Wajah Paula pun memerah. Terry malah menunggu jawaban dengan ekspresi serius. Paula tidak mungkin mengabaikannya begitu saja."Nggak, dia sangat normal," jawab Paula. Bukan sekadar normal, faktanya Darwin sangat kuat di ranjang."Syukurlah, aku sudah bisa tenang sekarang. Lihat, ini kamar yang kusiapkan untuk kalian." Terry mendorong sebuah pintu. Begitu melihatnya, Paula benar-benar terkejut. Kamar ini persis kamar di hotel mesum."Kamu tinggal saja di sini, biarkan Darwin mendekorasi vila itu. Dia akan menjemputmu dari vila itu saat kalian menikah nanti," ujar Terry sambil mengelus janggutnya dengan puas. Dia seakan-akan sudah bisa membayangkan cicit-cicitnya bermain di taman.Paula memalingkan wajahnya, tidak ingin melihat kamar dengan dekorasi romantis itu. Dia berucap dengan lirih, "Kakek, sebenarnya aku dan Pak Darwin ...."Terry sontak menatapnya dengan tatapan tajam, membuat Paula ketakutan hingga tidak berani berkata-kata. Terry menyela, "Meskipun aku sudah tua, bukan berarti
Terry melepaskan ikan itu kembali ke danau. "Lihat ikan ini, meskipun tertangkap, belum tentu kehilangan kesempatan untuk bertahan hidup. Asalkan kembali ke air, dia tetap akan hidup bebas. Selain itu, nggak akan mudah untuk menangkapnya lagi lain kali."Usai mengatakan itu, Terry memasang umpan lagi dan melemparkan tali pancing ke dalam danau. Paula menatap permukaan danau yang tenang itu dengan ekspresi merenung.Ketika Terry berhasil memancing seekor ikan lagi, Paula tiba-tiba berkata dengan lembut dan tegas, "Terima kasih, Kakek. Tapi, aku mungkin nggak bakal menikah dengan Darwin."Paula merasa dirinya seperti ikan di danau, yang berusaha melepaskan diri dari kail dan kembali ke dunianya sendiri untuk hidup bebas. Sementara itu, Darwin seharusnya berada di laut luas sehingga Paula tidak seharusnya menyeretnya ke kolam kecil.Terry berdeham. Dia melirik ke kejauhan dengan agak malu. Untungnya, para pelayan berdiri cukup jauh sehingga tidak mendengar percakapan mereka. Kalau sampai
"Aku sangat berterima kasih atas semua kebaikanmu. Tapi, sebaiknya aku mencari tempat tinggal baru," ujar Paula. Dia merasa tidak nyaman dengan sorot mata tajam Darwin, sampai-sampai bulu kuduknya meremang. Dia tidak tahu apakah pria ini bisa menangis atau tidak. Yang jelas, Darwin akan mengamuk sebentar lagi."Mau ke mana?" Darwin sontak meraih pergelangan tangan Paula. Kemudian, ponsel Paula menyala dan terlihat notifikasi dari Harry. Darwin meneruskan, "Kamu mau menyewa rumah? Gimana kalau kita tinggal bersama di sana?"Paula seketika merasa bersalah, seolah-olah dirinya tertangkap basah berselingkuh. Dia buru-buru mematikan layar ponselnya. Dia pun bisa melihat bahwa Darwin makin emosi sekarang.Sesaat kemudian, Darwin berucap, "Kamu punya banyak masalah. Aku nggak ingin anakku berada dalam bahaya lagi. Jadi, kuharap kamu bisa tinggal di sini sampai melahirkan."Nada bicara Darwin terdengar asing seperti saat mereka pertama kali bertemu. Bahkan, tatapannya juga seperti kurang sesua
