"Tujuan bekerja adalah untuk memiliki kehidupan yang layak. Kalau mengabaikan bagian penting dari kehidupan demi bekerja, bukankah jadi nggak masuk akal?" sahut Darwin. Ketika melihat Paula mengikutinya dengan tergesa-gesa, dia pun melambatkan langkah kakinya. Setelah Paula berdiri di sampingnya, dia baru berjalan dengan kecepatan normal."Memangnya sepenting itu?" gumam Paula dengan lirih.Darwin yang mendengarnya pun mengiakan, lalu berbalik dan menatap Paula dengan mata berbinar-binar. Dia membalas dengan sungguh-sungguh, "Sangat penting."Paula tidak akan pernah melupakan adegan ini. Darwin memanggul ransel bermotif kartun sambil berjalan di bawah sinar matahari terbenam. Pria itu menatapnya mengatakan bahwa dirinya sangat penting.Cahaya matahari yang berwarna keemasan membuat tatapan Darwin terlihat makin mendalam. Hati Paula bergetar melihatnya. Dia tidak berani bertatapan dengan Darwin, lalu berjalan cepat supaya menjaga jarak dengannya.Darwin mengejarnya dan bertanya, "Gimana
Sebelum Darwin bersuara, Paula menambahkan dengan tegas, "Kalau kamu nggak setuju, anggap saja kita nggak pernah punya hubungan apa pun."Wajah Darwin tampak ragu-ragu untuk sesaat. Pada akhirnya, dia menyunggingkan senyuman lebar yang berbeda dari biasanya. "Oke, aku setuju.""Kalau begitu, kembalikan tasku. Kamu sudah boleh kembali bekerja," ujar Paula yang menjulurkan tangannya.Darwin tidak menyerahkan tas itu, melainkan menjulurkan tangan dan berpegangan tangan dengan Paula. Dia menarik Paula ke hadapannya, lalu berkata, "Paula, jangan menipuku.""Aku nggak menipumu kok. Sudahlah, kita sama-sama naik," sahut Paula. Begitu menyingkirkan kecemasannya, Paula mendapati dirinya tidak bisa tahan dengan nada bicara Darwin yang begitu lembut. Dia merasa dirinya sudah tergila-gila pada pria tampan ini.Darwin juga menyadari hal ini. Itu sebabnya, dia menurunkan harga dirinya dan menggunakan cara seperti itu untuk membuat Paula mengakui hubungan mereka.Apartemen yang disewa Paula memiliki
Paula tahu bahwa dirinya sudah sah menjadi pacar Darwin. Itu artinya, dia bisa bertindak sesuka hatinya.Darwin termangu sesaat. Kemudian, dia merangkul pinggang Paula dan berbisik, "Kuberikan seluruh jiwa dan ragaku kepadamu."Paula membenamkan wajahnya di pelukan Darwin dan tidak bisa menahan tawa. Ternyata seperti ini rasanya jatuh cinta. Manis seperti madu.Darwin tidak bisa berlama-lama di apartemen itu karena ditelepon Wilson. Sebelum pergi, Darwin menatap Paula dengan tidak rela dan berkata, "Telepon aku kalau butuh sesuatu."Hanya beberapa orang yang tahu nomor pribadi Darwin. Paula mengangguk, merasa Darwin terlalu berlebihan. Dia melambaikan tangannya dan berkata, "Sudahlah, Wilson sudah menunggumu sejak tadi."Paula bisa mendengar nada bicara Wilson yang panik barusan. Darwin pun mencubit pipi Paula, lalu baru melepas tangannya setelah Paula merasa sakit.Setelah meninggalkan apartemen, Darwin menyuruh Wilson memberi tahu Rhea tentang Paula yang pindah apartemen. Sekitar 10
"Kalau Paman Darwin meneleponmu dan tanya aku di mana, jangan beri tahu dia. Entah sihir apa yang diberikan Charlie kepada pamanku. Dia selalu memihak pada Charlie!" keluh Rhea.Paula mengelus keningnya dan membatin, 'Pamanmu mungkin sudah tahu kamu mencariku sejak awal.'"Baiklah, aku mendukung semua keputusanmu," ujar Paula. Lagi pula, masalah perasaan hanya bisa dinilai secara pribadi. Nasihat yang diberikan orang lain tidak akan ada gunanya.Itu sebabnya, Paula tidak berniat menjelaskan panjang lebar kepada Rhea. Tidak peduli sebesar apa cinta Charlie kepada Rhea, cinta itu tidak akan bermakna jika Charlie tidak menunjukkannya."Aku tahu kamu yang terbaik. Muah!" Rhea bukan orang yang berlarut-larut dalam kekesalan. Tadi dia memang marah, tetapi sekarang suasana hatinya sudah membaik. Melihat sahabatnya ini gembira, Paula tentu merasa gembira juga.Setengah jam kemudian, Rhea tiba di apartemen Paula. Rhea mengamati sekeliling, lalu berucap, "Dekorasinya bagus juga. Sayangnya, tempa
