Tiba-tiba, seorang pelayan toko masuk dari luar dan berbisik pada manajer toko, "Tadi pagi Nona Sasongko sudah berpesan padaku. Katanya nanti sore akan ada seorang wanita yang datang untuk mencoba gaun ini dan menjemput kedua gaunnya. Mungkin saja memang dia orangnya.""Gaun seharga 50 miliar ini, mana mungkin Nona Sasongko akan sembarangan menyuruh orang lain untuk mengambilnya?" sergah Yanisha saat mendengar bisikan pelayan toko itu.Manajer toko meliriknya dengan sinis, lalu berkata, "Mungkin 50 miliar memang harga langit bagi beberapa orang. Tapi bagi Nona Sasongko, nominal uang itu nggak ada apa-apanya. Wajar saja kalau dia menyuruh pembantunya datang untuk mengambil gaun ini."Wajah Yanisha langsung merah padam saat mendengar ucapan manajer toko."Buat malu saja," maki Aurel dengan suara pelan. Setelah itu, dia menarik Susan ke samping dan berpura-pura tidak kenal dengan Yanisha. Hati Yanisha terasa sakit, tapi dia tidak berani mengatakan apa pun."Kalau Nona Sasongko menyuruhmu
Di saat Paula terjatuh, hal pertama yang dilakukannya adalah melindungi perutnya. Untungnya, tenaga Aurel tadi tidak terlalu kuat sehingga Paula tidak terjatuh dengan keras. Hanya saja, sayang sekali gaunnya telah rusak. Padahal Rhea telah lama menantikannya ...."Nona, gaun ini masih belum dilunasi. Sekarang kamu telah merusaknya, kami nggak bisa memberi penjelasan pada Nona Sasongko. Kamu harus ganti rugi pada toko kami," ujar manajer toko kepada Paula di bawah arahan Aurel dengan ekspresi datar.Paula sangat paham bahwa dia telah dijebak. Namun saat melirik ke kamera pengawas, Paula melihat bahwa kamera itu tidak diarahkan ke pelakunya. Oleh karena itu, Paula sudah pasti akan disalahkan dalam kejadian ini, kecuali ada salah seorang pelayan toko yang bersaksi untuknya."Totalnya 84 miliar."Seketika, kepala Paula langsung berdengung. Jangankan 84 miliar, Paula bahkan tidak punya uang 8 juta untuk saat ini."Aku akan bahas masalah ini dengan Nona Sasongko.""Tapi yang kamu rusak sekar
Paula begitu cantik bagaikan sekuntum bunga plum yang baru merekah di tengah salju. Di balik kelembutannya tersirat kegigihan dan kecuekan. Penampilannya ini membuat orang ingin melindunginya, tetapi tidak berani mendekat.Melihat ekspresi Richie yang termangu menatap Paula, Aurel jadi semakin membencinya. Dia mengadang di depan Richie dan berkata dengan manja, "Meskipun Kakak membuat Kak Richie hampir dipenjara, kita tetap nggak boleh membiarkannya ditelanjangi di depan umum, 'kan? Bagaimanapun, dia itu kakakku."Richie langsung mendorong Aurel, lalu memegang dagu Paula dan berkata dengan pelan, "Sekarang ini hanya aku yang bisa menolongmu."Paula menepis tangan Richie dan berteriak, "Jangan sentuh aku!" Dia merasa jijik disentuh oleh Richie."Asalkan kamu memohon padaku, aku akan membawamu keluar." Melihat penampilan Paula secantik ini, Richie tidak bisa marah."Orang yang nggak bersalah akan terbukti dengan sendirinya. Aku nggak butuh bantuanmu, tolong jauhi aku!" Paula menengadahka
"Lepaskan dia!" Tiba-tiba terdengar suara yang dingin dan ketus dari luar pintu. Perhatian semua orang tertuju ke arah datangnya suara. Paula bahkan merasa tekanan pada tangannya telah berkurang. Dia berusaha untuk memberontak lagi, tapi lawannya malah menekan dengan lebih kuat. Oleh karena itu, Paula bahkan tidak bisa melihat siapa orang yang datang itu.Seiring dengan suara langkah kaki yang semakin mendekat, terlihat sesosok bayangan yang berwibawa tiba di hadapan Paula. Beberapa nyonya dan nona kaya di toko itu menatapnya dengan lekat-lekat. Ada juga yang bahkan ingin mendekatinya. Namun sebelum berhasil mendekatinya, mereka telah dikagetkan dengan tatapan pria itu yang penuh dengan kekejaman."Siapa orang ini? Kenapa aku nggak tahu ada pria yang punya aura sekuat ini?""Aku juga nggak kenal, tapi mulai sekarang dia adalah idolaku!"Baru saja para nona kaya itu terpesona olehnya, detik berikutnya mereka langsung terkejut dan gemetaran melihat pria itu. Dia menepiskan para karyawan
