"Lepaskan dia!" Tiba-tiba terdengar suara yang dingin dan ketus dari luar pintu. Perhatian semua orang tertuju ke arah datangnya suara. Paula bahkan merasa tekanan pada tangannya telah berkurang. Dia berusaha untuk memberontak lagi, tapi lawannya malah menekan dengan lebih kuat. Oleh karena itu, Paula bahkan tidak bisa melihat siapa orang yang datang itu.Seiring dengan suara langkah kaki yang semakin mendekat, terlihat sesosok bayangan yang berwibawa tiba di hadapan Paula. Beberapa nyonya dan nona kaya di toko itu menatapnya dengan lekat-lekat. Ada juga yang bahkan ingin mendekatinya. Namun sebelum berhasil mendekatinya, mereka telah dikagetkan dengan tatapan pria itu yang penuh dengan kekejaman."Siapa orang ini? Kenapa aku nggak tahu ada pria yang punya aura sekuat ini?""Aku juga nggak kenal, tapi mulai sekarang dia adalah idolaku!"Baru saja para nona kaya itu terpesona olehnya, detik berikutnya mereka langsung terkejut dan gemetaran melihat pria itu. Dia menepiskan para karyawan
"Keluarga Antoro?" Darwin melirik ke kerumunan itu sekilas dan semua orang langsung menundukkan kepala mereka untuk menghindari tatapannya. Namun, Darwin tetap saja melihat Aurel dan Richie yang sedang bersembunyi di belakangnya."Ya, Keluarga Antoro! Memangnya kamu sanggup menyinggung mereka?" Yanisha juga sebenarnya sangat takut terhadap Darwin. Namun demi membalas dendam pada Aurel karena telah melukai wajahnya, Yanisha memutuskan untuk nekat!"Bagus, sudah kuingat." Darwin menarik kembali pandangannya, lalu meneruskan langkahnya.Aurel berbalik melihat Richie yang sedang memainkan ponselnya dan berusaha untuk menyembunyikan keberadaannya. Untuk pertama kalinya Aurel merasa muak terhadap pria itu.Saat melihat Aurel sedang menatapnya, Richie berbisik pada Aurel, "Jangan bicara." Asalkan dia bisa bertahan untuk sesaat, setelah Darwin pergi nanti, Richie bisa berdalih bahwa dia tidak pernah datang ke sini hari ini."Kak Richie, tenang saja. Aku akan membantumu." Usai bicara, Aurel lan
Wanita itu langsung mendapat dukungan dari pelanggan lainnya, "Iya, kami ini semua orang berpengaruh di kota ini. Bukan orang yang bisa kamu bawa pergi dengan sembarangan. Cepat bubarkan semua pengawal ini. Kalau nggak, jangan salahkan kami bertindak kasar.""Benar, kalau sampai suamiku tahu kamu menyentuhku sedikit saja, dia pasti akan langsung memotong tanganmu!""Apa-apaan toko kalian ini? Kami setidaknya sudah menghabiskan miliaran di sini, tapi hari ini malah bertemu dengan pencuri dan preman di sini. Panggil bos kalian ke sini, kalian harus beri penjelasan pada kami hari ini!"Ada juga pelanggan yang tidak berani menyinggung para pengawal itu secara langsung, sehingga mereka melemparkan tanggung jawab ini pada manajer toko.Sementara itu, manajer toko telah gemetaran dan berwajah pucat saat melihat pengawal Darwin. Dia menjawab dengan hati-hati, "Ini adalah asisten bos kami."Semua orang melihat asisten itu dengan kaget, lalu memandang satu sama lain dengan tatapan terkejut. Jika
