Charlie memelototi Martin dengan kesal. Sementara itu, Martin menikmati kopinya sambil menceritakan tentang hubungan profesor itu dengan Paula.Di sisi lain, Paula yang sedang mereka bicarakan akhirnya tiba di depan gedung Grup Sasongko. Sesudah melangkah masuk, dia malah mendapati resepsionis yang menatapnya dengan ekspresi suram.Paula sontak menepuk dahinya. Dia teringat pada adegan di novel dan drama. Tokoh utama wanita membawa kotak makanan ke perusahaan untuk menemui tokoh utama pria, tetapi para staf malah mengejek dan merendahkannya.Paula segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Darwin, ingin menyuruhnya mengutus seseorang untuk membawanya naik. Nahasnya, Darwin malah tidak menjawab panggilan."Permisi, aku mau cari ...." Sebelum Paula menyelesaikan ucapannya, seorang wanita yang memakai pakaian profesional dengan rambut panjang bergelombang menyela, "Sudah datang belum?"Resepsionis itu pun melirik Paula sekilas, lalu melirik wanita itu lagi. Wanita itu segera mengalihka
Di ruang rapat Grup Sasongko, para petinggi duduk diam tanpa berani bersuara sedikit pun. Semuanya bisa merasakan sorot mata tajam Darwin yang melirik ke sekeliling, tetapi tidak ada satu pun yang berani bertatapan dengannya.Bagaimanapun, mereka sempat meremehkan Darwin yang baru kembali dari luar negeri. Menurut mereka, Darwin masih membutuhkan bimbingan mereka untuk mengelola perusahaan sebesar ini.Ketika Darwin difitnah oleh seluruh internet, tidak ada satu pun dari mereka yang maju untuk membantu. Beberapa dari mereka bahkan membuat suasana makin ricuh dan ingin mempersulitnya.Asalkan terjadi sesuatu pada Darwin, Grup Sasongko akan terpecah menjadi beberapa bagian. Ini karena anggota Keluarga Sasongko lainnya tidak tertarik untuk mengurus perusahaan.Tanpa diduga, Darwin malah memenangkan pertarungan ini. Banyak yang dilengserkan dari jabatan, apalagi para petinggi ini tahu betul kesalahan apa yang telah mereka lakukan."Kalian semua adalah senior Grup Sasongko. Aku baru mengamb
Tina membelalakkan matanya sambil melambaikan tangan. "Kalian jangan bicara sembarangan. Aku dan Pak Darwin nggak punya hubungan apa pun!""Lalu kenapa Pak Darwin langsung pergi setelah kamu memanggilnya nanti?""Pacarnya datang, tentu saja dia langsung pergi." Tina melirik tajam kepada orang yang bertanya. Dia paham bahwa orang-orang ini memang oportunis. Dulu mereka meremehkan orang-orang dari kantor sekretaris. Sekarang setelah ditertibkan Darwin, mereka malah berusaha mendekatinya."Pacar Pak Darwin siapa?" tanya seorang eksekutif dengan penasaran.Tina mendengus dingin, "Kalau mau tahu, lihat saja sendiri."Para eksekutif itu pun melirik ke arah kantor Darwin. Siapa pun yang nekat mengintip, sudah bisa dipastikan tidak akan bisa bertahan hidup lagi di ibu kota ini.Saat ini, di dalam kantor.Paula membuka kotak makanan, lalu mengeluarkan hidangan satu per satu dan menatanya di meja makan. Wilson menelan ludah mencium aroma makanan itu. Dia telah sibuk sepanjang sore dan belum maka
Wilson tersadar, lalu buru-buru menarik pandangannya. "Lambung Pak Darwin kurang sehat. Kalau Pak Darwin suka makan bubur masakan Bu Paula, gimana kalau ...."Beberapa hari ini Darwin benar-benar sibuk hingga lupa makan. Dua hari yang lalu, dia terkena sakit maag hingga berkeringat dingin. Setelah itu pun, dia tetap saja tidak mau makan dengan teratur. Jika ada Paula yang menasihatinya, mungkin akan lebih baik.Namun, Darwin tidak berpikir demikian. Dia melemparkan tatapan dingin pada Wilson dan menolak usulnya."Kata dokter, kalau nggak rawat lambung Anda dengan baik. Kelak akan muncul masalah besar ...." Wilson terlihat seperti sedang berdebat dengan Darwin, tapi sebenarnya dia sedang melihat ke arah Paula.Sesuai dugaan, Paula langsung mengernyit dengan khawatir saat mendengar lambung Darwin bermasalah. "Pekerjaan memang penting, tapi kesehatan lebih penting," ujarnya menasihati.Setelah berkata demikian, Paula merasa dirinya telah melewati batas. Dia mengalihkan pandangannya dengan