"Kalau bukan karena rencana jahatmu itu, mana mungkin kami melawannya?"Langkah kaki pelayan seketika terhenti, seolah-olah ragu apakah harus membawa Paula turun atau tidak.Aurel tidak berani menyinggung para wanita ini. Dia hanya bisa melampiaskan amarahnya kepada pelayan. "Aku suruh kamu memanggil Paula kemari, mana dia? Aku adiknya. Kalau sesuatu terjadi padaku, dia nggak bakal melepaskan kalian!""Keluarga Ignasius sudah memutuskan hubungan denganku. Aku nggak punya adik sepertimu," ujar Paula sambil menuruni tangga dan menatap Aurel yang tampak menyedihkan dengan sorot mata menghina. Kepala Aurel diperban, bahkan terlihat sedikit bekas darah. Sepertinya, lukanya cukup parah."Paula, cepat suruh Keluarga Sasongko melepaskanku. Dengan begitu, aku akan memaafkanmu yang pernah mengkhianatiku." Begitu melihat Paula, Richie yang sejak tadi terdiam sontak bangkit.Paula tanpa sadar mundur dua langkah hingga tubuhnya menempel dengan dinding. Bukannya Richie sudah pergi? Kenapa kembali la
"Kak, kita ini keluarga. Ayah dan Ibu membesarkanmu selama 20 tahun lebih. Kamu nggak bakal membalas kebaikan mereka dengan kejahatan, 'kan?" Lantaran melihat Darwin terus memasang ekspresi dingin, Aurel hanya bisa mengubah targetnya menjadi Paula.Wajah putih Paula tampak datar. Kemudian, dia menggertakkan gigi sambil berkata dengan lantang, "Aku dan Keluarga Ignasius sudah putus hubungan.""Meskipun begitu, kamu nggak seharusnya bekerja sama dengan orang luar untuk mencelakaiku. Memangnya kamu nggak merasa bersalah pada Ayah dan Ibu? Pak Darwin juga nggak akan menyukai wanita kejam seperti ini, 'kan?" sahut Aurel sambil mendongak sedikit. Ini saat paling tepat untuk memperlihatkan kelemahannya.Dulu, Richie selalu memeluk Aurel saat dia bersikap seperti ini. Kemudian, Richie akan memberikan semua yang diinginkannya. Namun, Darwin malah tidak memberi tanggapan apa pun sejak tadi.Paula sungguh kesal dengan sikap Aurel ini. Dia maju dua langkah, tetapi ditarik oleh Darwin untuk kembali
Jadi, tidak peduli siapa pun wanita yang mengandung anaknya, Darwin tetap akan bersikap seperti ini. Dengan kata lain, hubungan mereka hanya sebatas anak.Paula seharusnya merasa senang akan hal ini. Dia pun berusaha menenangkan dirinya, lalu kembali menatap orang-orang yang bertengkar itu."Apa yang kamu lakukan? Sudah gila, ya? Di saat seperti ini, kamu masih ingin mencari kalungmu?" Orang-orang di dalam ruangan merasakan firasat buruk sehingga mendorong gadis itu.Gadis itu sontak menangis dan berteriak, "Kalungku hilang! Kalian harus melepaskan pakaian kalian untuk membuktikannya! Seperti yang dikatakan Aurel, ini demi kebaikan kalian semua!"Begitu mendengarnya, orang-orang itu akhirnya memahami maksud ucapan Darwin barusan. Wanita kaya yang berbicara duluan itu sontak menampar Aurel dan membentak, "Silakan kalau kamu ingin merayu pria, tapi jangan menyeret kami ke dalam masalah!""Kalau bukan karena kamu, kami nggak bakal menyulitkan Paula di butik!" hardik seorang wanita sembari
Paula menelan ludah, berusaha agar suaranya tidak terdengar bergetar. Kemudian, dia menyahut, "Aku bukan tempat daur ulang sampah. Aku nggak menerima sampah, terutama limbah berbahaya."Para pelayan tak kuasa tertawa mendengarnya. Sementara itu, Darwin tersenyum tipis. Paula yang semula berdebar-debar menjadi lebih tenang sekarang. Ternyata, Richie tidak begitu menakutkan."Dasar jalang! Aku akan membunuhmu!" pekik Richie dengan mata memerah. Dia terlihat seperti orang yang kehilangan