Setelah naik ke mobil, Rhea mendapati Paula melirik Darwin yang mengantar mereka sampai ke mobil. Setelah menyuruh sopir jalan, Rhea menghibur Paula, "Nggak apa-apa, pria dan wanita sama saja di mata dokter. Pamanku pasti menganggapmu sebagai pasien.""Eh?" Paula sedang memikirkan cara supaya Rhea tidak marah saat mengetahui kebenarannya. Itu sebabnya, dia tidak memahami ucapan Rhea."Kamu malu karena melepaskan celana waktu pemeriksaan tadi, 'kan?" tanya Rhea dengan ragu.Paula akhirnya memahami isi pikiran Rhea. Wajahnya sontak memerah. Dia membantah, "Bukan! Dia cuma memeriksa denyut nadiku!"Entah apa yang dipikirkan Rhea ini. Rhea menggosok hidungnya sambil berkata, "Oh, aku kira kamu melepaskan celanamu tadi. Aku sampai berniat menyuruh pamanku bertanggung jawab padamu karena melihatmu telanjang."Ternyata begitu? Paula mengejapkan matanya. Jika tahu seperti itu, dia pasti tidak membantah tadi. Dengan begitu, Rhea akan menjodohkan mereka dan mereka bisa bersama secara terang-tera
Paula tertawa dan menyahut, "Bukan begitu. Aku sangat berterima kasih pada kalian. Aku ingin kalian sehat dan bahagia selalu.""Huhu. Paula, kamu terlalu baik hati." Rhea merasa Paula tidak ingin menyulitkannya, jadi memilih untuk menyerah atas cintanya.Rhea memeluk Paula dengan terharu sambil berkata, "Setelah pulang ke ibu kota, aku akan mencarikanmu pria tampan dan kaya. Kamu pilih saja sesuai seleramu nanti.""Nggak perlu. Aku cuma ingin fokus bekerja dan melahirkan anak-anakku. Aku akan membesarkan mereka dengan baik nanti," balas Paula setelah menarik napas dalam-dalam.Tidak masalah jika hanya mencintai. Tidak peduli hasilnya seperti apa, setidaknya mereka tulus mencintai satu sama lain. Ini sudah cukup."Paula, tenang saja. Kelak aku akan menjadi ibu angkat mereka. Aku akan membantumu merawat mereka," ujar Rhea sambil mengelus perut Paula.Paula tersenyum sambil mengangguk. Demi mengalihkan topik pembicaraan, dia bertanya tentang Aurel, "Untuk apa kamu membawa Aurel ke laborat
Entah berapa lama kemudian, Aurel akhirnya siuman. Begitu membuka mata, dia langsung melihat pria tampan sebelumnya.Perasaan malu dan marah seketika meliputi hatinya. Aurel menutupi wajahnya sambil berteriak, "Keluar! Kalian semua keluar!""Nona, gimana kondisimu sekarang? Apa kamu masih ingin buang air besar?" tanya pria tampan itu sambil memegang buku catatan. Kemudian, dia menarik paksa selimut yang menutupi kepala Aurel.Aurel menarik napas dalam-dalam. Ketika menyadari tidak ada bau aneh, dia merasa jauh lebih lega. Ini pertama kalinya dia semalu itu di hadapan pria tampan."Aku nggak mau buat eksperimen lagi. Biarkan aku keluar," ujar Aurel seraya terisak-isak.Pria tampan itu menghela napas sebelum berkata, "Kamu sudah tanda tangan kontrak. Kalau mundur begitu saja, kamu harus bayar ganti rugi 4 miliar. Rugi dong."Kali ini, mereka mencari 12 orang untuk membuat eksperimen. Jika dibandingkan dengan yang lain, fisik Aurel lebih istimewa. Mereka memperoleh paling banyak data dari