"Kuumumkan dengan tegas, mulai sekarang, calon Nyonya Grup Sasongko itu adalah pembawa keberuntungan bagi kita semua!""Tuhan memberkati. Pak Darwin akhirnya jadi manusia biasa juga!""Pak Wilson, coba beri tahu kami, siapa orang itu? Kami harus menyanjungnya dengan hangat ke depannya!"Wilson yang berdiri di tengah-tengah para sekretaris tersenyum penuh makna. Setelah menatap Tina sekilas, Wilson berkata, "Rasa penasaran bisa membunuhmu.""Ya, mana mungkin pacar Pak Darwin bisa kita temui seenaknya?""Mulai sekarang, Nyonya Sasongko itu adalah dewi penyelamat kita. Kita harus melindungi posisinya!"Dibandingkan dengan suasana di kantor sekretaris yang ramai, suasana di dalam lift justru terkesan sangat hening. Sejak Darwin merapikan maskernya tadi, wajah Paula masih tersipu sampai sekarang. Dia melirik ke arah kamera pengawas sekilas, lalu bergerak mundur untuk menjaga jarak dengan Darwin.Darwin mengulurkan lengannya, lalu menarik Paula ke sampingnya. "Kenapa?""Ini masih di kantor,
Sampai ketika mereka memasuki mobil, wajah Paula masih terasa panas. Dia menggerutu dengan kesal, "Semua orang sudah lihat.""Memangnya aku begitu memalukan ya?" Darwin mencubit pipi Paula saat mendengar keluhannya itu.Paula menyingkirkan tangannya. "Lain kali suruh bibi pembantu saja yang antarkan makanan untukmu.""Ya, dulu memang bibi pembantu yang antar makanan untukku," jawab Darwin sembari menatapnya. Dia ingin mengatakan bahwa dulu memang bibi pembantu yang mengantarkan makanan, makanya dia sampai sakit maag karena tidak makan."Aku sedang hamil tahu?" ujar Paula sembari memegang perutnya. Dia masih merasa agak keberatan karena dikerumuni orang seperti itu tadi."Nggak perlu kamu yang antarkan, asalkan kamu temani aku makan saja sudah cukup." Darwin memasangkan sabuk pengaman pada Paula, lalu menyalakan mesin mobilnya.Setelah panas di wajahnya mulai mereda, Paula menjulurkan kepalanya dan bertanya dengan penasaran, "Akhir-akhir ini aku bakal kerja di rumah, mau gimana temani k
Darwin tidak menggubrisnya. Tangannya semakin erat memeluk Paula. Setibanya di bawah apartemen, Paula bertanya dengan kaget, "Ternyata kita tinggal di unit yang sama? Gimana kalau kami antarkan langsung?""Boleh?" Gadis itu mendongak menatap Darwin sejenak, lalu meringkuk ketakutan. Setelah itu, dia berkata dengan berpura-pura tegar, "Lupakan saja, jangan buat Kakak ini repot."Paula menoleh melihat ke jalanan yang baru saja mereka lewati tadi. Di sana masih ada beberapa pemuda yang membawa anjing sambil mengobrol. Tidak mungkin para pemuda itu mengikuti gadis ini dengan terang-terangan, 'kan? Anjing yang dibawa para pemuda itu berukuran besar."Mana temanmu?" tanya Paula tiba-tiba.Gadis itu menunjukkan ruang obrolan di ponselnya kepada Paula. "Dia tinggal di unit sebelah, mungkin sebentar lagi sampai."Secepat apa pun temannya tiba, tetap saja lebih praktis jika mereka yang mengantarkannya. Apalagi, saat gadis itu menunjukkan ponselnya pada Paula tadi, Paula melihat sebuah pesan yang
"Benar katamu. Anak-anak memang nggak punya aura seperti pacarmu ini. Mirip CEO muda di novel-novel," balas gadis itu. Bukannya kesal dengan ucapan Paula, dia justru mengangguk setuju dan melirik Darwin beberapa kali.Ting! Pintu lift akhirnya terbuka.Gadis itu berjalan sambil melompat kecil ke hadapan Darwin untuk mengajaknya mengobrol. Namun, Darwin hanya mengabaikannya dan berjalan ke depan pintu rumah Paula. Dengan sorot mata yang tidak sabaran, dia menyuruh Paula untuk segera membuka pintu."Pulanglah, sudah nggak apa-apa sekarang." Paula berpamitan dengan gadis itu sambil tetap tersenyum.Gadis itu mengangguk dengan senang hati. Sebelum masuk rumahnya, gadis itu melompat kecil dan berbisik di telinga Paula, "Kak, aku ngerti kok. Mahasiswa muda pasti lebih menggiurkan daripada pria tua. Kalau butuh sesuatu, langsung hubungi aku ya. Akan kuantarkan langsung ke depan pintu."Paula melihat gadis itu masuk ke rumahnya dengan keheranan.Darwin menyentil dahi Paula, lalu berkata sambil