akal sehat. Paula hanya menyunggingkan senyuman menonton keseruan ini."Waktunya nggak banyak lagi, cepat buktikan kalau kalian nggak bersalah. Setengah jam lagi, pintu akan ditutup dan kita nggak bisa keluar lagi untuk selamanya!" seru gadis yang kehilangan kalung itu."Apa? Masih ada batas waktu seperti ini?""Kalian nggak merasa suhu tempat ini menjadi makin tinggi?""Ah! Kenapa lantainya begitu panas?"Suasana di ruang bawah tanah menjadi kacau balau. Beberapa menit kemudian, mereka semua baru tenang
Mungkin, mereka sedang menceritakan semuanya kepada keluarga masing-masing, berharap ada yang membalaskan dendam mereka kepada Keluarga Sasongko.Sayangnya, orang-orang ini memiliki terlalu banyak kekurangan. Keluarga Sasongko bisa menemukan kelemahan mereka dengan mudah.Sudah syukur kalau keluarga mereka tidak mengusir mereka dari kediaman. Jadi, tidak mungkin ada yang berani membalas dendam. Meskipun melaporkan insiden ini kepada polisi, mereka hanya akan membuat situasi makin gawat. Pertama karena mereka tidak punya bukti, kedua karena mereka telah menindas Paula."Tuan Darwin, Tuan Terry dan Nona Paula menunggumu di ruang makan," ujar seorang pelayan yang menghampiri Darwin dengan sopan.Darwin mengangguk. Ketika tiba di ruang makan, dia melihat Paula sedang meminum sup dengan pelan. Wanita ini terlihat begitu patuh saat tidak melawannya. Namun, begitu berbicara dengannya, Paula malah menjadi pembangkang."Paula, asal kamu tahu, Darwin ini sangat cengeng. Pohon layu, dia menangis.
Hanya saja, Darwin tahu Freda sangat protektif sampai-sampai bisa bersikap tidak masuk akal. Jika Darwin tidak menunjukkan dirinya sangat menghargai Paula, Freda pasti akan menganggap Paula sebagai orang luar dan mewaspadainya.Lama-kelamaan, di antara Darwin dan Paula pasti akan muncul konflik karena hal ini. Freda menggenggam tangan Paula dan berkata seraya tersenyum lembut, "Oke, aku tahu kamu itu anak yang baik."Freda juga merasa senang Darwin bisa menemukan wanita yang disukainya. Darwin bertanya, "Tadi kamu mau bilang apa?"Freda memukul kepalanya dan menyahut dengan ekspresi cemas, "Keluarga Fonda sudah pindah. Nona Sheila pindah ke kediaman tua dengan alasan rumahnya sudah tua. Entah kenapa, dia berselisih dengan Nyonya Kara sampai-sampai Nyonya Kara pingsan."Darwin yang khawatir bertanya, "Bagaimana kondisi ibuku sekarang?"Paula juga khawatir. Sebelumnya Paula pernah melihat Kara. Dia sudah tua sehingga tidak boleh mengalami syok.Freda menjawab, "Dokter sudah memeriksa Nyo
Paula menggoyang lengan Darwin dan bertanya, "Kamu masih marah? Dia masih muda dan gegabah, untuk apa kamu perhitungan dengannya?"Darwin mendengus, lalu bertanya balik, "Kamu menganggap aku tua?""Aku nggak berani. Pak Sasongko masih muda dan kuat, hal ini nggak perlu diragukan lagi," timpal Paula seraya mengedipkan matanya.Darwin langsung teringat semalam mereka bercinta dengan intens. Dia pun tersenyum. Darwin menjelaskan tindakannya tadi, "Keluarga Sudarmo lebih rumit dari yang kita bayangkan. Kalau Harry terus bertindak gegabah, dia pasti akan celaka dalam waktu singkat."Waktu itu, Darwin setuju Harry masuk ke Grup Sasongko karena kakek Harry memohon pada Terry. Jadi, dia menghormati kakek Harry. Selain itu, Darwin pernah menyelidiki Harry. Dia tahu Harry tidak jahat.Paula langsung memuji, "Aku tahu kamu sangat baik."Mereka pulang ke vila. Freda menyambut mereka dengan ekspresi cemas. Dia melihat Darwin dan tampak ragu-ragu untuk bicara."Ada apa? Bilang saja," ujar Darwin. Di