"Dia pacar Pak Darwin, 'kan? Bukannya dia sering datang ke laboratorium?" tanya Aurel dengan sabar. Pria tampan ini tampak agak lugu. Dia menjawab semua pertanyaan Aurel sejak tadi."Dia cuma datang untuk pemeriksaan kandungan. Bos juga akan menemaninya," sahut pria tampan itu."Kapan pemeriksaan selanjutnya?" tanya Aurel dengan penuh antusiasme.Pria tampan itu menggeleng sambil membalas, "Entahlah, Profesor Alice seharusnya tahu. Biasanya dia yang menanganinya."Aurel diam-diam mengingat nama Alice ini. Kemudian, dia bertanya lagi, "Kalau begitu, jangan basa-basi lagi. Cepat keluarkan semua obat terhebat kalian. Aku kelinci percobaan kalian, 'kan?""Serius? Kamu benar-benar bersedia? Bos menginvestasikan hampir 2 triliun untuk proyek ini. Dia meraih pencapaian baru, tapi nggak ketemu orang yang cocok untuk dijadikan kelinci percobaan," tanya pria tampan itu sambil meraih tangan Aurel saking antusiasnya.Ketika melihatnya begitu bersemangat, Aurel bertanya dengan gelisah, "Eee ... apa
Ekspresi pria tampan itu awalnya terlihat dingin. Namun, setelah bertemu pandang dengan Aurel, dia segera berkata dengan panik, "Ma ... maaf. Tapi, gimana kalau kamu tanda tangan dulu?""Tanganku lemas," sahut Aurel sambil bersandar di bahu pria itu dengan manja. Menurutnya, mudah saja baginya untuk menaklukkan pria selugu ini.Kali ini, pria tampan itu tidak menghindar. Dia memapah Aurel ke ranjang, lalu meletakkan kontrak di atas kursi kecil dan menyerahkan pena kepadanya. Sambil memegang tangan Aurel, dia bertanya, "Begini bisa nggak?"Mata Aurel berbinar-binar saat menatap pria itu. Dia jarang bertemu pria yang pembawaannya ceria seperti ini. Untuk sesaat, hati Aurel pun goyah dan pikirannya menjadi hampa. Tanpa disadarinya, dia menandatangani kontrak tersebut."Kalau begitu, aku ... aku akan mengantarkan makanan untukmu nanti." Selesai melontarkan itu, si pria tampan langsung berlari ke luar dengan wajah memerah.Aurel pun menyunggingkan senyuman bangga. Begitu pintu ditutup, seke
[ Ah! Apa gunanya hidup kalau nggak bisa mendapat pria sekeren ini? ][ Pria ini terlalu sempurna! Hoho! Lagi-lagi pria idamanku bertambah satu. ][ Tokoh utama wanitanya juga sangat memesona. Bukan cuma cantik, tapi juga cerdas. Mereka bersinar di bidang masing-masing. ]Selain banyak yang mendukung mereka, ada juga yang menulis kritikan.[ Buset! Ini cerita presdir kaya dengan gadis miskin. Cerita gila macam apa ini? ][ Memangnya di zaman sekarang masih ada yang percaya pada cinta sejati? ][ Kalau dia memang mencintai wanita itu. Seharusnya mereka menikah. Masa wanitanya hamil duluan? Nggak bertanggung jawab sekali! ]Paula merasa agak kesal saat melihat orang-orang menghujat Darwin. Namun, jika dia menjelaskan, hasilnya akan buruk.Ketika Paula hendak meletakkan ponselnya dan mengabaikan kritikan-kritikan itu, sebuah judul berita tiba-tiba menarik perhatiannya.[ Kenyataan Menjadi Komik ][ Darwin Mirip dengan Tokoh Utama Pria Komik ]Setelah diklik, ternyata itu adalah unggahan y
"Rhea, nggak perlu begitu. Obat baru yang diluncurkan pamanmu sudah terkena masalah 2 kali. Grup Sasongko nggak boleh terkena masalah lagi," ucap Paula sambil menahan tangan Rhea saat Rhea hendak mengirim komentar untuk membelanya.Ketika membaca gosip yang bermunculan akibat Sheila tadi, Paula juga memperhatikan masalah Grup Sasongko. Paula tidak tahu bagaimana Darwin mengatasinya. Mungkin, Martin yang membantunya. Yang jelas, berita-berita negatif itu sudah tidak ada lagi.Bahkan, lembaga penelitian Darwin juga memanfaatkan opini publik untuk meningkatkan popularitas mereka. Hanya dalam sejam, banyak orang yang memuji khasiat obat baru itu, juga banyak yang memuji kontribusi yang diberikan lembaga penelitian itu selama bertahun-tahun ini, seperti banyak membantu pasien yang ekonominya buruk.Selain itu, mereka juga memuji keterampilan medis Darwin yang tiada tara. Itu sebabnya, banyak pujian di kolom komentar akun resmi Grup Sasongko.