Paula mendorong Darwin dengan malu, tetapi akhirnya dia terlena dan refleks memeluk leher pria itu. Lagi pula, tempat mereka sekarang cukup tersembunyi, tidak ada yang akan melihat mereka.Sebelum Darwin mengakhiri ciumannya, dia mendongak dan memandang dengan provokatif ke arah Pedro. Pria itu sedang berdiri di belakang pagar lantai atas.Paula membuka matanya dan melihat Darwin memandang ke arah lantai dua. Dia menoleh, tidak menemukan siapa-siapa di sana."Kamu lihat apa?" tanya Paula, sedikit jengkel karena perhatian Darwin teralihkan saat mereka berciuman.Darwin menunduk dan mengecup bibir Paula, lalu berkata, "Pestanya sudah hampir berakhir. Sudah waktunya kita menemui Pak Smith."Paula mengira orang yang dilihat Darwin di lantai dua tadi adalah kakeknya. Dia sedikit khawatir saat mengingat betapa marahnya pria tua itu sebelumnya. Paula segera mengangguk dan meninggalkan ruang pesta bersama Darwin."Walau apa pun yang Kakek katakan nanti, jangan dimasukkan ke hati. Jangan marah,
Smith hanya sedikit memicingkan mata, lalu melambaikan tangan dan memberi isyarat kepada Paula agar tidak menghalangi. Kemudian, Paula mundur dan memberi ruang bagi Wilson untuk meletakkan kotak-kotak hadiah di meja."Aku tahu Kakek nggak kekurangan apa pun, jadi hadiah ini bukan barang berharga. Semua ini cuma tanda perhatian dariku. Semoga Kakek nggak keberatan," ujar Darwin sambil membuka kotak hadiah pertama.Paula yang penasaran pun mengintip ke dalam dan melihat sebuah lukisan gula berbentuk naga terbang.Paula melihat Darwin dengan tatapan bingung. Apa tidak salah? Pria ini membawa lukisan gula jauh-jauh dari ibu kota dan memasukkannya ke dalam kotak hadiah mewah?Akan tetapi, Darwin terlihat sangat percaya diri. Dia mengamati perubahan ekspresi Smith dengan cermat.Setelah mendapatkan informasi dari Michelle tentang kenangan Smith bersama istrinya, semua hadiah ini dikumpulkan oleh Darwin dengan penuh usaha.Darwin yakin, ini bisa menyentuh hati Smith yang tinggal di negeri asi
Mata Darwin berbinar-binar. Dia menjawab sambil tersenyum, "Mungkin cuma beberapa rekaman berita lama.""Menurutmu, aku bakal percaya?" balas Paula yang mengerucutkan bibirnya. Tangannya bersilang di depan dada.Darwin mencubit pipinya yang cemberut, lalu berujar, "Ya sudah, aku kasih tahu. Aku menemukan rekaman suara nenekmu sebelum dia meninggal."Paula membelalakkan mata sembari bertanya, "Benarkah? Jadi, kamu sudah tahu identitas Kakek di Carmania?""Ketika kakekmu siap memberi tahu, kamu pasti akan tahu," jawab Darwin. Dia menghindari menjawab pertanyaan Paula secara langsung.Paula tahu Smith selalu menyembunyikan identitasnya, jadi dia tidak terus mendesak. Lebih baik dia tidak tahu terlalu banyak tentang beberapa hal."Yuk, lihat apa yang sudah kamu tandatangani," ucap Paula yang sengaja mengalihkan topik pembicaraan.Paula membawa Darwin ke kamarnya. Setelah menutup pintu, mereka berdua duduk di sofa untuk membaca surat perjanjian dengan serius.Saat membaca bagian yang menyat