Mereka harus terus-menerus berganti pakaian dan perhiasan hingga kulitnya menjadi kemerahan akibat gesekan. Pada akhirnya, kulit mereka bahkan jadi terluka karenanya.Paula sama sekali tidak mengetahui hal ini. Dia dibawa oleh Darwin dengan hati-hati ke ruang laboratorium pribadinya. Semua staf laboratorium langsung terkejut melihat adegan ini dan berkerumun untuk menyaksikan kehebohan."Kenapa Dokter Darwin membawa orang luar ke sini? Bukankah laboratorium kita ini sangat dirahasiakan?""Dilihat dari sikapnya, kemungkinan besar orang itu adalah wanita yang disukainya. Kalau benar itu wanita yang disukainya, mana bisa disebut orang luar?""Sayang sekali. Sepertinya semua junior di laboratorium bakal patah hati massal."Untuk pertama kalinya Willy melihat ekspresi Darwin sepanik ini. Dia buru-buru menyiapkan peralatan yang memancarkan radiasi paling sedikit untuk memeriksa Paula. Namun sebelum dia sempat bertindak, Darwin telah mengambil alih duluan dan bertindak sebagai petugas pemerik
Pintu ruangan itu langsung ditutup dan Paula buru-buru mendorong Darwin. "Aku nggak apa-apa sekarang, sudah boleh pulang, 'kan?""Ya, aku akan mengantarmu." Melihat Paula yang berjalan dengan lancar dan tergesa-gesa, Darwin langsung berdiri untuk menyusulnya. Paula meletakkan tangannya di pegangan pintu, tetapi tidak berani membukanya.Beberapa orang yang mngenakan mantel putih tadi jelas sekali telah salah paham padanya dan Darwin. Jika mereka masih berdiri di luar sana, Paula pasti akan merasa sangat canggung saat berjalan keluar. Hari ini dia benar-benar tidak ingin lagi menjadi pusat perhatian orang."Apa yang kamu takutkan? Memangnya mereka bisa menelanmu hidup-hidup?" Tangan Darwin memegang tangan Paula dan mendorong pintu itu dengan perlahan hingga terbuka. Pria ini memang selalu sangat peka dalam membaca pikiran Paula.Saat memandang ke luar ruangan, Paula baru bisa menghela napas lega setelah melihat tidak ada seorang pun di sana."Tenang saja, mereka semua bukan orang luar."
Setelah saling menatap sejenak dari pantulan cermin, mereka buru-buru mengalihkan pandangannya."Ehem!" Darwin berdeham dengan gugup.Ketika mengingat bagaimana Darwin berjalan selangkah demi selangkah ke hadapannya tadi dan menolongnya, hati Paula tiba-tiba melunak. Tanpa sadar, dia mengelus jaket Darwin dengan perlahan. Darwin benar-benar memperlakukannya dengan sangat baik."Kamu suka bahan ini? Nanti kusuruh orang untuk membuatkan satu untukmu," usul Darwin saat melihat gerakan Paula.Paula tadinya merasa sangat canggung. Namun saat mendengar ucapan Darwin yang polos itu, dia tak kuasa tertawa terpingkal-pingkal."Kenapa? Kamu mau punyaku ini?" tanya Darwin sambil mengangkat alisnya.Paula menghentikan tawanya dan menggeleng. "Aku nggak mau.""Hm, kalaupun kamu mau juga aku nggak akan memberikannya." Darwin melihat penampilan Paula sekilas, lalu melanjutkan, "Orang pemalu sepertimu memangnya berani pakai jaket ini keluar?"Wajah Paula langsung memerah. "Sudah kubilang aku nggak mau
Halaman di kediaman Sasongko ini sangat luas. Setelah memikirkan banyak sekali skenario dalam benaknya dan berjalan hingga kakinya terasa sakit, Paula baru bisa melihat halaman tempat tinggal kakek Darwin.Dari kejauhan, dia melihat sosok seorang pria tua yang duduk di kursi dengan penuh wibawa. Seketika, hati Paula langsung tersentak dan menghentikan langkah kakinya tanpa sadar. Dari penampilannya saja, kakek Darwin tampak seperti kepala keluarga yang sangat taat aturan dan tata krama."Jangan