[ Aku benar-benar menyesal! Aku sudah memaki seor
"Kak Darwin, hiraukan saja bisnis di Kota Nastro. Tolong bantu aku cari ayahku dulu," mohon Alif pada Darwin dengan mata memerah.Menurut keterangan para saksi di TKP, kondisi Alvin saat itu sangat memprihatinkan. Jika tidak melihat para preman yang hendak memukulnya dengan tongkat besi, mereka kira Alvin sudah mati. Michelle langsung pingsan setelah mendengar hal itu.Alif tahu kemungkinan besar orang-orang itu yang menculik Alvin. Dia menduga mereka sengaja menggunakan nyawa Alvin sebagai ancaman agar dia melepaskan bisnis di Kota Nastro.Bagaimanapun, orang-orang itu bertekad untuk memenangkan bisnis di Kota Nastro. Namun, campur tangan Darwin telah membuat rencana mereka gagal total.Alif menduga Darwin ingin menggunakan kesempatan ini untuk sekalian melenyapkan komplotan di sana. Namun, jika Darwin berbuat demikian, ayahnya pasti akan dihabisi!"Tenangkan dirimu. Percayalah, ayahmu bukan diculik orang-orang itu. Kita pasti bisa menemukannya," ujar Darwin.Darwin telah menyelidiki
Hanya saja, Darwin tahu Freda sangat protektif sampai-sampai bisa bersikap tidak masuk akal. Jika Darwin tidak menunjukkan dirinya sangat menghargai Paula, Freda pasti akan menganggap Paula sebagai orang luar dan mewaspadainya.Lama-kelamaan, di antara Darwin dan Paula pasti akan muncul konflik karena hal ini. Freda menggenggam tangan Paula dan berkata seraya tersenyum lembut, "Oke, aku tahu kamu itu anak yang baik."Freda juga merasa senang Darwin bisa menemukan wanita yang disukainya. Darwin bertanya, "Tadi kamu mau bilang apa?"Freda memukul kepalanya dan menyahut dengan ekspresi cemas, "Keluarga Fonda sudah pindah. Nona Sheila pindah ke kediaman tua dengan alasan rumahnya sudah tua. Entah kenapa, dia berselisih dengan Nyonya Kara sampai-sampai Nyonya Kara pingsan."Darwin yang khawatir bertanya, "Bagaimana kondisi ibuku sekarang?"Paula juga khawatir. Sebelumnya Paula pernah melihat Kara. Dia sudah tua sehingga tidak boleh mengalami syok.Freda menjawab, "Dokter sudah memeriksa Nyo
Paula menggoyang lengan Darwin dan bertanya, "Kamu masih marah? Dia masih muda dan gegabah, untuk apa kamu perhitungan dengannya?"Darwin mendengus, lalu bertanya balik, "Kamu menganggap aku tua?""Aku nggak berani. Pak Sasongko masih muda dan kuat, hal ini nggak perlu diragukan lagi," timpal Paula seraya mengedipkan matanya.Darwin langsung teringat semalam mereka bercinta dengan intens. Dia pun tersenyum. Darwin menjelaskan tindakannya tadi, "Keluarga Sudarmo lebih rumit dari yang kita bayangkan. Kalau Harry terus bertindak gegabah, dia pasti akan celaka dalam waktu singkat."Waktu itu, Darwin setuju Harry masuk ke Grup Sasongko karena kakek Harry memohon pada Terry. Jadi, dia menghormati kakek Harry. Selain itu, Darwin pernah menyelidiki Harry. Dia tahu Harry tidak jahat.Paula langsung memuji, "Aku tahu kamu sangat baik."Mereka pulang ke vila. Freda menyambut mereka dengan ekspresi cemas. Dia melihat Darwin dan tampak ragu-ragu untuk bicara."Ada apa? Bilang saja," ujar Darwin. Di