Darwin berlutut dengan satu kaki, mengeluarkan cincin yang sudah disiapkan sejak lama, dan menatap Paula dengan penuh perasaan.Pria itu berujar, "Paula, maukah kamu menikah denganku? Nggak peduli berapa banyak badai yang akan kita hadapi di masa depan, aku akan selalu menggenggam tanganmu erat-erat dan memastikan kamu nggak terluka sedikit pun. Tolong percayalah padaku!"Logika Paula perlahan melemah saat dia menatap mata Darwin yang tulus dan penuh cinta.Darwin tahu persis apa yang membuat Paula ragu, jadi dia membujuk dengan serius, "Cinta seharusnya murni dan penuh gairah, 'kan? Kenapa nggak mendengarkan suara hatimu dan hidup untuk dirimu sendiri kali ini?"Akhirnya, pertahanan mental Paula runtuh saat Darwin mengangkat cincin itu sedikit lebih tinggi. Dengan berlinang air mata, dia mengangguk pelan.Darwin yang sangat gembira pun mengeluarkan cincin dari kotaknya. Dengan tangan yang gemetar, dia membutuhkan dua kali usaha untuk memasangkan cincin itu ke jari Paula."Cocok banget
Ini agak mengejutkan bagi Smith. Dia awalnya berpikir harus memberi tekanan dan bujukan kepada Darwin sebelum dia benar-benar setuju menjalankan kewajibannya sesuai surat perjanjian.Smith yang berwajah serius terlihat sedikit puas. Dia mengangguk sembari berkata, "Tubuhku membutuhkan setidaknya satu tahun untuk pulih sepenuhnya."Smith menambahkan, "Selama waktu ini, kamu harus melindungi Paula dengan baik. Kalau aku tahu dia terluka sedikit pun, aku akan segera membawanya ke Swiza.""Jangan khawatir, aku pasti akan melindunginya dengan baik," janji Darwin. Dia sudah mengerti bahwa alasan utama Smith akhirnya menerima hubungannya dengan Paula adalah karena Pedro.Pria itu masih berada di luar negeri dan belum bisa melindungi Paula. Saat ini, dialah satu-satunya orang yang benar-benar bisa melindungi Paula.Smith merenung sejenak sebelum bertanya lagi, "Apa pendapatmu tentang Keluarga Bramasta?"Raut wajah Darwin menjadi lebih serius. Dia menjawab dengan sungguh-sungguh, "Kasih aku wak
Darwin tetap tenang sambil tersenyum, tanpa menunjukkan sedikit pun rasa cemas. Namun Smith yang sangat ahli membaca ekspresi orang, berhasil menangkap kilatan keterkejutan di mata Darwin. Dia pun menyindirnya dengan beberapa kalimat tajam."Tenang saja, Kakek. Aku nggak akan mengecewakanmu," ucap Darwin dengan tenang sambil merapikan dokumen-dokumen tersebut.Smith mulai melihatnya dengan sedikit rasa kagum, lalu membalas, "Haha. Bagus sekali! Kamu mengingatkanku pada diriku sendiri di masa muda."Perlu diketahui, ketika Pedro pertama kali diperkenalkan pada bisnis ilegalnya, dia sangat ketakutan hingga tidak bisa tidur selama beberapa hari. Pedro bahkan terus mencoba membujuknya agar keluar dari dunia itu.Pada akhirnya, Pedro harus menerima kenyataan bahwa di masyarakat ini, ada yang baik dan ada yang buruk. Jika bukan Smith yang mengendalikan sisi gelap, akan ada orang lain yang melakukannya.Namun, dengan memegang kendali, Smith bisa membuka jalan terang bagi mereka yang terjebak
"Aku nggak berani macam-macam di depan Pak Darwin. Pak Smith suruh kalian cepat pergi," ucap Martin sambil bersandar di pintu. Dia mengisyaratkan mereka untuk keluar.Paula menegaskan, "Aku mau bertemu Kakek."Martin melihat jam tangan dan mendesak, "Pak Smith sudah tidur. Kalau kamu nggak mau merepotkan Pak Smith, cepat pergi ke bandara."Melihat Paula hendak pergi melihat Smith, Darwin menggandeng tangan Paula dan berjalan keluar sembari membujuk, "Ikuti dia saja, ayo kita pergi. Kakek pasti