Jadi, sekarang Darwin tidak mungkin mendepak Harry. Dia hanya ingin menegur Harry agar dia menyadari kenyataannya.Namun, Harry tidak mengetahui hal ini. Dia melihat Darwin menelepon Wilson dan menyuruhnya mencari orang lain untuk mengambil alih proyek ini. Harry pun panik.Darwin sudah memutuskan untuk mengabaikan Keluarga Sudarmo dan mendepaknya dari Grup Sasongko. Ketika Harry baru masuk ke Spirit Animation, dia terus membuat masalah.Meskipun begitu, Darwin tetap membantu Harry. Jadi, Harry menganggap Darwin tidak berani menyinggung Keluarga Sudarmo dan memecatnya.Sekarang Harry baru menyadari kali ini Darwin benar-benar ingin mendepaknya. Dia menarik lengan baju Darwin dan memohon, "Aku memang salah. Aku mohon beri aku kesempatan lagi.""Apa?" tanya Darwin yang berpura-pura tidak mendengar ucapan Harry.Harry merasa dipermalukan. Namun, dia tetap membungkuk dan menegaskan, "Aku mohon beri aku kesempatan lagi."Paula berdeham. Dia memperingatkan Darwin agar tidak terlalu berlebiha
Melihat Paula marah, Harry bergegas mengejar Paula dan memelas, "Maaf, aku salah. Kalau kamu nggak mau bergabung dengan Light Animation, kita tetap bekerja di Spirit Animation. Kamu nggak akan meninggalkan proyek ini, 'kan?"Walaupun Harry agak posesif terhadap Paula, dia tetap mementingkan proyek. Harry tidak ingin menghancurkan proyek karena masalah pribadi. Dia yakin Paula mempunyai pemikiran yang sama dengannya.Hanya saja, Harry mengabaikan Darwin. Sebenarnya Darwin adalah orang yang bisa menentukan nasib proyek.Sebelum Paula menjawab pertanyaan Harry, Darwin berujar dengan dingin, "Tentu saja Paula nggak akan meninggalkan proyek ini. Tapi, kamu nggak usah bekerja di Spirit Animation lagi.""Kenapa?" tanya Harry dengan ketus.Harry tersenyum sinis dan bertanya balik, "Menurutmu?"Darwin merupakan bos dari Spirit Animation, jadi dia bisa memecat Harry. Apa Harry tidak bisa menduganya?Harry baru memahami maksud Darwin. Dia mulai panik karena dirinya sudah berjuang untuk proyek ini
Harry tidak menutupinya. Dia langsung menjawab, "Light Animation."Darwin mengangkat alis, sepertinya dia tidak pernah mendengar perusahaan animasi ini. Paula juga demikian, dia bertanya, "Itu perusahaan baru?"Harry mengangguk seraya menyahut, "Aku pernah bertemu penanggung jawab mereka. Dia sangat kreatif. Lebih cocok untuk perkembangan proyek kita daripada Grup Sasongko.""Siapa nama penanggung jawab itu?" tanya Darwin."Henley," jawab Harry. Awalnya dia memang ingin membahas hal ini dengan Paula. Jadi, dia tidak berniat menutupinya."Apa orang itu berasal dari luar negeri?" tanya Paula sembari mengernyit. Dia curiga Harry ditipu.Harry menggeleng dan menjawab, "Bukan."Paula yang cemas bertanya lagi, "Sejak kapan kamu kenal dia? Kamu sudah tunjukkan sketsaku kepadanya?"Harry segera menyahut, "Tentu saja belum. Aku juga nggak bodoh. Aku baru kenal dia semalam."Paula yang merasa tidak berdaya melihat Tristan, kenapa dia tidak membujuk Harry? Tristan berucap, "Aku sudah membujuknya.
