Sebelum Darwin bersuara, Paula menambahkan dengan tegas, "Kalau kamu nggak setuju, anggap saja kita nggak pernah punya hubungan apa pun."Wajah Darwin tampak ragu-ragu untuk sesaat. Pada akhirnya, dia menyunggingkan senyuman lebar yang berbeda dari biasanya. "Oke, aku setuju.""Kalau begitu, kembalikan tasku. Kamu sudah boleh kembali bekerja," ujar Paula yang menjulurkan tangannya.Darwin tidak menyerahkan tas itu, melainkan menjulurkan tangan dan berpegangan tangan dengan Paula. Dia menarik Paula ke hadapannya, lalu berkata, "Paula, jangan menipuku.""Aku nggak menipumu kok. Sudahlah, kita sama-sama naik," sahut Paula. Begitu menyingkirkan kecemasannya, Paula mendapati dirinya tidak bisa tahan dengan nada bicara Darwin yang begitu lembut. Dia merasa dirinya sudah tergila-gila pada pria tampan ini.Darwin juga menyadari hal ini. Itu sebabnya, dia menurunkan harga dirinya dan menggunakan cara seperti itu untuk membuat Paula mengakui hubungan mereka.Apartemen yang disewa Paula memiliki
Paula tahu bahwa dirinya sudah sah menjadi pacar Darwin. Itu artinya, dia bisa bertindak sesuka hatinya.Darwin termangu sesaat. Kemudian, dia merangkul pinggang Paula dan berbisik, "Kuberikan seluruh jiwa dan ragaku kepadamu."Paula membenamkan wajahnya di pelukan Darwin dan tidak bisa menahan tawa. Ternyata seperti ini rasanya jatuh cinta. Manis seperti madu.Darwin tidak bisa berlama-lama di apartemen itu karena ditelepon Wilson. Sebelum pergi, Darwin menatap Paula dengan tidak rela dan berkata, "Telepon aku kalau butuh sesuatu."Hanya beberapa orang yang tahu nomor pribadi Darwin. Paula mengangguk, merasa Darwin terlalu berlebihan. Dia melambaikan tangannya dan berkata, "Sudahlah, Wilson sudah menunggumu sejak tadi."Paula bisa mendengar nada bicara Wilson yang panik barusan. Darwin pun mencubit pipi Paula, lalu baru melepas tangannya setelah Paula merasa sakit.Setelah meninggalkan apartemen, Darwin menyuruh Wilson memberi tahu Rhea tentang Paula yang pindah apartemen. Sekitar 10
"Kalau Paman Darwin meneleponmu dan tanya aku di mana, jangan beri tahu dia. Entah sihir apa yang diberikan Charlie kepada pamanku. Dia selalu memihak pada Charlie!" keluh Rhea.Paula mengelus keningnya dan membatin, 'Pamanmu mungkin sudah tahu kamu mencariku sejak awal.'"Baiklah, aku mendukung semua keputusanmu," ujar Paula. Lagi pula, masalah perasaan hanya bisa dinilai secara pribadi. Nasihat yang diberikan orang lain tidak akan ada gunanya.Itu sebabnya, Paula tidak berniat menjelaskan panjang lebar kepada Rhea. Tidak peduli sebesar apa cinta Charlie kepada Rhea, cinta itu tidak akan bermakna jika Charlie tidak menunjukkannya."Aku tahu kamu yang terbaik. Muah!" Rhea bukan orang yang berlarut-larut dalam kekesalan. Tadi dia memang marah, tetapi sekarang suasana hatinya sudah membaik. Melihat sahabatnya ini gembira, Paula tentu merasa gembira juga.Setengah jam kemudian, Rhea tiba di apartemen Paula. Rhea mengamati sekeliling, lalu berucap, "Dekorasinya bagus juga. Sayangnya, tempa
"Hm, ada kemungkinan seperti itu. Paman Darwin sangat sibuk belakangan ini. Kalau aku merepotkannya, dia mungkin akan menghajarku sampai mati." Rhea tak kuasa bergidik saat teringat pada ekspresi dingin Darwin.Darwin selalu sibuk. Setelah mendengar ucapan Rhea, Paula pun tidak berani mengganggunya lagi. Teman Rhea yang membuka bar ini. Lingkungannya cukup tenang dan tujuan mereka adalah merilekskan diri, jadi seharusnya tidak akan ada masalah.Keduanya tiba di bar. Rhea tahu Paula tidak suka lingkungan yang bising serta bau rokok dan bau alkohol. Jadi, dia membawa Paula ke sebuah ruang privat dengan melewati jalur khusus.Di sini, musik tidak terlalu keras sehingga Paula tidak merasa terlalu terganggu. Rhea yang penuh semangat hendak memesan minuman. Dia bertanya, "Paula, kamu mau minum apa? Wiski?""Aku minum air saja," sahut Paula sambil menggeleng.Paula menjadi agak trauma dengan alkohol sekarang. Bagaimanapun, dia pernah berhubungan intim dengan Darwin karena ada yang meracuni mi
