Pedro sontak membuka mata dan duduk dengan waspada. Dia melihat seorang wanita berdiri di depannya, sedang menatapnya dengan raut penasaran."Kamu pria di panggung tadi, orang yang hampir menjadi cucu menantu Pak Smith," ucap wanita itu sambil menepuk tangannya, seakan-akan baru mengingat siapa Pedro.Pedro mengamati wajah wanita itu dengan cermat. Dia mendapati fitur wajahnya sedikit mirip dengan Paula, bahkan tutur kata dan gerak-geriknya juga tidak berbeda jauh dengan Paula."Sepertinya kamu tersesat," ucap Pedro sambil berdiri.Pedro kembali ke pembawaannya yang dingin, seolah-olah tidak peduli dengan luka di wajahnya. Dia berjalan mendekat, hendak membawa wanita itu kembali ke ruang pesta.Wanita itu menarik ujung baju Pedro dengan malu-malu dan memohon, "Apa kamu bisa membiarkanku di sini sebentar?"Pedro menyahut dengan alis terangkat, "Orang luar nggak diizinkan masuk ke sini.""Sebentar saja," ucap wanita itu sambil mengangkat jari telunjuknya dengan gaya menggemaskan.Namun,
"Bukannya kamu bisa masuk karena dibantu seorang pria?" tanya Pedro dengan tatapan membunuh.Aurel buru-buru menjelaskan, "Pria itu sudah menikah dan nggak mau bercerai. Aku harus mencari pria lain demi masa depanku.""Lanjutkan," ucap Pedro yang mulai tertarik.Aurel memanfaatkan kesempatan ini untuk menyampaikan rencananya, "Aku menyukai Pak Darwin, sayangnya dia hanya menyukai Paula. Kalau kamu membantuku mendapatkan Pak Darwin, bukannya itu juga akan menguntungkanmu?"Pedro hanya diam sambil tersenyum menatap Aurel, membuat sekujur tubuh wanita itu merinding ngeri."Ini rencana yang bagus, 'kan? Aku punya obat mujarab. Kalau Darwin meminumnya, dia akan mengira aku sebagai Paula. Paula orang yang tegas. Setelah aku tidur dengan Darwin, dia pasti akan berpaling padamu," lanjut Aurel dengan suara bergetar.Pedro mendengus dan menendang Aurel. Dia berkata, "Sepertinya pria yang membawamu nggak memberitahukan peraturan di sini. Kamu benar-benar bosan hidup, berani sekali membawa sampah
"Kenapa galak banget, sih? Lembut sedikit dong sama wanita," omel Paula sambil berdiri untuk menuangkan segelas air hangat bagi Darwin.Darwin minum dari tangan Paula dan membalas dengan nada dingin, "Aku tahu tujuan mereka. Karena mereka melihat Pak Smith bermaksud menjodohkanmu dengan Pedro, mereka ingin memisahkan kita untuk menjilat Pak Smith.""Kalau begitu, kenapa kamu terus menemani mereka minum?" tanya Paula dengan alis terangkat.Darwin mencubit pipi Paula dan menjawab sambil tersenyum, "Ini pesta pengakuan hubungan khusus buatmu. Aku tentu saja nggak boleh mengacau."Selain itu, Darwin curiga bahwa Pedro-lah yang menyuruh wanita-wanita itu untuk terus menawarinya minum. Pedro mungkin sedang menunggunya lengah dan membuat kesalahan. Darwin tidak akan membiarkan hal itu terjadi."Nona Paula, senang berkenalan denganmu." Seorang pria berambut pirang dan bermata biru mendekat sambil mengangkat gelas sampanye di tangannya.Paula mengangguk pelan. Ketika dia hendak mengambil gelas
Paula mendorong Darwin dengan malu, tetapi akhirnya dia terlena dan refleks memeluk leher pria itu. Lagi pula, tempat mereka sekarang cukup tersembunyi, tidak ada yang akan melihat mereka.Sebelum Darwin mengakhiri ciumannya, dia mendongak dan memandang dengan provokatif ke arah Pedro. Pria itu sedang berdiri di belakang pagar lantai atas.Paula membuka matanya dan melihat Darwin memandang ke arah lantai dua. Dia menoleh, tidak menemukan siapa-siapa di sana."Kamu lihat apa?" tanya Paula, sedikit jengkel karena perhatian Darwin teralihkan saat mereka berciuman.Darwin menunduk dan mengecup bibir Paula, lalu berkata, "Pestanya sudah hampir berakhir. Sudah waktunya kita menemui Pak Smith."Paula mengira orang yang dilihat Darwin di lantai dua tadi adalah kakeknya. Dia sedikit khawatir saat mengingat betapa marahnya pria tua itu sebelumnya. Paula segera mengangguk dan meninggalkan ruang pesta bersama Darwin."Walau apa pun yang Kakek katakan nanti, jangan dimasukkan ke hati. Jangan marah,