Darwin menatap Paula dengan ekspresi tak berdaya, tetapi penuh kasih. Dia menghela napas sebelum membalas, "Aku ikut denganmu. Kamu nggak akan keberatan, 'kan?""Tentu saja nggak. Kamu bos perusahaan, nggak ada rahasia yang kamu nggak boleh tahu," jawab Paula dengan gembira, lalu beranjak ke kamar tidur untuk ganti baju.Setelah keduanya siap dan makan siang, mereka pergi ke kafe yang sudah disepakati. Ketika mereka tiba, Harry dan Tristan sudah menunggu lebih dari satu jam.Bukan karena Paula terlambat, tetapi karena Harry yang terlalu bersemangat. Dia tiba-tiba mendapat ide baru yang ingin segera dibagikan kepada Paula.Itu sebabnya, ketika Paula masuk dengan Darwin yang memakai masker, dia hanya melihat wanita itu dan langsung mendekatinya dengan penuh semangat.Harry bahkan meraih tangannya. Akan tetapi, Darwin segera memutar tangannya ke belakang dan mendorongnya menjauh."Siapa kamu? Mau apa?" tanya Harry yang menatap Darwin dengan marah. Beberapa saat kemudian, dia cemberut dan
Untuk beberapa saat, Paula tidak mendengar respons dari Darwin. Ketika menoleh, dia melihat ekspresi Darwin sedikit aneh seperti sedang kesal sendiri.Paula menyentuh dagunya sambil bertanya, "Kenapa? Kok kelihatannya nggak senang?"Darwin memandangnya dengan tatapan kecewa. Pria itu bertanya, "Kamu sama sekali nggak punya impian tentang pernikahan ya?"Meskipun tidak bisa mengumumkan hubungan ini dan tidak bisa mengadakan pesta pernikahan, mereka sudah menikah dan resmi menjadi suami istri.Bukankah seharusnya ada antusiasme untuk membeli cincin, foto bersama, atau rencana bulan madu? Menurut Darwin, biasanya wanita yang jatuh cinta pasti punya harapan-harapan seperti itu.Mata Paula berkedip cepat dan menyiratkan sedikit kebingungan. Bukannya antusias, pernikahan lebih membuatnya cemas, takut, dan merasa bakal ada banyak masalah.Paula bahkan sudah membayangkan bagaimana nanti harus menghindari sorotan media, menghadapi wanita yang mengejar Darwin, dan menghadap keluarganya.Darwin t
Paula sudah punya firasat tentang dua buku kecil itu. Saat mengambilnya, tangannya sedikit bergetar.Ketika membuka dan melihat foto dirinya dan Darwin di halaman dalam, bibir Paula tak bisa menahan senyum. Darwin terus mengamati ekspresi Paula. Melihat dia tidak marah, hatinya merasa lega.Darwin menjelaskan, "Sebenarnya aku mau membawamu ke Kantor Catatan Sipil. Tapi, Wilson malah mengambil keputusan sendiri ...."Sebelum selesai bicara, tiba-tiba Darwin merasakan sentuhan hangat di bibirnya. Dia sontak menahan kepala Paula dan memperdalam ciuman itu.Setelah mereka berhenti, Darwin menatap mata Paula yang sedikit berkaca-kaca. Hatinya terasa begitu hangat.Darwin tiba-tiba berucap, "Makasih."Paula menyandarkan diri di dada bidang Darwin. Dia bertanya sambil tersenyum, "Untuk apa?"Darwin menjelaskan dengan serius, "Makasih karena kamu hadir dalam hidupku. Makasih karena kamu kasih aku kesempatan untuk berada di sisimu. Makasih karena kamu nggak menolak untuk menikah denganku ...."
Wilson merasa ada masalah dengan pikiran wanita itu. Dia mencoba menghentikan Fanny sambil mendesak para pengawal untuk segera datang.Begitu disentuh, Fanny langsung terjatuh ke jalan. Bahkan, sesaat kemudian wajahnya sudah penuh dengan luka memar. Untuk menjebak orang, dia benar-benar tega menyakiti dirinya sendiri.Para pengawal yang melihat pemandangan ini pun terkejut. Dalam kesan mereka, Wilson selalu lembut dan sopan. Kalau ada yang perlu dipukul, seharusnya itu tugas mereka, 'kan?"Cepat bawa orang ini pergi!" pinta Wilson dengan tidak sabar. Dia juga mengingatkan para pengawal, "Hati-hati, dia bawa kamera tersembunyi."Mendengar ini, salah satu pengawal langsung meraih kancing baju Fanny untuk memeriksanya. Wanita itu segera meronta-ronta sambil berseru, "Pelecehan! Tolong, ada pelecehan!"Pada saat yang sama, pintu vila terbuka. Paula muncul dengan ekspresi bingung ketika melihat semua keributan di luar.Awalnya, Paula hanya ingin ke toilet. Berhubung mendengar suara bel yang