Darwin terdiam sesaat sebelum bertanya lagi, "Kamu bersama Rhea?"Jantung Paula hampir copot saat Darwin terdiam barusan. Dia mengiakan. "Ya."Paula melirik Rhea sekilas. Ketika melihat wanita itu bersandar dengan lemas di tubuh model pria, Paula merasa sangat pusing."Alamat," ujar Darwin dengan singkat. Dari nada bicara Darwin, Paula bisa menilai bahwa pria ini kelelahan. Namun, dia tidak bisa memberi tahu Darwin lokasi mereka."Aku bisa mengantar Rhea pulang sendirian," ucap Paula dengan lirih.Darwin segera menyadari ada yang tidak beres. Dia bertanya dengan dingin, "Kalian di mana?"Paula tidak ingin berbohong, tetapi juga tidak ingin menjawab pertanyaan Darwin. Jadi, dia hanya terdiam.Tiba-tiba, terdengar suara Wilson di ujung telepon. "Pak, cepat makan. Makanannya dingin nanti. Kamu belum makan seharian. Nanti sakit maag."Paula mengernyit mendengarnya. Kemudian, dia segera terpikir akan sebuah ide. "Rhea lagi masak. Gimana kalau kami mengantarnya ke tempatmu nanti?"Rhea seket
Sayangnya, Darwin tidak akan luluh dengan bujukan seperti ini. Dia justru berkata dengan wajah yang makin dingin, "Rhea sangat menderita karena kamu. Kamu harus membayar semuanya dulu. Kalau nggak, kamu nggak pantas membahas masalah Rhea denganku."Kalau bukan karena melihat Charlie berjuang di tengah-tengah kekacauan Keluarga Bakrie selama bertahun-tahun demi bisa mengejar Rhea secara terang-terangan, Darwin pasti sudah melarang pria ini mendekati Rhea.Wajah Charlie tampak murung. Dia gagal mendapatkan informasi apa pun tentang Rhea. Usahanya pun sia-sia.Charlie masih ingin berbicara, tetapi Wilson segera menghentikannya, "Pak Darwin sudah beberapa malam nggak tidur. Kalau Bu Paula terkejut melihatmu di sini, Pak Darwin pasti nggak bisa tidur lagi malam ini. Banyak urusan yang harus ditangani di perusahaan. Gawat kalau Pak Darwin sakit."Jika Keluarga Sasongko mengalami masalah, Rhea juga akan terkena imbasnya. Charlie pun menarik rambutnya dengan gusar dan tak kuasa membenci Elise.
Charlie tidak melihat pesan yang tidak dikirim oleh Elise lagi. Dia menyuruh sopir mengemudikan mobil ke bar itu.Saat ini, Charlie merasa sangat bersyukur karena menanyakan keberadaan Rhea kepada Darwin dan bukan langsung bertanya kepada Elise. Jika tidak, Rhea pasti akan merasa sangat kesal padanya yang seolah-olah datang ke bar untuk menangkap basah perselingkuhan.Begitu Rhea marah, wanita itu pasti akan mengejar senior itu untuk membenarkan fitnahan Charlie. Harus diakui, kecemasan Charlie ini memang masuk akal.Di dalam bar, Paula mengakhiri panggilan Darwin dan menyuruh manajer bar untuk menyiapkan bahan masakan. Dia memutuskan untuk memasak di sini. Bagaimanapun, waktunya tidak akan sempat jika mereka harus pulang dan membeli bahan masakan lagi.Manajer itu kebingungan sesaat. Dia berkata, "Tapi, ini bar."Paula pun bertanya dengan heran, "Memangnya nggak ada dapur di bar?""Bukan begitu, tapi ini bar!" Memangnya siapa yang datang ke bar untuk memasak?"Jangan basa-basi, cepat
Rhea mengerlingkan matanya dengan kesal, lalu melemparkan uang 200 ribu dan berkata, "Kembaliannya untukmu saja."Martin pun mengangguk. Sesaat kemudian, dia membelikan Rhea sebungkus pembalut dan sebuah celana."Merek apa ini? Bisa dipakai nggak? Kamu beli celana ini di mana? Aku nggak pernah melihat celana sejelek ini," keluh Rhea yang tidak tahu diri.Martin mengerlingkan matanya dan membalas dengan tidak acuh, "Terserah mau pakai atau nggak."Rhea sebenarnya sudah memesan kurir untuk mengantarkan beberapa barang itu. Ketika melihat Martin yang tersipu, dia pun memilih untuk memakai pemberian Martin.Alhasil, malam itu juga, Rhea mengalami alergi! Sesuai dugaannya, yang dibeli Martin memang barang murahan!Sejak saat itu, Rhea sering menyuruh Martin melakukan sesuatu. Setiap kali, Rhea akan memberinya bayaran mahal dan Martin tidak pernah menolak.Tidak berselang lama, muncul rumor tentang hubungan Rhea dengan Martin di sekolah. Charlie pun sering berdebat dengan Rhea karena masalah