Smith hanya sedikit memicingkan mata, lalu melambaikan tangan dan memberi isyarat kepada Paula agar tidak menghalangi. Kemudian, Paula mundur dan memberi ruang bagi Wilson untuk meletakkan kotak-kotak hadiah di meja."Aku tahu Kakek nggak kekurangan apa pun, jadi hadiah ini bukan barang berharga. Semua ini cuma tanda perhatian dariku. Semoga Kakek nggak keberatan," ujar Darwin sambil membuka kotak hadiah pertama.Paula yang penasaran pun mengintip ke dalam dan melihat sebuah lukisan gula berbentuk naga terbang.Paula melihat Darwin dengan tatapan bingung. Apa tidak salah? Pria ini membawa lukisan gula jauh-jauh dari ibu kota dan memasukkannya ke dalam kotak hadiah mewah?Akan tetapi, Darwin terlihat sangat percaya diri. Dia mengamati perubahan ekspresi Smith dengan cermat.Setelah mendapatkan informasi dari Michelle tentang kenangan Smith bersama istrinya, semua hadiah ini dikumpulkan oleh Darwin dengan penuh usaha.Darwin yakin, ini bisa menyentuh hati Smith yang tinggal di negeri asi
Mata Darwin berbinar-binar. Dia menjawab sambil tersenyum, "Mungkin cuma beberapa rekaman berita lama.""Menurutmu, aku bakal percaya?" balas Paula yang mengerucutkan bibirnya. Tangannya bersilang di depan dada.Darwin mencubit pipinya yang cemberut, lalu berujar, "Ya sudah, aku kasih tahu. Aku menemukan rekaman suara nenekmu sebelum dia meninggal."Paula membelalakkan mata sembari bertanya, "Benarkah? Jadi, kamu sudah tahu identitas Kakek di Carmania?""Ketika kakekmu siap memberi tahu, kamu pasti akan tahu," jawab Darwin. Dia menghindari menjawab pertanyaan Paula secara langsung.Paula tahu Smith selalu menyembunyikan identitasnya, jadi dia tidak terus mendesak. Lebih baik dia tidak tahu terlalu banyak tentang beberapa hal."Yuk, lihat apa yang sudah kamu tandatangani," ucap Paula yang sengaja mengalihkan topik pembicaraan.Paula membawa Darwin ke kamarnya. Setelah menutup pintu, mereka berdua duduk di sofa untuk membaca surat perjanjian dengan serius.Saat membaca bagian yang menyat
Darwin berlutut dengan satu kaki, mengeluarkan cincin yang sudah disiapkan sejak lama, dan menatap Paula dengan penuh perasaan.Pria itu berujar, "Paula, maukah kamu menikah denganku? Nggak peduli berapa banyak badai yang akan kita hadapi di masa depan, aku akan selalu menggenggam tanganmu erat-erat dan memastikan kamu nggak terluka sedikit pun. Tolong percayalah padaku!"Logika Paula perlahan melemah saat dia menatap mata Darwin yang tulus dan penuh cinta.Darwin tahu persis apa yang membuat Paula ragu, jadi dia membujuk dengan serius, "Cinta seharusnya murni dan penuh gairah, 'kan? Kenapa nggak mendengarkan suara hatimu dan hidup untuk dirimu sendiri kali ini?"Akhirnya, pertahanan mental Paula runtuh saat Darwin mengangkat cincin itu sedikit lebih tinggi. Dengan berlinang air mata, dia mengangguk pelan.Darwin yang sangat gembira pun mengeluarkan cincin dari kotaknya. Dengan tangan yang gemetar, dia membutuhkan dua kali usaha untuk memasangkan cincin itu ke jari Paula."Cocok banget
Ini agak mengejutkan bagi Smith. Dia awalnya berpikir harus memberi tekanan dan bujukan kepada Darwin sebelum dia benar-benar setuju menjalankan kewajibannya sesuai surat perjanjian.Smith yang berwajah serius terlihat sedikit puas. Dia mengangguk sembari berkata, "Tubuhku membutuhkan setidaknya satu tahun untuk pulih sepenuhnya."Smith menambahkan, "Selama waktu ini, kamu harus melindungi Paula dengan baik. Kalau aku tahu dia terluka sedikit pun, aku akan segera membawanya ke Swiza.""Jangan khawatir, aku pasti akan melindunginya dengan baik," janji Darwin. Dia sudah mengerti bahwa alasan utama Smith akhirnya menerima hubungannya dengan Paula adalah karena Pedro.Pria itu masih berada di luar negeri dan belum bisa melindungi Paula. Saat ini, dialah satu-satunya orang yang benar-benar bisa melindungi Paula.Smith merenung sejenak sebelum bertanya lagi, "Apa pendapatmu tentang Keluarga Bramasta?"Raut wajah Darwin menjadi lebih serius. Dia menjawab dengan sungguh-sungguh, "Kasih aku wak