Wilson tersadar, lalu buru-buru menarik pandangannya. "Lambung Pak Darwin kurang sehat. Kalau Pak Darwin suka makan bubur masakan Bu Paula, gimana kalau ...."Beberapa hari ini Darwin benar-benar sibuk hingga lupa makan. Dua hari yang lalu, dia terkena sakit maag hingga berkeringat dingin. Setelah itu pun, dia tetap saja tidak mau makan dengan teratur. Jika ada Paula yang menasihatinya, mungkin akan lebih baik.Namun, Darwin tidak berpikir demikian. Dia melemparkan tatapan dingin pada Wilson dan menolak usulnya."Kata dokter, kalau nggak rawat lambung Anda dengan baik. Kelak akan muncul masalah besar ...." Wilson terlihat seperti sedang berdebat dengan Darwin, tapi sebenarnya dia sedang melihat ke arah Paula.Sesuai dugaan, Paula langsung mengernyit dengan khawatir saat mendengar lambung Darwin bermasalah. "Pekerjaan memang penting, tapi kesehatan lebih penting," ujarnya menasihati.Setelah berkata demikian, Paula merasa dirinya telah melewati batas. Dia mengalihkan pandangannya dengan
"Kuumumkan dengan tegas, mulai sekarang, calon Nyonya Grup Sasongko itu adalah pembawa keberuntungan bagi kita semua!""Tuhan memberkati. Pak Darwin akhirnya jadi manusia biasa juga!""Pak Wilson, coba beri tahu kami, siapa orang itu? Kami harus menyanjungnya dengan hangat ke depannya!"Wilson yang berdiri di tengah-tengah para sekretaris tersenyum penuh makna. Setelah menatap Tina sekilas, Wilson berkata, "Rasa penasaran bisa membunuhmu.""Ya, mana mungkin pacar Pak Darwin bisa kita temui seenaknya?""Mulai sekarang, Nyonya Sasongko itu adalah dewi penyelamat kita. Kita harus melindungi posisinya!"Dibandingkan dengan suasana di kantor sekretaris yang ramai, suasana di dalam lift justru terkesan sangat hening. Sejak Darwin merapikan maskernya tadi, wajah Paula masih tersipu sampai sekarang. Dia melirik ke arah kamera pengawas sekilas, lalu bergerak mundur untuk menjaga jarak dengan Darwin.Darwin mengulurkan lengannya, lalu menarik Paula ke sampingnya. "Kenapa?""Ini masih di kantor,
Sampai ketika mereka memasuki mobil, wajah Paula masih terasa panas. Dia menggerutu dengan kesal, "Semua orang sudah lihat.""Memangnya aku begitu memalukan ya?" Darwin mencubit pipi Paula saat mendengar keluhannya itu.Paula menyingkirkan tangannya. "Lain kali suruh bibi pembantu saja yang antarkan makanan untukmu.""Ya, dulu memang bibi pembantu yang antar makanan untukku," jawab Darwin sembari menatapnya. Dia ingin mengatakan bahwa dulu memang bibi pembantu yang mengantarkan makanan, makanya dia sampai sakit maag karena tidak makan."Aku sedang hamil tahu?" ujar Paula sembari memegang perutnya. Dia masih merasa agak keberatan karena dikerumuni orang seperti itu tadi."Nggak perlu kamu yang antarkan, asalkan kamu temani aku makan saja sudah cukup." Darwin memasangkan sabuk pengaman pada Paula, lalu menyalakan mesin mobilnya.Setelah panas di wajahnya mulai mereda, Paula menjulurkan kepalanya dan bertanya dengan penasaran, "Akhir-akhir ini aku bakal kerja di rumah, mau gimana temani k