punya alasan sendiri berbuat seperti ini. Kalau ada Pak Martin, semua pasti baik-baik saja."Martin memutar bola matanya pada Darwin. Dia merasa penilaian Darwin kepadanya terlalu tinggi. Darwin dan Paula tidak tahu Martin pasti sangat sibuk setelah mereka pergi.Martin melihat Paula tampak cemas dan terus memandang ke kamar Smith. Jadi, dia berkata, "Setelah masalah di sini selesai, Pak Smith akan menghubungimu."Setelah naik ke mobil, Paula bersandar pada jendela mobil dan berpesan pada Martin,
Saat Darwin hampir mendekati Paula dan Pedro, dia mendengar Pedro berteriak, "Kalau kamu nggak suka dia, kenapa kamu mau ikut dia pulang? Apa kamu perlu mengorbankan seumur hidupmu untuk membalas kebaikannya?"Darwin merasa gugup. Dia ingin melihat ekspresi Paula. Namun, kebetulan beberapa staf lewat di depan Darwin sambil mengangkat papan iklan sehingga menghalangi pandangan Darwin.Setelah para staf itu lewat, Darwin tidak melihat Paula dan Pedro lagi. Darwin bergegas masuk ke ruang tunggu dan melihat Paula yang duduk di sofa memandangi ponsel seraya termenung.Darwin menghampiri Paula dan bertanya dengan lembut, "Apa yang kamu pikirkan?"Paula kaget sampai-sampai ponselnya jatuh ke lantai. Dia buru-buru mengambil ponselnya, tetapi dia tidak berani bertatapan dengan Darwin. Paula hanya menyahut dengan singkat, "Nggak ada."Tadi, Rhea mengirim pesan kepada Paula. Rhea mengatakan sepertinya dia hamil dan ayah dari anaknya adalah Charlie. Namun, Rhea tidak ingin menikah dengan Charlie.
Hanya saja, Darwin tahu Freda sangat protektif sampai-sampai bisa bersikap tidak masuk akal. Jika Darwin tidak menunjukkan dirinya sangat menghargai Paula, Freda pasti akan menganggap Paula sebagai orang luar dan mewaspadainya.Lama-kelamaan, di antara Darwin dan Paula pasti akan muncul konflik karena hal ini. Freda menggenggam tangan Paula dan berkata seraya tersenyum lembut, "Oke, aku tahu kamu itu anak yang baik."Freda juga merasa senang Darwin bisa menemukan wanita yang disukainya. Darwin bertanya, "Tadi kamu mau bilang apa?"Freda memukul kepalanya dan menyahut dengan ekspresi cemas, "Keluarga Fonda sudah pindah. Nona Sheila pindah ke kediaman tua dengan alasan rumahnya sudah tua. Entah kenapa, dia berselisih dengan Nyonya Kara sampai-sampai Nyonya Kara pingsan."Darwin yang khawatir bertanya, "Bagaimana kondisi ibuku sekarang?"Paula juga khawatir. Sebelumnya Paula pernah melihat Kara. Dia sudah tua sehingga tidak boleh mengalami syok.Freda menjawab, "Dokter sudah memeriksa Nyo
Paula menggoyang lengan Darwin dan bertanya, "Kamu masih marah? Dia masih muda dan gegabah, untuk apa kamu perhitungan dengannya?"Darwin mendengus, lalu bertanya balik, "Kamu menganggap aku tua?""Aku nggak berani. Pak Sasongko masih muda dan kuat, hal ini nggak perlu diragukan lagi," timpal Paula seraya mengedipkan matanya.Darwin langsung teringat semalam mereka bercinta dengan intens. Dia pun tersenyum. Darwin menjelaskan tindakannya tadi, "Keluarga Sudarmo lebih rumit dari yang kita bayangkan. Kalau Harry terus bertindak gegabah, dia pasti akan celaka dalam waktu singkat."Waktu itu, Darwin setuju Harry masuk ke Grup Sasongko karena kakek Harry memohon pada Terry. Jadi, dia menghormati kakek Harry. Selain itu, Darwin pernah menyelidiki Harry. Dia tahu Harry tidak jahat.Paula langsung memuji, "Aku tahu kamu sangat baik."Mereka pulang ke vila. Freda menyambut mereka dengan ekspresi cemas. Dia melihat Darwin dan tampak ragu-ragu untuk bicara."Ada apa? Bilang saja," ujar Darwin. Di