"Keluarga Antoro?" Darwin melirik ke kerumunan itu sekilas dan semua orang langsung menundukkan kepala mereka untuk menghindari tatapannya. Namun, Darwin tetap saja melihat Aurel dan Richie yang sedang bersembunyi di belakangnya."Ya, Keluarga Antoro! Memangnya kamu sanggup menyinggung mereka?" Yanisha juga sebenarnya sangat takut terhadap Darwin. Namun demi membalas dendam pada Aurel karena telah melukai wajahnya, Yanisha memutuskan untuk nekat!"Bagus, sudah kuingat." Darwin menarik kembali pandangannya, lalu meneruskan langkahnya.Aurel berbalik melihat Richie yang sedang memainkan ponselnya dan berusaha untuk menyembunyikan keberadaannya. Untuk pertama kalinya Aurel merasa muak terhadap pria itu.Saat melihat Aurel sedang menatapnya, Richie berbisik pada Aurel, "Jangan bicara." Asalkan dia bisa bertahan untuk sesaat, setelah Darwin pergi nanti, Richie bisa berdalih bahwa dia tidak pernah datang ke sini hari ini."Kak Richie, tenang saja. Aku akan membantumu." Usai bicara, Aurel lan
Wanita itu langsung mendapat dukungan dari pelanggan lainnya, "Iya, kami ini semua orang berpengaruh di kota ini. Bukan orang yang bisa kamu bawa pergi dengan sembarangan. Cepat bubarkan semua pengawal ini. Kalau nggak, jangan salahkan kami bertindak kasar.""Benar, kalau sampai suamiku tahu kamu menyentuhku sedikit saja, dia pasti akan langsung memotong tanganmu!""Apa-apaan toko kalian ini? Kami setidaknya sudah menghabiskan miliaran di sini, tapi hari ini malah bertemu dengan pencuri dan preman di sini. Panggil bos kalian ke sini, kalian harus beri penjelasan pada kami hari ini!"Ada juga pelanggan yang tidak berani menyinggung para pengawal itu secara langsung, sehingga mereka melemparkan tanggung jawab ini pada manajer toko.Sementara itu, manajer toko telah gemetaran dan berwajah pucat saat melihat pengawal Darwin. Dia menjawab dengan hati-hati, "Ini adalah asisten bos kami."Semua orang melihat asisten itu dengan kaget, lalu memandang satu sama lain dengan tatapan terkejut. Jika
Mereka harus terus-menerus berganti pakaian dan perhiasan hingga kulitnya menjadi kemerahan akibat gesekan. Pada akhirnya, kulit mereka bahkan jadi terluka karenanya.Paula sama sekali tidak mengetahui hal ini. Dia dibawa oleh Darwin dengan hati-hati ke ruang laboratorium pribadinya. Semua staf laboratorium langsung terkejut melihat adegan ini dan berkerumun untuk menyaksikan kehebohan."Kenapa Dokter Darwin membawa orang luar ke sini? Bukankah laboratorium kita ini sangat dirahasiakan?""Dilihat dari sikapnya, kemungkinan besar orang itu adalah wanita yang disukainya. Kalau benar itu wanita yang disukainya, mana bisa disebut orang luar?""Sayang sekali. Sepertinya semua junior di laboratorium bakal patah hati massal."Untuk pertama kalinya Willy melihat ekspresi Darwin sepanik ini. Dia buru-buru menyiapkan peralatan yang memancarkan radiasi paling sedikit untuk memeriksa Paula. Namun sebelum dia sempat bertindak, Darwin telah mengambil alih duluan dan bertindak sebagai petugas pemerik
Pintu ruangan itu langsung ditutup dan Paula buru-buru mendorong Darwin. "Aku nggak apa-apa sekarang, sudah boleh pulang, 'kan?""Ya, aku akan mengantarmu." Melihat Paula yang berjalan dengan lancar dan tergesa-gesa, Darwin langsung berdiri untuk menyusulnya. Paula meletakkan tangannya di pegangan pintu, tetapi tidak berani membukanya.Beberapa orang yang mngenakan mantel putih tadi jelas sekali telah salah paham padanya dan Darwin. Jika mereka masih berdiri di luar sana, Paula pasti akan merasa sangat canggung saat berjalan keluar. Hari ini dia benar-benar tidak ingin lagi menjadi pusat perhatian orang."Apa yang kamu takutkan? Memangnya mereka bisa menelanmu hidup-hidup?" Tangan Darwin memegang tangan Paula dan mendorong pintu itu dengan perlahan hingga terbuka. Pria ini memang selalu sangat peka dalam membaca pikiran Paula.Saat memandang ke luar ruangan, Paula baru bisa menghela napas lega setelah melihat tidak ada seorang pun di sana."Tenang saja, mereka semua bukan orang luar."