Darwin tidak menggubrisnya. Tangannya semakin erat memeluk Paula. Setibanya di bawah apartemen, Paula bertanya dengan kaget, "Ternyata kita tinggal di unit yang sama? Gimana kalau kami antarkan langsung?""Boleh?" Gadis itu mendongak menatap Darwin sejenak, lalu meringkuk ketakutan. Setelah itu, dia berkata dengan berpura-pura tegar, "Lupakan saja, jangan buat Kakak ini repot."Paula menoleh melihat ke jalanan yang baru saja mereka lewati tadi. Di sana masih ada beberapa pemuda yang membawa anjing sambil mengobrol. Tidak mungkin para pemuda itu mengikuti gadis ini dengan terang-terangan, 'kan? Anjing yang dibawa para pemuda itu berukuran besar."Mana temanmu?" tanya Paula tiba-tiba.Gadis itu menunjukkan ruang obrolan di ponselnya kepada Paula. "Dia tinggal di unit sebelah, mungkin sebentar lagi sampai."Secepat apa pun temannya tiba, tetap saja lebih praktis jika mereka yang mengantarkannya. Apalagi, saat gadis itu menunjukkan ponselnya pada Paula tadi, Paula melihat sebuah pesan yang
"Benar katamu. Anak-anak memang nggak punya aura seperti pacarmu ini. Mirip CEO muda di novel-novel," balas gadis itu. Bukannya kesal dengan ucapan Paula, dia justru mengangguk setuju dan melirik Darwin beberapa kali.Ting! Pintu lift akhirnya terbuka.Gadis itu berjalan sambil melompat kecil ke hadapan Darwin untuk mengajaknya mengobrol. Namun, Darwin hanya mengabaikannya dan berjalan ke depan pintu rumah Paula. Dengan sorot mata yang tidak sabaran, dia menyuruh Paula untuk segera membuka pintu."Pulanglah, sudah nggak apa-apa sekarang." Paula berpamitan dengan gadis itu sambil tetap tersenyum.Gadis itu mengangguk dengan senang hati. Sebelum masuk rumahnya, gadis itu melompat kecil dan berbisik di telinga Paula, "Kak, aku ngerti kok. Mahasiswa muda pasti lebih menggiurkan daripada pria tua. Kalau butuh sesuatu, langsung hubungi aku ya. Akan kuantarkan langsung ke depan pintu."Paula melihat gadis itu masuk ke rumahnya dengan keheranan.Darwin menyentil dahi Paula, lalu berkata sambil
"Aku bukan orang yang nggak berguna sama sekali, mana mungkin bisa dilukai orang sembarangan?" Paula tidak suka terus-menerus dilindungi oleh orang lain. Dulu oleh Rhea, sekarang oleh Darwin, seolah-olah dia memang orang yang tidak berguna."Mana mungkin kamu nggak berguna? Kalau bukan karena kamu, aku sudah lama mundur dari Grup Sasongko karena serangan netizen." Darwin menatap Paula dengan sangat serius. Paula merasa Darwin hanya sedang menghiburnya.Darwin memegang wajah Paula dan menatapnya, "Paula, kamu orang yang hebat. Pengkhianatan dari Keluarga Ignasius nggak bisa mengalahkanmu, kamu adalah gadis terkuat. Anak kita aman dalam kandunganmu karena kamu melindunginya. Kamu adalah ibu yang luar biasa. Karya komikmu sangat populer di internet, kamu adalah pelukis kartun terbaik. Kamu seperti permata yang berkilauan."Paula merasa agak tersipu dipuji Darwin, "Nggak sehebat yang kamu bilang kok.""Pesona unik seseorang nggak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Tapi Paula, kamu harus per