takut, Kakek sangat ramah." Darwin ingin menggandeng tangan Paula untuk memberinya semangat. Namun, Paula malah langsung menyingkirkan tangan Darwin dengan buru-buru. Dia merasa kurang sopan bergandengan di hadapan orang tua. Paula bahkan meragukan apakah Darwin justru ingin mencelakakannya?Setelah tangannya ditepis, Darwin terlihat sangat kecewa."Kakek, kami sudah pulang," sapa Darwin sambil membungkuk dengan hormat.Terry menatap Paula dengan ekspresi yang datar. Meskipun tidak terlihat emos
Paula duduk dengan patuh, menunggu dipersulit oleh Terry."Kenapa nggak makan? Kurus kerempeng begini," celetuk Terry tiba-tiba.Paula benar-benar tidak menyangka akan mendapat komentar seperti ini. Selain itu, nada bicara Terry terdengar sangat membencinya. Di hadapan Terry, Paula buru-buru meraih garpu dan mengambil sepotong kue berwarna hijau. Kue itu sangat lembut dan rasanya sangat enak.Melihat Paula menikmati kue itu, ekspresi Terry jadi semakin lembut. Setelah itu, dia kembali melontarkan ucapan yang membuat Paula kaget, "Katanya kamu nggak suka sama Darwin?"'Darwin? Tunggu, sejak kapan aku nggak suka padanya?' batin Paula dalam hati."Anda salah paham. Aku nggak ...." Paula menelan kue itu dengan buru-buru hingga hampir tersedak."Sudah kuduga, Darwin sehebat itu, mana mungkin nggak bisa dibandingkan dengan preman dari Keluarga Antoro itu? Hanya orang buta yang bakal pilih orang itu!" timpal Terry dengan bangga.Paula tidak bisa berkata apa pun. Dia tidak bisa menyangkal atau
Hanya saja, Darwin tahu Freda sangat protektif sampai-sampai bisa bersikap tidak masuk akal. Jika Darwin tidak menunjukkan dirinya sangat menghargai Paula, Freda pasti akan menganggap Paula sebagai orang luar dan mewaspadainya.Lama-kelamaan, di antara Darwin dan Paula pasti akan muncul konflik karena hal ini. Freda menggenggam tangan Paula dan berkata seraya tersenyum lembut, "Oke, aku tahu kamu itu anak yang baik."Freda juga merasa senang Darwin bisa menemukan wanita yang disukainya. Darwin bertanya, "Tadi kamu mau bilang apa?"Freda memukul kepalanya dan menyahut dengan ekspresi cemas, "Keluarga Fonda sudah pindah. Nona Sheila pindah ke kediaman tua dengan alasan rumahnya sudah tua. Entah kenapa, dia berselisih dengan Nyonya Kara sampai-sampai Nyonya Kara pingsan."Darwin yang khawatir bertanya, "Bagaimana kondisi ibuku sekarang?"Paula juga khawatir. Sebelumnya Paula pernah melihat Kara. Dia sudah tua sehingga tidak boleh mengalami syok.Freda menjawab, "Dokter sudah memeriksa Nyo
Paula menggoyang lengan Darwin dan bertanya, "Kamu masih marah? Dia masih muda dan gegabah, untuk apa kamu perhitungan dengannya?"Darwin mendengus, lalu bertanya balik, "Kamu menganggap aku tua?""Aku nggak berani. Pak Sasongko masih muda dan kuat, hal ini nggak perlu diragukan lagi," timpal Paula seraya mengedipkan matanya.Darwin langsung teringat semalam mereka bercinta dengan intens. Dia pun tersenyum. Darwin menjelaskan tindakannya tadi, "Keluarga Sudarmo lebih rumit dari yang kita bayangkan. Kalau Harry terus bertindak gegabah, dia pasti akan celaka dalam waktu singkat."Waktu itu, Darwin setuju Harry masuk ke Grup Sasongko karena kakek Harry memohon pada Terry. Jadi, dia menghormati kakek Harry. Selain itu, Darwin pernah menyelidiki Harry. Dia tahu Harry tidak jahat.Paula langsung memuji, "Aku tahu kamu sangat baik."Mereka pulang ke vila. Freda menyambut mereka dengan ekspresi cemas. Dia melihat Darwin dan tampak ragu-ragu untuk bicara."Ada apa? Bilang saja," ujar Darwin. Di
