yumai, baik oleh pejabat tinggi maupun rakyat biasa.Dia adalah Yara dari Keluarga Gomies, seorang wanita dengan kedudukan tinggi yang mampu mengendalikan kekuatan roh!"Meskipun tubuhnya sudah mengalami kerusakan, kebenciannya sangat mendalam. Dia memang bahan yang sangat cocok untuk dijadikan boneka mayat. Kalian berdua bawa dia ke sini."Mendengar perkataan pria di belakangnya, Yara menyipitkan matanya yang panjang dan indah. Suaranya terdengar menggoda tanpa dibuat-buat sedikit pun."Baik, Master!" Segera, dua pria berbaju hitam maju, mengangkat tubuh Bryan dari dalam kolam, membawanya ke hadapan Yara.Yara berjongkok, mengamati tubuh Bryan tanpa merasa takut atau jijik sedikit pun. Sepertinya, dia sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini. Tanpa mendongak, d

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1148

    "Karena Paman yang memintanya, mana mungkin aku berani menolak? Apa yang membuatmu gelisah? Mungkin kalau diceritakan, aku bisa membantu meringankan beban di hatimu."Saat ini, Bryan masih bergantung pada Kurnia karena dia masih membutuhkan bantuannya untuk kembali ke dunia misterius. Tentu saja, dia tidak berani menolak ajakan Kurnia.Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Kita bicara setelah keluar dari hotel. Di sini terlalu banyak orang, pasti nggak nyaman bicara di sini."Kurnia tidak berbasa-basi, hanya berbalik dan berjalan di depan untuk memimpin jalan. Bryan mengikuti Kurnia keluar dari hotel hingga sampai di kaki Gunung Tisatun, lalu berhenti di depan sebuah kolam dalam yang tak terlihat dasarnya."Paman, bukannya kamu menyuruh Kak Fasahat dan Kak Lior membelikan obat untukku? Tapi, kenapa dua hari ini aku nggak melihat mereka. Ke mana mereka?" tanya Bryan penasaran."Oh, dua bocah itu memang nggak berguna. Entah ke mana mereka pergi. Hari ini aku juga pergi mencari mereka,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1147

    "Memangnya apa yang bisa terjadi padaku, Bella? Jangan pikir yang aneh-aneh. Kamu sudah bekerja seharian. Pasti capek, 'kan? Mau aku pijat bahumu atau kakimu?"Merasa diperhatikan oleh Bella, Tirta tidak bisa menahan senyuman. Dia menarik Bella duduk di atas tempat tidur, menunjukkan sikap manisnya."Hah, seharian ke sana ke sini, bahkan makan pun nggak tenang. Menurutmu, aku capek nggak? Untung kamu masih punya hati, bisa peduli padaku. Pijatnya yang pelan ya. Aku takut kamu meremukkan bahuku." Bella bercanda sambil membalikkan badan membelakangi Tirta."Hehehe, tenang saja. Aku janji bakal pelan-pelan!" Tirta berlari ke kamar mandi untuk mencuci tangan, lalu segera kembali.Tangannya diletakkan di atas bahu Bella, lalu perlahan-lahan turun ke kerah bajunya. Merasakan kulitnya begitu lembut, Tirta langsung menyelinapkan tangannya masuk, memijat, meremas, dan menggoda dengan nakal.Bella sampai mengeluarkan erangan manja. "Mmmh ... dasar kamu ini! Aku sudah capek setengah mati, tapi ka

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1146

    "Bisa, semua ini cuma perkara kecil. Kami berdua pasti bisa menyelesaikannya," ucap Kurnia menangkupkan tangannya. Bahkan, Kimmy yang keras kepala tadi juga berubah sekarang. Dia mengangguk dengan rendah hati."Kalian berdua kembali dulu ke hotel. Tunggu sampai besok pagi. Aku akan langsung ke turnamen bela diri. Kalau butuh bantuan, aku akan mencari kalian lagi."Di dalam hati, Tirta merasa takjub dengan kehebatan Janji Darah. Dia melambaikan tangannya, memberi isyarat agar Kurnia dan Kimmy pergi.Tepat pada saat itu, terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa. Yusril dan Chiko ternyata mengejar mereka.Mereka melihat Tirta baik-baik saja, sementara Kurnia yang hendak pergi justru kehilangan satu lengannya dan tampak jauh lebih tua. Bahkan, Kimmy yang berjalan di belakangnya terlihat lesu seperti kehilangan jiwanya. Ayah dan anak itu terkejut bukan main!"Dik, apa benar ... kamu mengalahkan Kurnia sendiri?" Yusril terperanjat dan begitu terkejut hingga beberapa helai janggutnya ik