Menghadapi undangan tulus dari Paula, Darwin tentu tidak mungkin menolak. Kejadian gadis yang meminta tolong pada mereka tadi hanya sebuah kebetulan. Namun, telepon dari Wilson ini memang diatur oleh Darwin di waktu yang tepat dan sengaja diperdengarkan pada Paula."Baik," jawab Darwin. Dia mengangguk sambil menatap Paula dengan penuh kasih sayang dan semangat.Paula sibuk membereskan barang-barang yang dikirimkan oleh Rhea. Namun karena pikirannya terlalu fokus pada Darwin, Paula jadi tidak bisa membereskan apa pun pada akhirnya. Melihatnya yang kewalahan, Darwin menahan tangan Paula sambil tertawa, "Kamu mandi dulu saja, ya?"Paula hanya berkata, "Aku cuma mau ambil selimut dan sprei, yang lainnya bisa aku urus besok." Setelah itu, dia buru-buru masuk ke kamar mandi.Setelah selesai mandi, Paula keluar dan melihat bahwa Darwin sudah merapikan tempat tidur. Bukan hanya tempat tidur Paula yang sudah dipersiapkan, tetapi juga kasur untuk dirinya sendiri di lantai. Tempat tinggal Paula a
Jika orang biasa yang berada di posisi seperti itu, mungkin mereka akan menghibur gadis itu dan bahkan menyalahkan Darwin karena bersikap kasar pada wanita. Namun bagi Paula yang sudah terbiasa melihat kemunafikan Aurel selama ini, trik seperti ini tidak akan berguna di hadapannya.Dengan wajah dingin, dia berkata, "Aku sudah lapor polisi."Paula akhirnya mengerti tujuan gadis ini. Ternyata dia sedang mengincar Darwin. Dia sebelumnya mengira gadis itu hanya sekedar pelacur profesional.Gadis itu meringkuk sembari memeluk bahunya dan sengaja memperlihatkan belahan dadanya. "Kak, aku boleh duduk di rumahmu sebentar? Tadi aku terlalu buru-buru keluar ....""Nggak boleh, istriku sedang hamil dan butuh istirahat. Tolong jangan ganggu lagi," kata Darwin tanpa belas kasihan sambil menutup pintu.Paula menghela napas pelan, "Nggak usah pedulikan dia lagi?""Aku sudah panggil satpam untuk mengurusnya," jawab Darwin. Kemudian, dia membawa Paula kembali ke kamar. Setelah mematikan lampu kecil di
Hanya saja, Darwin tahu Freda sangat protektif sampai-sampai bisa bersikap tidak masuk akal. Jika Darwin tidak menunjukkan dirinya sangat menghargai Paula, Freda pasti akan menganggap Paula sebagai orang luar dan mewaspadainya.Lama-kelamaan, di antara Darwin dan Paula pasti akan muncul konflik karena hal ini. Freda menggenggam tangan Paula dan berkata seraya tersenyum lembut, "Oke, aku tahu kamu itu anak yang baik."Freda juga merasa senang Darwin bisa menemukan wanita yang disukainya. Darwin bertanya, "Tadi kamu mau bilang apa?"Freda memukul kepalanya dan menyahut dengan ekspresi cemas, "Keluarga Fonda sudah pindah. Nona Sheila pindah ke kediaman tua dengan alasan rumahnya sudah tua. Entah kenapa, dia berselisih dengan Nyonya Kara sampai-sampai Nyonya Kara pingsan."Darwin yang khawatir bertanya, "Bagaimana kondisi ibuku sekarang?"Paula juga khawatir. Sebelumnya Paula pernah melihat Kara. Dia sudah tua sehingga tidak boleh mengalami syok.Freda menjawab, "Dokter sudah memeriksa Nyo
Paula menggoyang lengan Darwin dan bertanya, "Kamu masih marah? Dia masih muda dan gegabah, untuk apa kamu perhitungan dengannya?"Darwin mendengus, lalu bertanya balik, "Kamu menganggap aku tua?""Aku nggak berani. Pak Sasongko masih muda dan kuat, hal ini nggak perlu diragukan lagi," timpal Paula seraya mengedipkan matanya.Darwin langsung teringat semalam mereka bercinta dengan intens. Dia pun tersenyum. Darwin menjelaskan tindakannya tadi, "Keluarga Sudarmo lebih rumit dari yang kita bayangkan. Kalau Harry terus bertindak gegabah, dia pasti akan celaka dalam waktu singkat."Waktu itu, Darwin setuju Harry masuk ke Grup Sasongko karena kakek Harry memohon pada Terry. Jadi, dia menghormati kakek Harry. Selain itu, Darwin pernah menyelidiki Harry. Dia tahu Harry tidak jahat.Paula langsung memuji, "Aku tahu kamu sangat baik."Mereka pulang ke vila. Freda menyambut mereka dengan ekspresi cemas. Dia melihat Darwin dan tampak ragu-ragu untuk bicara."Ada apa? Bilang saja," ujar Darwin. Di