Jadi, sekarang Darwin tidak mungkin mendepak Harry. Dia hanya ingin menegur Harry agar dia menyadari kenyataannya.Namun, Harry tidak mengetahui hal ini. Dia melihat Darwin menelepon Wilson dan menyuruhnya mencari orang lain untuk mengambil alih proyek ini. Harry pun panik.Darwin sudah memutuskan untuk mengabaikan Keluarga Sudarmo dan mendepaknya dari Grup Sasongko. Ketika Harry baru masuk ke Spirit Animation, dia terus membuat masalah.Meskipun begitu, Darwin tetap membantu Harry. Jadi, Harry menganggap Darwin tidak berani menyinggung Keluarga Sudarmo dan memecatnya.Sekarang Harry baru menyadari kali ini Darwin benar-benar ingin mendepaknya. Dia menarik lengan baju Darwin dan memohon, "Aku memang salah. Aku mohon beri aku kesempatan lagi.""Apa?" tanya Darwin yang berpura-pura tidak mendengar ucapan Harry.Harry merasa dipermalukan. Namun, dia tetap membungkuk dan menegaskan, "Aku mohon beri aku kesempatan lagi."Paula berdeham. Dia memperingatkan Darwin agar tidak terlalu berlebiha
Melihat Paula marah, Harry bergegas mengejar Paula dan memelas, "Maaf, aku salah. Kalau kamu nggak mau bergabung dengan Light Animation, kita tetap bekerja di Spirit Animation. Kamu nggak akan meninggalkan proyek ini, 'kan?"Walaupun Harry agak posesif terhadap Paula, dia tetap mementingkan proyek. Harry tidak ingin menghancurkan proyek karena masalah pribadi. Dia yakin Paula mempunyai pemikiran yang sama dengannya.Hanya saja, Harry mengabaikan Darwin. Sebenarnya Darwin adalah orang yang bisa menentukan nasib proyek.Sebelum Paula menjawab pertanyaan Harry, Darwin berujar dengan dingin, "Tentu saja Paula nggak akan meninggalkan proyek ini. Tapi, kamu nggak usah bekerja di Spirit Animation lagi.""Kenapa?" tanya Harry dengan ketus.Harry tersenyum sinis dan bertanya balik, "Menurutmu?"Darwin merupakan bos dari Spirit Animation, jadi dia bisa memecat Harry. Apa Harry tidak bisa menduganya?Harry baru memahami maksud Darwin. Dia mulai panik karena dirinya sudah berjuang untuk proyek ini
Harry tidak menutupinya. Dia langsung menjawab, "Light Animation."Darwin mengangkat alis, sepertinya dia tidak pernah mendengar perusahaan animasi ini. Paula juga demikian, dia bertanya, "Itu perusahaan baru?"Harry mengangguk seraya menyahut, "Aku pernah bertemu penanggung jawab mereka. Dia sangat kreatif. Lebih cocok untuk perkembangan proyek kita daripada Grup Sasongko.""Siapa nama penanggung jawab itu?" tanya Darwin."Henley," jawab Harry. Awalnya dia memang ingin membahas hal ini dengan Paula. Jadi, dia tidak berniat menutupinya."Apa orang itu berasal dari luar negeri?" tanya Paula sembari mengernyit. Dia curiga Harry ditipu.Harry menggeleng dan menjawab, "Bukan."Paula yang cemas bertanya lagi, "Sejak kapan kamu kenal dia? Kamu sudah tunjukkan sketsaku kepadanya?"Harry segera menyahut, "Tentu saja belum. Aku juga nggak bodoh. Aku baru kenal dia semalam."Paula yang merasa tidak berdaya melihat Tristan, kenapa dia tidak membujuk Harry? Tristan berucap, "Aku sudah membujuknya.
