Paula begitu cantik bagaikan sekuntum bunga plum yang baru merekah di tengah salju. Di balik kelembutannya tersirat kegigihan dan kecuekan. Penampilannya ini membuat orang ingin melindunginya, tetapi tidak berani mendekat.Melihat ekspresi Richie yang termangu menatap Paula, Aurel jadi semakin membencinya. Dia mengadang di depan Richie dan berkata dengan manja, "Meskipun Kakak membuat Kak Richie hampir dipenjara, kita tetap nggak boleh membiarkannya ditelanjangi di depan umum, 'kan? Bagaimanapun, dia itu kakakku."Richie langsung mendorong Aurel, lalu memegang dagu Paula dan berkata dengan pelan, "Sekarang ini hanya aku yang bisa menolongmu."Paula menepis tangan Richie dan berteriak, "Jangan sentuh aku!" Dia merasa jijik disentuh oleh Richie."Asalkan kamu memohon padaku, aku akan membawamu keluar." Melihat penampilan Paula secantik ini, Richie tidak bisa marah."Orang yang nggak bersalah akan terbukti dengan sendirinya. Aku nggak butuh bantuanmu, tolong jauhi aku!" Paula menengadahka
"Lepaskan dia!" Tiba-tiba terdengar suara yang dingin dan ketus dari luar pintu. Perhatian semua orang tertuju ke arah datangnya suara. Paula bahkan merasa tekanan pada tangannya telah berkurang. Dia berusaha untuk memberontak lagi, tapi lawannya malah menekan dengan lebih kuat. Oleh karena itu, Paula bahkan tidak bisa melihat siapa orang yang datang itu.Seiring dengan suara langkah kaki yang semakin mendekat, terlihat sesosok bayangan yang berwibawa tiba di hadapan Paula. Beberapa nyonya dan nona kaya di toko itu menatapnya dengan lekat-lekat. Ada juga yang bahkan ingin mendekatinya. Namun sebelum berhasil mendekatinya, mereka telah dikagetkan dengan tatapan pria itu yang penuh dengan kekejaman."Siapa orang ini? Kenapa aku nggak tahu ada pria yang punya aura sekuat ini?""Aku juga nggak kenal, tapi mulai sekarang dia adalah idolaku!"Baru saja para nona kaya itu terpesona olehnya, detik berikutnya mereka langsung terkejut dan gemetaran melihat pria itu. Dia menepiskan para karyawan
"Keluarga Antoro?" Darwin melirik ke kerumunan itu sekilas dan semua orang langsung menundukkan kepala mereka untuk menghindari tatapannya. Namun, Darwin tetap saja melihat Aurel dan Richie yang sedang bersembunyi di belakangnya."Ya, Keluarga Antoro! Memangnya kamu sanggup menyinggung mereka?" Yanisha juga sebenarnya sangat takut terhadap Darwin. Namun demi membalas dendam pada Aurel karena telah melukai wajahnya, Yanisha memutuskan untuk nekat!"Bagus, sudah kuingat." Darwin menarik kembali pandangannya, lalu meneruskan langkahnya.Aurel berbalik melihat Richie yang sedang memainkan ponselnya dan berusaha untuk menyembunyikan keberadaannya. Untuk pertama kalinya Aurel merasa muak terhadap pria itu.Saat melihat Aurel sedang menatapnya, Richie berbisik pada Aurel, "Jangan bicara." Asalkan dia bisa bertahan untuk sesaat, setelah Darwin pergi nanti, Richie bisa berdalih bahwa dia tidak pernah datang ke sini hari ini."Kak Richie, tenang saja. Aku akan membantumu." Usai bicara, Aurel lan
Wanita itu langsung mendapat dukungan dari pelanggan lainnya, "Iya, kami ini semua orang berpengaruh di kota ini. Bukan orang yang bisa kamu bawa pergi dengan sembarangan. Cepat bubarkan semua pengawal ini. Kalau nggak, jangan salahkan kami bertindak kasar.""Benar, kalau sampai suamiku tahu kamu menyentuhku sedikit saja, dia pasti akan langsung memotong tanganmu!""Apa-apaan toko kalian ini? Kami setidaknya sudah menghabiskan miliaran di sini, tapi hari ini malah bertemu dengan pencuri dan preman di sini. Panggil bos kalian ke sini, kalian harus beri penjelasan pada kami hari ini!"Ada juga pelanggan yang tidak berani menyinggung para pengawal itu secara langsung, sehingga mereka melemparkan tanggung jawab ini pada manajer toko.Sementara itu, manajer toko telah gemetaran dan berwajah pucat saat melihat pengawal Darwin. Dia menjawab dengan hati-hati, "Ini adalah asisten bos kami."Semua orang melihat asisten itu dengan kaget, lalu memandang satu sama lain dengan tatapan terkejut. Jika