Jadi, sekarang Darwin tidak mungkin mendepak Harry. Dia hanya ingin menegur Harry agar dia menyadari kenyataannya.Namun, Harry tidak mengetahui hal ini. Dia melihat Darwin menelepon Wilson dan menyuruhnya mencari orang lain untuk mengambil alih proyek ini. Harry pun panik.Darwin sudah memutuskan untuk mengabaikan Keluarga Sudarmo dan mendepaknya dari Grup Sasongko. Ketika Harry baru masuk ke Spirit Animation, dia terus membuat masalah.Meskipun begitu, Darwin tetap membantu Harry. Jadi, Harry menganggap Darwin tidak berani menyinggung Keluarga Sudarmo dan memecatnya.Sekarang Harry baru menyadari kali ini Darwin benar-benar ingin mendepaknya. Dia menarik lengan baju Darwin dan memohon, "Aku memang salah. Aku mohon beri aku kesempatan lagi.""Apa?" tanya Darwin yang berpura-pura tidak mendengar ucapan Harry.Harry merasa dipermalukan. Namun, dia tetap membungkuk dan menegaskan, "Aku mohon beri aku kesempatan lagi."Paula berdeham. Dia memperingatkan Darwin agar tidak terlalu berlebiha
Melihat Paula marah, Harry bergegas mengejar Paula dan memelas, "Maaf, aku salah. Kalau kamu nggak mau bergabung dengan Light Animation, kita tetap bekerja di Spirit Animation. Kamu nggak akan meninggalkan proyek ini, 'kan?"Walaupun Harry agak posesif terhadap Paula, dia tetap mementingkan proyek. Harry tidak ingin menghancurkan proyek karena masalah pribadi. Dia yakin Paula mempunyai pemikiran yang sama dengannya.Hanya saja, Harry mengabaikan Darwin. Sebenarnya Darwin adalah orang yang bisa menentukan nasib proyek.Sebelum Paula menjawab pertanyaan Harry, Darwin berujar dengan dingin, "Tentu saja Paula nggak akan meninggalkan proyek ini. Tapi, kamu nggak usah bekerja di Spirit Animation lagi.""Kenapa?" tanya Harry dengan ketus.Harry tersenyum sinis dan bertanya balik, "Menurutmu?"Darwin merupakan bos dari Spirit Animation, jadi dia bisa memecat Harry. Apa Harry tidak bisa menduganya?Harry baru memahami maksud Darwin. Dia mulai panik karena dirinya sudah berjuang untuk proyek ini
Harry tidak menutupinya. Dia langsung menjawab, "Light Animation."Darwin mengangkat alis, sepertinya dia tidak pernah mendengar perusahaan animasi ini. Paula juga demikian, dia bertanya, "Itu perusahaan baru?"Harry mengangguk seraya menyahut, "Aku pernah bertemu penanggung jawab mereka. Dia sangat kreatif. Lebih cocok untuk perkembangan proyek kita daripada Grup Sasongko.""Siapa nama penanggung jawab itu?" tanya Darwin."Henley," jawab Harry. Awalnya dia memang ingin membahas hal ini dengan Paula. Jadi, dia tidak berniat menutupinya."Apa orang itu berasal dari luar negeri?" tanya Paula sembari mengernyit. Dia curiga Harry ditipu.Harry menggeleng dan menjawab, "Bukan."Paula yang cemas bertanya lagi, "Sejak kapan kamu kenal dia? Kamu sudah tunjukkan sketsaku kepadanya?"Harry segera menyahut, "Tentu saja belum. Aku juga nggak bodoh. Aku baru kenal dia semalam."Paula yang merasa tidak berdaya melihat Tristan, kenapa dia tidak membujuk Harry? Tristan berucap, "Aku sudah membujuknya.