Jadi, sekarang Darwin tidak mungkin mendepak Harry. Dia hanya ingin menegur Harry agar dia menyadari kenyataannya.Namun, Harry tidak mengetahui hal ini. Dia melihat Darwin menelepon Wilson dan menyuruhnya mencari orang lain untuk mengambil alih proyek ini. Harry pun panik.Darwin sudah memutuskan untuk mengabaikan Keluarga Sudarmo dan mendepaknya dari Grup Sasongko. Ketika Harry baru masuk ke Spirit Animation, dia terus membuat masalah.Meskipun begitu, Darwin tetap membantu Harry. Jadi, Harry menganggap Darwin tidak berani menyinggung Keluarga Sudarmo dan memecatnya.Sekarang Harry baru menyadari kali ini Darwin benar-benar ingin mendepaknya. Dia menarik lengan baju Darwin dan memohon, "Aku memang salah. Aku mohon beri aku kesempatan lagi.""Apa?" tanya Darwin yang berpura-pura tidak mendengar ucapan Harry.Harry merasa dipermalukan. Namun, dia tetap membungkuk dan menegaskan, "Aku mohon beri aku kesempatan lagi."Paula berdeham. Dia memperingatkan Darwin agar tidak terlalu berlebiha
Melihat Paula marah, Harry bergegas mengejar Paula dan memelas, "Maaf, aku salah. Kalau kamu nggak mau bergabung dengan Light Animation, kita tetap bekerja di Spirit Animation. Kamu nggak akan meninggalkan proyek ini, 'kan?"Walaupun Harry agak posesif terhadap Paula, dia tetap mementingkan proyek. Harry tidak ingin menghancurkan proyek karena masalah pribadi. Dia yakin Paula mempunyai pemikiran yang sama dengannya.Hanya saja, Harry mengabaikan Darwin. Sebenarnya Darwin adalah orang yang bisa menentukan nasib proyek.Sebelum Paula menjawab pertanyaan Harry, Darwin berujar dengan dingin, "Tentu saja Paula nggak akan meninggalkan proyek ini. Tapi, kamu nggak usah bekerja di Spirit Animation lagi.""Kenapa?" tanya Harry dengan ketus.Harry tersenyum sinis dan bertanya balik, "Menurutmu?"Darwin merupakan bos dari Spirit Animation, jadi dia bisa memecat Harry. Apa Harry tidak bisa menduganya?Harry baru memahami maksud Darwin. Dia mulai panik karena dirinya sudah berjuang untuk proyek ini
Harry tidak menutupinya. Dia langsung menjawab, "Light Animation."Darwin mengangkat alis, sepertinya dia tidak pernah mendengar perusahaan animasi ini. Paula juga demikian, dia bertanya, "Itu perusahaan baru?"Harry mengangguk seraya menyahut, "Aku pernah bertemu penanggung jawab mereka. Dia sangat kreatif. Lebih cocok untuk perkembangan proyek kita daripada Grup Sasongko.""Siapa nama penanggung jawab itu?" tanya Darwin."Henley," jawab Harry. Awalnya dia memang ingin membahas hal ini dengan Paula. Jadi, dia tidak berniat menutupinya."Apa orang itu berasal dari luar negeri?" tanya Paula sembari mengernyit. Dia curiga Harry ditipu.Harry menggeleng dan menjawab, "Bukan."Paula yang cemas bertanya lagi, "Sejak kapan kamu kenal dia? Kamu sudah tunjukkan sketsaku kepadanya?"Harry segera menyahut, "Tentu saja belum. Aku juga nggak bodoh. Aku baru kenal dia semalam."Paula yang merasa tidak berdaya melihat Tristan, kenapa dia tidak membujuk Harry? Tristan berucap, "Aku sudah membujuknya.
