Paula mengganti sepatu hak tinggi. Dia menggandeng lengan Smith dan berjalan masuk ke aula.Begitu pintu terbuka, tatapan puluhan orang tertuju pada Paula. Mereka memandang Paula dengan tatapan yang berbeda-beda. Ada yang menatap dengan heran, sinis, dan kagum.Paula melihat beberapa orang yang biasanya hanya bisa dilihat di majalah atau berita. Saat ini, mereka semua memandang Smith dengan tatapan hormat dan kagum."Tenang. Ini tempat kita," bisik Smith sambil menepuk-nepuk telapak tangan Paula.Paula mengangguk. Dia menunjukkan senyuman yang sudah dia latih sejak awal.Setelah menyampaikan serangkaian ucapan selamat, pembawa acara berseru, "Sekarang mari kita sambut bintang tamu hari ini. Bu Paula, silakan naik ke panggung."Paula naik ke panggung didampingi Smith, Martin, dan Pedro."Pak Smith, katanya kamu membangun kastel ini khusus untuk Bu Paula. Bisa ceritakan kisahmu dengan Bu Paula?" tanya pembawa acara. Dia tersenyum seraya menyerahkan mikrofon kepada Smith.Smith menceritak
Smith telah menantikan acara keluarga ini selama belasan tahun. Dia telah mengorbankan harta ratusan miliar untuk membantu Paula mengatasi rintangan. Memikirkan ini, Paula tidak tega untuk membuat Smith malu dan sedih.Pedro memanfaatkan kesempatan untuk meraih tangan Paula. Dia berbisik di telinga Paula, "Ini hanya formalitas. Jangan buat Pak Smith marah."Paula menggigit bibir. Dia tidak menyetujui ataupun menolak. Dia dan Pedro berada dalam situasi tegang di atas panggung.Tatapan Pedro penuh dengan kecemasan. Dia takut Paula akan menentang rencana Smith dan takut Paula akan membenci dirinya karena hal ini.Smith batuk dua kali, lalu berbicara dengan lantang untuk menarik perhatian para tamu. Katanya, "Sekarang, aku umumkan Paula dan Pedro ...."Semuanya memandang kedua orang yang berada di atas panggung sambil bergosip. Ada gadis yang diam-diam menyukai Pedro dan tidak senang pada Paula. Ada juga keluarga yang ingin menjadi besan Smith. Mereka berdesah karena tidak berkesempatan me
"Apa-apaan ini! Kamu mau meninggalkan kakekmu demi seorang pria?" teriak Smith. Dia berjalan dengan cepat dan gemetaran ke arah Paula.Lantaran takut Smith akan jatuh karena terlalu emosi, Paula buru-buru mengulurkan tangan untuk memapah Smith. Akan tetapi, tangannya malah ditepis dengan kuat."Kakek, aku sudah bilang sejak awal kalau aku punya suami dan anak. Kakek yang bersikeras. Kalau Kakek nggak mau acara ini menjadi berantakan, sebaiknya akui Darwin sebagai cucu menantumu," ucap Paula."Jangan harap! Kamu tahu apa yang sudah dia lakukan? Kamu sudah tertipu olehnya!" teriak Smith sembari memandang Paula dengan marah.Paula terlihat bingung. Menurutnya, Darwin tidak melakukan kesalahan terhadapnya.Darwin melirik Pedro dengan sinis, lalu berkata dengan tegas pada Smith, "Kakek, Martin paling paham seperti apa karakterku. Kalau kamu sudah tahu, tapi masih nggak mau mengakuiku, itu berarti aku memang belum cukup baik.""Aku akan memperlakukan Paula dengan lebih baik dan berusaha menj
Pedro bersandar di pundak Paula sambil menunjukkan senyuman untuk memprovokasi Darwin. Darwin mengernyit. Dia menarik pergelangan tangan Paula dan melarangnya menyentuh Pedro. Paula baru menerima segelas air dari pelayan, tetapi tangannya ditarik. Hal ini membuat air tumpah ke dadanya. Gaunnya seketika basah."Uhuk, uhuk. Air ...," ujar Pedro yang batuk sampai wajahnya merah. Dia mengulurkan tangan untuk meminta air. Lehernya terlihat begitu tegang."Bawakan segelas air lagi," perintah Paula dengan sedikit kesal.Pelayan segera membawakan segelas air lagi. Paula awalnya ingin meminta pelayan untuk langsung memberikan air kepada Pedro. Tidak disangka, Darwin mengambil gelas itu.Darwin memegang dagu Pedro, mengangkat kepalanya, dan langsung menuangkan air ke dalam mulutnya.Pedro seperti orang yang tenggelam. Kedua tangannya terus meronta sampai dua kancing kemeja Darwin terlepas. Adegan ini sangat aneh bagi Paula, terlihat seperti adegan dewasa.Setelah dicekoki segelas air, Pedro ter