Darwin menatap Paula dengan ekspresi tak berdaya, tetapi penuh kasih. Dia menghela napas sebelum membalas, "Aku ikut denganmu. Kamu nggak akan keberatan, 'kan?""Tentu saja nggak. Kamu bos perusahaan, nggak ada rahasia yang kamu nggak boleh tahu," jawab Paula dengan gembira, lalu beranjak ke kamar tidur untuk ganti baju.Setelah keduanya siap dan makan siang, mereka pergi ke kafe yang sudah disepakati. Ketika mereka tiba, Harry dan Tristan sudah menunggu lebih dari satu jam.Bukan karena Paula terlambat, tetapi karena Harry yang terlalu bersemangat. Dia tiba-tiba mendapat ide baru yang ingin segera dibagikan kepada Paula.Itu sebabnya, ketika Paula masuk dengan Darwin yang memakai masker, dia hanya melihat wanita itu dan langsung mendekatinya dengan penuh semangat.Harry bahkan meraih tangannya. Akan tetapi, Darwin segera memutar tangannya ke belakang dan mendorongnya menjauh."Siapa kamu? Mau apa?" tanya Harry yang menatap Darwin dengan marah. Beberapa saat kemudian, dia cemberut dan
Untuk beberapa saat, Paula tidak mendengar respons dari Darwin. Ketika menoleh, dia melihat ekspresi Darwin sedikit aneh seperti sedang kesal sendiri.Paula menyentuh dagunya sambil bertanya, "Kenapa? Kok kelihatannya nggak senang?"Darwin memandangnya dengan tatapan kecewa. Pria itu bertanya, "Kamu sama sekali nggak punya impian tentang pernikahan ya?"Meskipun tidak bisa mengumumkan hubungan ini dan tidak bisa mengadakan pesta pernikahan, mereka sudah menikah dan resmi menjadi suami istri.Bukankah seharusnya ada antusiasme untuk membeli cincin, foto bersama, atau rencana bulan madu? Menurut Darwin, biasanya wanita yang jatuh cinta pasti punya harapan-harapan seperti itu.Mata Paula berkedip cepat dan menyiratkan sedikit kebingungan. Bukannya antusias, pernikahan lebih membuatnya cemas, takut, dan merasa bakal ada banyak masalah.Paula bahkan sudah membayangkan bagaimana nanti harus menghindari sorotan media, menghadapi wanita yang mengejar Darwin, dan menghadap keluarganya.Darwin t
Paula sudah punya firasat tentang dua buku kecil itu. Saat mengambilnya, tangannya sedikit bergetar.Ketika membuka dan melihat foto dirinya dan Darwin di halaman dalam, bibir Paula tak bisa menahan senyum. Darwin terus mengamati ekspresi Paula. Melihat dia tidak marah, hatinya merasa lega.Darwin menjelaskan, "Sebenarnya aku mau membawamu ke Kantor Catatan Sipil. Tapi, Wilson malah mengambil keputusan sendiri ...."Sebelum selesai bicara, tiba-tiba Darwin merasakan sentuhan hangat di bibirnya. Dia sontak menahan kepala Paula dan memperdalam ciuman itu.Setelah mereka berhenti, Darwin menatap mata Paula yang sedikit berkaca-kaca. Hatinya terasa begitu hangat.Darwin tiba-tiba berucap, "Makasih."Paula menyandarkan diri di dada bidang Darwin. Dia bertanya sambil tersenyum, "Untuk apa?"Darwin menjelaskan dengan serius, "Makasih karena kamu hadir dalam hidupku. Makasih karena kamu kasih aku kesempatan untuk berada di sisimu. Makasih karena kamu nggak menolak untuk menikah denganku ...."
Wilson merasa ada masalah dengan pikiran wanita itu. Dia mencoba menghentikan Fanny sambil mendesak para pengawal untuk segera datang.Begitu disentuh, Fanny langsung terjatuh ke jalan. Bahkan, sesaat kemudian wajahnya sudah penuh dengan luka memar. Untuk menjebak orang, dia benar-benar tega menyakiti dirinya sendiri.Para pengawal yang melihat pemandangan ini pun terkejut. Dalam kesan mereka, Wilson selalu lembut dan sopan. Kalau ada yang perlu dipukul, seharusnya itu tugas mereka, 'kan?"Cepat bawa orang ini pergi!" pinta Wilson dengan tidak sabar. Dia juga mengingatkan para pengawal, "Hati-hati, dia bawa kamera tersembunyi."Mendengar ini, salah satu pengawal langsung meraih kancing baju Fanny untuk memeriksanya. Wanita itu segera meronta-ronta sambil berseru, "Pelecehan! Tolong, ada pelecehan!"Pada saat yang sama, pintu vila terbuka. Paula muncul dengan ekspresi bingung ketika melihat semua keributan di luar.Awalnya, Paula hanya ingin ke toilet. Berhubung mendengar suara bel yang