Darwin menatap Paula dengan ekspresi tak berdaya, tetapi penuh kasih. Dia menghela napas sebelum membalas, "Aku ikut denganmu. Kamu nggak akan keberatan, 'kan?""Tentu saja nggak. Kamu bos perusahaan, nggak ada rahasia yang kamu nggak boleh tahu," jawab Paula dengan gembira, lalu beranjak ke kamar tidur untuk ganti baju.Setelah keduanya siap dan makan siang, mereka pergi ke kafe yang sudah disepakati. Ketika mereka tiba, Harry dan Tristan sudah menunggu lebih dari satu jam.Bukan karena Paula terlambat, tetapi karena Harry yang terlalu bersemangat. Dia tiba-tiba mendapat ide baru yang ingin segera dibagikan kepada Paula.Itu sebabnya, ketika Paula masuk dengan Darwin yang memakai masker, dia hanya melihat wanita itu dan langsung mendekatinya dengan penuh semangat.Harry bahkan meraih tangannya. Akan tetapi, Darwin segera memutar tangannya ke belakang dan mendorongnya menjauh."Siapa kamu? Mau apa?" tanya Harry yang menatap Darwin dengan marah. Beberapa saat kemudian, dia cemberut dan
Untuk beberapa saat, Paula tidak mendengar respons dari Darwin. Ketika menoleh, dia melihat ekspresi Darwin sedikit aneh seperti sedang kesal sendiri.Paula menyentuh dagunya sambil bertanya, "Kenapa? Kok kelihatannya nggak senang?"Darwin memandangnya dengan tatapan kecewa. Pria itu bertanya, "Kamu sama sekali nggak punya impian tentang pernikahan ya?"Meskipun tidak bisa mengumumkan hubungan ini dan tidak bisa mengadakan pesta pernikahan, mereka sudah menikah dan resmi menjadi suami istri.Bukankah seharusnya ada antusiasme untuk membeli cincin, foto bersama, atau rencana bulan madu? Menurut Darwin, biasanya wanita yang jatuh cinta pasti punya harapan-harapan seperti itu.Mata Paula berkedip cepat dan menyiratkan sedikit kebingungan. Bukannya antusias, pernikahan lebih membuatnya cemas, takut, dan merasa bakal ada banyak masalah.Paula bahkan sudah membayangkan bagaimana nanti harus menghindari sorotan media, menghadapi wanita yang mengejar Darwin, dan menghadap keluarganya.Darwin t
Paula sudah punya firasat tentang dua buku kecil itu. Saat mengambilnya, tangannya sedikit bergetar.Ketika membuka dan melihat foto dirinya dan Darwin di halaman dalam, bibir Paula tak bisa menahan senyum. Darwin terus mengamati ekspresi Paula. Melihat dia tidak marah, hatinya merasa lega.Darwin menjelaskan, "Sebenarnya aku mau membawamu ke Kantor Catatan Sipil. Tapi, Wilson malah mengambil keputusan sendiri ...."Sebelum selesai bicara, tiba-tiba Darwin merasakan sentuhan hangat di bibirnya. Dia sontak menahan kepala Paula dan memperdalam ciuman itu.Setelah mereka berhenti, Darwin menatap mata Paula yang sedikit berkaca-kaca. Hatinya terasa begitu hangat.Darwin tiba-tiba berucap, "Makasih."Paula menyandarkan diri di dada bidang Darwin. Dia bertanya sambil tersenyum, "Untuk apa?"Darwin menjelaskan dengan serius, "Makasih karena kamu hadir dalam hidupku. Makasih karena kamu kasih aku kesempatan untuk berada di sisimu. Makasih karena kamu nggak menolak untuk menikah denganku ...."
Wilson merasa ada masalah dengan pikiran wanita itu. Dia mencoba menghentikan Fanny sambil mendesak para pengawal untuk segera datang.Begitu disentuh, Fanny langsung terjatuh ke jalan. Bahkan, sesaat kemudian wajahnya sudah penuh dengan luka memar. Untuk menjebak orang, dia benar-benar tega menyakiti dirinya sendiri.Para pengawal yang melihat pemandangan ini pun terkejut. Dalam kesan mereka, Wilson selalu lembut dan sopan. Kalau ada yang perlu dipukul, seharusnya itu tugas mereka, 'kan?"Cepat bawa orang ini pergi!" pinta Wilson dengan tidak sabar. Dia juga mengingatkan para pengawal, "Hati-hati, dia bawa kamera tersembunyi."Mendengar ini, salah satu pengawal langsung meraih kancing baju Fanny untuk memeriksanya. Wanita itu segera meronta-ronta sambil berseru, "Pelecehan! Tolong, ada pelecehan!"Pada saat yang sama, pintu vila terbuka. Paula muncul dengan ekspresi bingung ketika melihat semua keributan di luar.Awalnya, Paula hanya ingin ke toilet. Berhubung mendengar suara bel yang