Darwin menatap Paula dengan ekspresi tak berdaya, tetapi penuh kasih. Dia menghela napas sebelum membalas, "Aku ikut denganmu. Kamu nggak akan keberatan, 'kan?""Tentu saja nggak. Kamu bos perusahaan, nggak ada rahasia yang kamu nggak boleh tahu," jawab Paula dengan gembira, lalu beranjak ke kamar tidur untuk ganti baju.Setelah keduanya siap dan makan siang, mereka pergi ke kafe yang sudah disepakati. Ketika mereka tiba, Harry dan Tristan sudah menunggu lebih dari satu jam.Bukan karena Paula terlambat, tetapi karena Harry yang terlalu bersemangat. Dia tiba-tiba mendapat ide baru yang ingin segera dibagikan kepada Paula.Itu sebabnya, ketika Paula masuk dengan Darwin yang memakai masker, dia hanya melihat wanita itu dan langsung mendekatinya dengan penuh semangat.Harry bahkan meraih tangannya. Akan tetapi, Darwin segera memutar tangannya ke belakang dan mendorongnya menjauh."Siapa kamu? Mau apa?" tanya Harry yang menatap Darwin dengan marah. Beberapa saat kemudian, dia cemberut dan
Untuk beberapa saat, Paula tidak mendengar respons dari Darwin. Ketika menoleh, dia melihat ekspresi Darwin sedikit aneh seperti sedang kesal sendiri.Paula menyentuh dagunya sambil bertanya, "Kenapa? Kok kelihatannya nggak senang?"Darwin memandangnya dengan tatapan kecewa. Pria itu bertanya, "Kamu sama sekali nggak punya impian tentang pernikahan ya?"Meskipun tidak bisa mengumumkan hubungan ini dan tidak bisa mengadakan pesta pernikahan, mereka sudah menikah dan resmi menjadi suami istri.Bukankah seharusnya ada antusiasme untuk membeli cincin, foto bersama, atau rencana bulan madu? Menurut Darwin, biasanya wanita yang jatuh cinta pasti punya harapan-harapan seperti itu.Mata Paula berkedip cepat dan menyiratkan sedikit kebingungan. Bukannya antusias, pernikahan lebih membuatnya cemas, takut, dan merasa bakal ada banyak masalah.Paula bahkan sudah membayangkan bagaimana nanti harus menghindari sorotan media, menghadapi wanita yang mengejar Darwin, dan menghadap keluarganya.Darwin t
Paula sudah punya firasat tentang dua buku kecil itu. Saat mengambilnya, tangannya sedikit bergetar.Ketika membuka dan melihat foto dirinya dan Darwin di halaman dalam, bibir Paula tak bisa menahan senyum. Darwin terus mengamati ekspresi Paula. Melihat dia tidak marah, hatinya merasa lega.Darwin menjelaskan, "Sebenarnya aku mau membawamu ke Kantor Catatan Sipil. Tapi, Wilson malah mengambil keputusan sendiri ...."Sebelum selesai bicara, tiba-tiba Darwin merasakan sentuhan hangat di bibirnya. Dia sontak menahan kepala Paula dan memperdalam ciuman itu.Setelah mereka berhenti, Darwin menatap mata Paula yang sedikit berkaca-kaca. Hatinya terasa begitu hangat.Darwin tiba-tiba berucap, "Makasih."Paula menyandarkan diri di dada bidang Darwin. Dia bertanya sambil tersenyum, "Untuk apa?"Darwin menjelaskan dengan serius, "Makasih karena kamu hadir dalam hidupku. Makasih karena kamu kasih aku kesempatan untuk berada di sisimu. Makasih karena kamu nggak menolak untuk menikah denganku ...."
Wilson merasa ada masalah dengan pikiran wanita itu. Dia mencoba menghentikan Fanny sambil mendesak para pengawal untuk segera datang.Begitu disentuh, Fanny langsung terjatuh ke jalan. Bahkan, sesaat kemudian wajahnya sudah penuh dengan luka memar. Untuk menjebak orang, dia benar-benar tega menyakiti dirinya sendiri.Para pengawal yang melihat pemandangan ini pun terkejut. Dalam kesan mereka, Wilson selalu lembut dan sopan. Kalau ada yang perlu dipukul, seharusnya itu tugas mereka, 'kan?"Cepat bawa orang ini pergi!" pinta Wilson dengan tidak sabar. Dia juga mengingatkan para pengawal, "Hati-hati, dia bawa kamera tersembunyi."Mendengar ini, salah satu pengawal langsung meraih kancing baju Fanny untuk memeriksanya. Wanita itu segera meronta-ronta sambil berseru, "Pelecehan! Tolong, ada pelecehan!"Pada saat yang sama, pintu vila terbuka. Paula muncul dengan ekspresi bingung ketika melihat semua keributan di luar.Awalnya, Paula hanya ingin ke toilet. Berhubung mendengar suara bel yang