Mereka harus terus-menerus berganti pakaian dan perhiasan hingga kulitnya menjadi kemerahan akibat gesekan. Pada akhirnya, kulit mereka bahkan jadi terluka karenanya.Paula sama sekali tidak mengetahui hal ini. Dia dibawa oleh Darwin dengan hati-hati ke ruang laboratorium pribadinya. Semua staf laboratorium langsung terkejut melihat adegan ini dan berkerumun untuk menyaksikan kehebohan."Kenapa Dokter Darwin membawa orang luar ke sini? Bukankah laboratorium kita ini sangat dirahasiakan?""Dilihat dari sikapnya, kemungkinan besar orang itu adalah wanita yang disukainya. Kalau benar itu wanita yang disukainya, mana bisa disebut orang luar?""Sayang sekali. Sepertinya semua junior di laboratorium bakal patah hati massal."Untuk pertama kalinya Willy melihat ekspresi Darwin sepanik ini. Dia buru-buru menyiapkan peralatan yang memancarkan radiasi paling sedikit untuk memeriksa Paula. Namun sebelum dia sempat bertindak, Darwin telah mengambil alih duluan dan bertindak sebagai petugas pemerik
Pintu ruangan itu langsung ditutup dan Paula buru-buru mendorong Darwin. "Aku nggak apa-apa sekarang, sudah boleh pulang, 'kan?""Ya, aku akan mengantarmu." Melihat Paula yang berjalan dengan lancar dan tergesa-gesa, Darwin langsung berdiri untuk menyusulnya. Paula meletakkan tangannya di pegangan pintu, tetapi tidak berani membukanya.Beberapa orang yang mngenakan mantel putih tadi jelas sekali telah salah paham padanya dan Darwin. Jika mereka masih berdiri di luar sana, Paula pasti akan merasa sangat canggung saat berjalan keluar. Hari ini dia benar-benar tidak ingin lagi menjadi pusat perhatian orang."Apa yang kamu takutkan? Memangnya mereka bisa menelanmu hidup-hidup?" Tangan Darwin memegang tangan Paula dan mendorong pintu itu dengan perlahan hingga terbuka. Pria ini memang selalu sangat peka dalam membaca pikiran Paula.Saat memandang ke luar ruangan, Paula baru bisa menghela napas lega setelah melihat tidak ada seorang pun di sana."Tenang saja, mereka semua bukan orang luar."
Setelah saling menatap sejenak dari pantulan cermin, mereka buru-buru mengalihkan pandangannya."Ehem!" Darwin berdeham dengan gugup.Ketika mengingat bagaimana Darwin berjalan selangkah demi selangkah ke hadapannya tadi dan menolongnya, hati Paula tiba-tiba melunak. Tanpa sadar, dia mengelus jaket Darwin dengan perlahan. Darwin benar-benar memperlakukannya dengan sangat baik."Kamu suka bahan ini? Nanti kusuruh orang untuk membuatkan satu untukmu," usul Darwin saat melihat gerakan Paula.Paula tadinya merasa sangat canggung. Namun saat mendengar ucapan Darwin yang polos itu, dia tak kuasa tertawa terpingkal-pingkal."Kenapa? Kamu mau punyaku ini?" tanya Darwin sambil mengangkat alisnya.Paula menghentikan tawanya dan menggeleng. "Aku nggak mau.""Hm, kalaupun kamu mau juga aku nggak akan memberikannya." Darwin melihat penampilan Paula sekilas, lalu melanjutkan, "Orang pemalu sepertimu memangnya berani pakai jaket ini keluar?"Wajah Paula langsung memerah. "Sudah kubilang aku nggak mau
Halaman di kediaman Sasongko ini sangat luas. Setelah memikirkan banyak sekali skenario dalam benaknya dan berjalan hingga kakinya terasa sakit, Paula baru bisa melihat halaman tempat tinggal kakek Darwin.Dari kejauhan, dia melihat sosok seorang pria tua yang duduk di kursi dengan penuh wibawa. Seketika, hati Paula langsung tersentak dan menghentikan langkah kakinya tanpa sadar. Dari penampilannya saja, kakek Darwin tampak seperti kepala keluarga yang sangat taat aturan dan tata krama."Jangan takut, Kakek sangat ramah." Darwin ingin menggandeng tangan Paula untuk memberinya semangat. Namun, Paula malah langsung menyingkirkan tangan Darwin dengan buru-buru. Dia merasa kurang sopan bergandengan di hadapan orang tua. Paula bahkan meragukan apakah Darwin justru ingin mencelakakannya?Setelah tangannya ditepis, Darwin terlihat sangat kecewa."Kakek, kami sudah pulang," sapa Darwin sambil membungkuk dengan hormat.Terry menatap Paula dengan ekspresi yang datar. Meskipun tidak terlihat emos