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1145

    Kimmy mulai panik. Dia tidak bisa membuat keputusan. Kimmy berkata kepada Kurnia seraya menangis, "Kakek, apa yang harus kita lakukan? Aku masih muda, aku nggak ingin mati. Kak Azhar masih menungguku."Kimmy menambahkan, "Tapi Kakek, kalau suruh aku jadi budaknya, lebih baik aku mati."Sementara itu, Kurnia juga baru menerobos ke tingkat semi abadi. Umurnya sudah bertambah 50 tahun lebih. Ke depannya, mungkin Kurnia bisa menerobos ke tingkat abadi. Tentu saja dia tidak ingin mati.Setelah ragu-ragu sesaat, akhirnya Kurnia mendesah dan membujuk Kimmy, "Kimmy, aku nggak pernah dengar teknik yang dilancarkan orang ini. Jadi, sangat sulit dihadapi. Aku juga nggak ingin berkompromi, tapi kita harus bertahan hidup."Kurnia meneruskan, "Sebaiknya kita terima saja. Paling-paling ke depannya kita cari kesempatan untuk kembali ke dunia misterius dan jangan kembali ke dunia fana selamanya."Tirta tidak keberatan setelah mendengar percakapan Kurnia dan Kimmy dengan jelas. Dia berujar, "Karena kali

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1144

    Kurnia memutuskan untuk meminta ampun kepada Tirta, tetapi Tirta tidak berniat melepaskan mereka. Tirta tahu dia pasti celaka jika orang lain tahu teknik rahasianya.Hanya saja, Tirta tidak suka membunuh. Dia memang tidak sanggup membunuh Kurnia dan Kimmy. Akhirnya, Tirta mendesah dan berkata kepada Genta, 'Kak, kamu serap energi di dalam tubuh Kurnia saja. Nanti aku suruh Pak Mauri penjarakan mereka seumur hidup.'Genta menanggapi, "Nggak usah, kamu yang mengalahkan orang ini. Suruh dia jadi budakmu saja. Kalau ke depannya masih ada pesilat kuno yang kuat, aku baru serap energinya."Genta menambahkan, "Lagi pula, kamu bisa memerintahkan Kurnia untuk mencari batu dan obat spiritual di dunia misterius setelah mengendalikannya. Dengan begitu, kamu bisa memenuhi perjanjian di antara kita lebih cepat."Tirta tidak menyangka Genta akan berbicara seperti ini. Bahkan, Genta juga terdengar sedikit bangga.Tirta membalas, 'Suruh Kurnia jadi budakku? Mereka berdua nggak seperti Yusril dan Chiko

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1143

    Kurnia merasa gusar dan juga takut. Hal ini karena dia tidak pernah melihat teknik yang dilancarkan Tirta.Kimmy juga kaget melihat kejadian yang mendadak ini. Dia segera mengingatkan, "Kakek, cepat lepaskan bajumu untuk memadamkan apinya!""Nggak usah, aku punya cara," timpal Kurnia. Dia memasukkan energi ke lengannya yang terbakar, lalu meninju tanah.Namun, api itu tidak padam sedikit pun setelah Kurnia menarik lengannya. Kurnia segera melepaskan bajunya. Api terus membakar lengan Kurnia. Sepertinya sebentar lagi lengan Kurnia akan gosong.Kurnia terpaksa menahan rasa sakit. Dia mengayunkan tangan kirinya dan memotong lengan kanannya. Kalau api merambat ke seluruh tubuhnya, Kurnia pasti akan mati terbakar.Kurnia memegang luka di lengannya yang patah sambil berteriak, "Sialan! Dasar berengsek! Kalau berani, cepat keluar! Aku pasti akan mencincangmu!"Tirta membalas, "Dasar pria tua sialan! Terus teriak saja! Bagaimanapun, aku juga nggak akan keluar!"Tirta yang bersembunyi di dekat

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status