Jadi, sekarang Darwin tidak mungkin mendepak Harry. Dia hanya ingin menegur Harry agar dia menyadari kenyataannya.Namun, Harry tidak mengetahui hal ini. Dia melihat Darwin menelepon Wilson dan menyuruhnya mencari orang lain untuk mengambil alih proyek ini. Harry pun panik.Darwin sudah memutuskan untuk mengabaikan Keluarga Sudarmo dan mendepaknya dari Grup Sasongko. Ketika Harry baru masuk ke Spirit Animation, dia terus membuat masalah.Meskipun begitu, Darwin tetap membantu Harry. Jadi, Harry menganggap Darwin tidak berani menyinggung Keluarga Sudarmo dan memecatnya.Sekarang Harry baru menyadari kali ini Darwin benar-benar ingin mendepaknya. Dia menarik lengan baju Darwin dan memohon, "Aku memang salah. Aku mohon beri aku kesempatan lagi.""Apa?" tanya Darwin yang berpura-pura tidak mendengar ucapan Harry.Harry merasa dipermalukan. Namun, dia tetap membungkuk dan menegaskan, "Aku mohon beri aku kesempatan lagi."Paula berdeham. Dia memperingatkan Darwin agar tidak terlalu berlebiha
Melihat Paula marah, Harry bergegas mengejar Paula dan memelas, "Maaf, aku salah. Kalau kamu nggak mau bergabung dengan Light Animation, kita tetap bekerja di Spirit Animation. Kamu nggak akan meninggalkan proyek ini, 'kan?"Walaupun Harry agak posesif terhadap Paula, dia tetap mementingkan proyek. Harry tidak ingin menghancurkan proyek karena masalah pribadi. Dia yakin Paula mempunyai pemikiran yang sama dengannya.Hanya saja, Harry mengabaikan Darwin. Sebenarnya Darwin adalah orang yang bisa menentukan nasib proyek.Sebelum Paula menjawab pertanyaan Harry, Darwin berujar dengan dingin, "Tentu saja Paula nggak akan meninggalkan proyek ini. Tapi, kamu nggak usah bekerja di Spirit Animation lagi.""Kenapa?" tanya Harry dengan ketus.Harry tersenyum sinis dan bertanya balik, "Menurutmu?"Darwin merupakan bos dari Spirit Animation, jadi dia bisa memecat Harry. Apa Harry tidak bisa menduganya?Harry baru memahami maksud Darwin. Dia mulai panik karena dirinya sudah berjuang untuk proyek ini
Harry tidak menutupinya. Dia langsung menjawab, "Light Animation."Darwin mengangkat alis, sepertinya dia tidak pernah mendengar perusahaan animasi ini. Paula juga demikian, dia bertanya, "Itu perusahaan baru?"Harry mengangguk seraya menyahut, "Aku pernah bertemu penanggung jawab mereka. Dia sangat kreatif. Lebih cocok untuk perkembangan proyek kita daripada Grup Sasongko.""Siapa nama penanggung jawab itu?" tanya Darwin."Henley," jawab Harry. Awalnya dia memang ingin membahas hal ini dengan Paula. Jadi, dia tidak berniat menutupinya."Apa orang itu berasal dari luar negeri?" tanya Paula sembari mengernyit. Dia curiga Harry ditipu.Harry menggeleng dan menjawab, "Bukan."Paula yang cemas bertanya lagi, "Sejak kapan kamu kenal dia? Kamu sudah tunjukkan sketsaku kepadanya?"Harry segera menyahut, "Tentu saja belum. Aku juga nggak bodoh. Aku baru kenal dia semalam."Paula yang merasa tidak berdaya melihat Tristan, kenapa dia tidak membujuk Harry? Tristan berucap, "Aku sudah membujuknya.