Darwin mengikuti arah pandang Paula untuk melirik para tamu. Para tamu segera memalingkan wajah dan pura-pura tidak melihat mereka."Paula, jangan lupa dengan janjimu," ujar Darwin sambil menunduk menatap mata Paula lekat-lekat. Dia mengingatkan Paula menepati janjinya untuk kembali ke ibu kota besok.Darwin tidak takut Smith akan mempersulit keadaan. Yang Darwin takutkan adalah Paula tidak bersedia kembali bersamanya."Aku tentu saja ingat. Kamu buru-buru kemari hanya demi ini?" tanya Paula.Begitu memperhatikan keringat di dahi Darwin, Paula merasa kasihan padanya. Darwin sudah cukup sibuk di ibu kota. Kini, pria ini harus meluangkan waktu untuk menemuinya di Swiza."Nggak ada yang lebih penting darimu," sahut Darwin. Dia mencium bibir Paula, lalu menunjukkan senyuman kepada Pedro untuk memprovokasinya.Ekspresi di wajah Pedro tidak berubah, tetapi kedua tangannya tanpa sadar mengepal.Paula dan Darwin sedang saling bertatapan. Pedro mengalihkan perhatian mereka dengan menawarkan, "D
Di lantai atas, Smith mengawasi semua ini dengan ekspresi lembut. Namun, ketika tatapannya berpaling pada Pedro, sorot matanya berubah dingin dan penuh peringatan.Smith telah menyuruh orang memeriksanya. Informasi yang diberikan Pedro ternyata gabungan dari fakta dan dusta. Di antaranya, banyak yang hanya rumor di internet.Kenyataannya, Darwin telah beberapa kali mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan Paula. Apalagi, Darwin adalah menantu yang dipilih Michelle secara pribadi. Meskipun Smith tidak puas pada putrinya, dia tetap percaya pada penilaiannya.Tatapan Smith membuat punggung Pedro berkeringat dingin. Dia bergegas naik ke lantai atas dan mengikuti Smith ke ruang kerja.Begitu masuk ke ruangan, Pedro langsung ditampar. Bunyi tamparan yang nyaring bergema di sana, membuktikan betapa marahnya Smith."Kamu tahu aku paling benci dibohongi!" bentak Smith sambil memelototi Pedro.Pedro adalah anak yang Smith besarkan dan didik sendiri. Dia tidak menyangka Pedro akan mencoba menghanc
Pedro sontak membuka mata dan duduk dengan waspada. Dia melihat seorang wanita berdiri di depannya, sedang menatapnya dengan raut penasaran."Kamu pria di panggung tadi, orang yang hampir menjadi cucu menantu Pak Smith," ucap wanita itu sambil menepuk tangannya, seakan-akan baru mengingat siapa Pedro.Pedro mengamati wajah wanita itu dengan cermat. Dia mendapati fitur wajahnya sedikit mirip dengan Paula, bahkan tutur kata dan gerak-geriknya juga tidak berbeda jauh dengan Paula."Sepertinya kamu tersesat," ucap Pedro sambil berdiri.Pedro kembali ke pembawaannya yang dingin, seolah-olah tidak peduli dengan luka di wajahnya. Dia berjalan mendekat, hendak membawa wanita itu kembali ke ruang pesta.Wanita itu menarik ujung baju Pedro dengan malu-malu dan memohon, "Apa kamu bisa membiarkanku di sini sebentar?"Pedro menyahut dengan alis terangkat, "Orang luar nggak diizinkan masuk ke sini.""Sebentar saja," ucap wanita itu sambil mengangkat jari telunjuknya dengan gaya menggemaskan.Namun,
"Bukannya kamu bisa masuk karena dibantu seorang pria?" tanya Pedro dengan tatapan membunuh.Aurel buru-buru menjelaskan, "Pria itu sudah menikah dan nggak mau bercerai. Aku harus mencari pria lain demi masa depanku.""Lanjutkan," ucap Pedro yang mulai tertarik.Aurel memanfaatkan kesempatan ini untuk menyampaikan rencananya, "Aku menyukai Pak Darwin, sayangnya dia hanya menyukai Paula. Kalau kamu membantuku mendapatkan Pak Darwin, bukannya itu juga akan menguntungkanmu?"Pedro hanya diam sambil tersenyum menatap Aurel, membuat sekujur tubuh wanita itu merinding ngeri."Ini rencana yang bagus, 'kan? Aku punya obat mujarab. Kalau Darwin meminumnya, dia akan mengira aku sebagai Paula. Paula orang yang tegas. Setelah aku tidur dengan Darwin, dia pasti akan berpaling padamu," lanjut Aurel dengan suara bergetar.Pedro mendengus dan menendang Aurel. Dia berkata, "Sepertinya pria yang membawamu nggak memberitahukan peraturan di sini. Kamu benar-benar bosan hidup, berani sekali membawa sampah