Darwin menatap Paula dengan ekspresi tak berdaya, tetapi penuh kasih. Dia menghela napas sebelum membalas, "Aku ikut denganmu. Kamu nggak akan keberatan, 'kan?""Tentu saja nggak. Kamu bos perusahaan, nggak ada rahasia yang kamu nggak boleh tahu," jawab Paula dengan gembira, lalu beranjak ke kamar tidur untuk ganti baju.Setelah keduanya siap dan makan siang, mereka pergi ke kafe yang sudah disepakati. Ketika mereka tiba, Harry dan Tristan sudah menunggu lebih dari satu jam.Bukan karena Paula terlambat, tetapi karena Harry yang terlalu bersemangat. Dia tiba-tiba mendapat ide baru yang ingin segera dibagikan kepada Paula.Itu sebabnya, ketika Paula masuk dengan Darwin yang memakai masker, dia hanya melihat wanita itu dan langsung mendekatinya dengan penuh semangat.Harry bahkan meraih tangannya. Akan tetapi, Darwin segera memutar tangannya ke belakang dan mendorongnya menjauh."Siapa kamu? Mau apa?" tanya Harry yang menatap Darwin dengan marah. Beberapa saat kemudian, dia cemberut dan
Untuk beberapa saat, Paula tidak mendengar respons dari Darwin. Ketika menoleh, dia melihat ekspresi Darwin sedikit aneh seperti sedang kesal sendiri.Paula menyentuh dagunya sambil bertanya, "Kenapa? Kok kelihatannya nggak senang?"Darwin memandangnya dengan tatapan kecewa. Pria itu bertanya, "Kamu sama sekali nggak punya impian tentang pernikahan ya?"Meskipun tidak bisa mengumumkan hubungan ini dan tidak bisa mengadakan pesta pernikahan, mereka sudah menikah dan resmi menjadi suami istri.Bukankah seharusnya ada antusiasme untuk membeli cincin, foto bersama, atau rencana bulan madu? Menurut Darwin, biasanya wanita yang jatuh cinta pasti punya harapan-harapan seperti itu.Mata Paula berkedip cepat dan menyiratkan sedikit kebingungan. Bukannya antusias, pernikahan lebih membuatnya cemas, takut, dan merasa bakal ada banyak masalah.Paula bahkan sudah membayangkan bagaimana nanti harus menghindari sorotan media, menghadapi wanita yang mengejar Darwin, dan menghadap keluarganya.Darwin t
Paula sudah punya firasat tentang dua buku kecil itu. Saat mengambilnya, tangannya sedikit bergetar.Ketika membuka dan melihat foto dirinya dan Darwin di halaman dalam, bibir Paula tak bisa menahan senyum. Darwin terus mengamati ekspresi Paula. Melihat dia tidak marah, hatinya merasa lega.Darwin menjelaskan, "Sebenarnya aku mau membawamu ke Kantor Catatan Sipil. Tapi, Wilson malah mengambil keputusan sendiri ...."Sebelum selesai bicara, tiba-tiba Darwin merasakan sentuhan hangat di bibirnya. Dia sontak menahan kepala Paula dan memperdalam ciuman itu.Setelah mereka berhenti, Darwin menatap mata Paula yang sedikit berkaca-kaca. Hatinya terasa begitu hangat.Darwin tiba-tiba berucap, "Makasih."Paula menyandarkan diri di dada bidang Darwin. Dia bertanya sambil tersenyum, "Untuk apa?"Darwin menjelaskan dengan serius, "Makasih karena kamu hadir dalam hidupku. Makasih karena kamu kasih aku kesempatan untuk berada di sisimu. Makasih karena kamu nggak menolak untuk menikah denganku ...."
Wilson merasa ada masalah dengan pikiran wanita itu. Dia mencoba menghentikan Fanny sambil mendesak para pengawal untuk segera datang.Begitu disentuh, Fanny langsung terjatuh ke jalan. Bahkan, sesaat kemudian wajahnya sudah penuh dengan luka memar. Untuk menjebak orang, dia benar-benar tega menyakiti dirinya sendiri.Para pengawal yang melihat pemandangan ini pun terkejut. Dalam kesan mereka, Wilson selalu lembut dan sopan. Kalau ada yang perlu dipukul, seharusnya itu tugas mereka, 'kan?"Cepat bawa orang ini pergi!" pinta Wilson dengan tidak sabar. Dia juga mengingatkan para pengawal, "Hati-hati, dia bawa kamera tersembunyi."Mendengar ini, salah satu pengawal langsung meraih kancing baju Fanny untuk memeriksanya. Wanita itu segera meronta-ronta sambil berseru, "Pelecehan! Tolong, ada pelecehan!"Pada saat yang sama, pintu vila terbuka. Paula muncul dengan ekspresi bingung ketika melihat semua keributan di luar.Awalnya, Paula hanya ingin ke toilet. Berhubung mendengar suara bel yang