"Hm, ada kemungkinan seperti itu. Paman Darwin sangat sibuk belakangan ini. Kalau aku merepotkannya, dia mungkin akan menghajarku sampai mati." Rhea tak kuasa bergidik saat teringat pada ekspresi dingin Darwin.Darwin selalu sibuk. Setelah mendengar ucapan Rhea, Paula pun tidak berani mengganggunya lagi. Teman Rhea yang membuka bar ini. Lingkungannya cukup tenang dan tujuan mereka adalah merilekskan diri, jadi seharusnya tidak akan ada masalah.Keduanya tiba di bar. Rhea tahu Paula tidak suka lingkungan yang bising serta bau rokok dan bau alkohol. Jadi, dia membawa Paula ke sebuah ruang privat dengan melewati jalur khusus.Di sini, musik tidak terlalu keras sehingga Paula tidak merasa terlalu terganggu. Rhea yang penuh semangat hendak memesan minuman. Dia bertanya, "Paula, kamu mau minum apa? Wiski?""Aku minum air saja," sahut Paula sambil menggeleng.Paula menjadi agak trauma dengan alkohol sekarang. Bagaimanapun, dia pernah berhubungan intim dengan Darwin karena ada yang meracuni mi
Darwin terdiam sesaat sebelum bertanya lagi, "Kamu bersama Rhea?"Jantung Paula hampir copot saat Darwin terdiam barusan. Dia mengiakan. "Ya."Paula melirik Rhea sekilas. Ketika melihat wanita itu bersandar dengan lemas di tubuh model pria, Paula merasa sangat pusing."Alamat," ujar Darwin dengan singkat. Dari nada bicara Darwin, Paula bisa menilai bahwa pria ini kelelahan. Namun, dia tidak bisa memberi tahu Darwin lokasi mereka."Aku bisa mengantar Rhea pulang sendirian," ucap Paula dengan lirih.Darwin segera menyadari ada yang tidak beres. Dia bertanya dengan dingin, "Kalian di mana?"Paula tidak ingin berbohong, tetapi juga tidak ingin menjawab pertanyaan Darwin. Jadi, dia hanya terdiam.Tiba-tiba, terdengar suara Wilson di ujung telepon. "Pak, cepat makan. Makanannya dingin nanti. Kamu belum makan seharian. Nanti sakit maag."Paula mengernyit mendengarnya. Kemudian, dia segera terpikir akan sebuah ide. "Rhea lagi masak. Gimana kalau kami mengantarnya ke tempatmu nanti?"Rhea seket
Sayangnya, Darwin tidak akan luluh dengan bujukan seperti ini. Dia justru berkata dengan wajah yang makin dingin, "Rhea sangat menderita karena kamu. Kamu harus membayar semuanya dulu. Kalau nggak, kamu nggak pantas membahas masalah Rhea denganku."Kalau bukan karena melihat Charlie berjuang di tengah-tengah kekacauan Keluarga Bakrie selama bertahun-tahun demi bisa mengejar Rhea secara terang-terangan, Darwin pasti sudah melarang pria ini mendekati Rhea.Wajah Charlie tampak murung. Dia gagal mendapatkan informasi apa pun tentang Rhea. Usahanya pun sia-sia.Charlie masih ingin berbicara, tetapi Wilson segera menghentikannya, "Pak Darwin sudah beberapa malam nggak tidur. Kalau Bu Paula terkejut melihatmu di sini, Pak Darwin pasti nggak bisa tidur lagi malam ini. Banyak urusan yang harus ditangani di perusahaan. Gawat kalau Pak Darwin sakit."Jika Keluarga Sasongko mengalami masalah, Rhea juga akan terkena imbasnya. Charlie pun menarik rambutnya dengan gusar dan tak kuasa membenci Elise.
Charlie tidak melihat pesan yang tidak dikirim oleh Elise lagi. Dia menyuruh sopir mengemudikan mobil ke bar itu.Saat ini, Charlie merasa sangat bersyukur karena menanyakan keberadaan Rhea kepada Darwin dan bukan langsung bertanya kepada Elise. Jika tidak, Rhea pasti akan merasa sangat kesal padanya yang seolah-olah datang ke bar untuk menangkap basah perselingkuhan.Begitu Rhea marah, wanita itu pasti akan mengejar senior itu untuk membenarkan fitnahan Charlie. Harus diakui, kecemasan Charlie ini memang masuk akal.Di dalam bar, Paula mengakhiri panggilan Darwin dan menyuruh manajer bar untuk menyiapkan bahan masakan. Dia memutuskan untuk memasak di sini. Bagaimanapun, waktunya tidak akan sempat jika mereka harus pulang dan membeli bahan masakan lagi.Manajer itu kebingungan sesaat. Dia berkata, "Tapi, ini bar."Paula pun bertanya dengan heran, "Memangnya nggak ada dapur di bar?""Bukan begitu, tapi ini bar!" Memangnya siapa yang datang ke bar untuk memasak?"Jangan basa-basi, cepat
Hanya saja, Darwin tahu Freda sangat protektif sampai-sampai bisa bersikap tidak masuk akal. Jika Darwin tidak menunjukkan dirinya sangat menghargai Paula, Freda pasti akan menganggap Paula sebagai orang luar dan mewaspadainya.Lama-kelamaan, di antara Darwin dan Paula pasti akan muncul konflik karena hal ini. Freda menggenggam tangan Paula dan berkata seraya tersenyum lembut, "Oke, aku tahu kamu itu anak yang baik."Freda juga merasa senang Darwin bisa menemukan wanita yang disukainya. Darwin bertanya, "Tadi kamu mau bilang apa?"Freda memukul kepalanya dan menyahut dengan ekspresi cemas, "Keluarga Fonda sudah pindah. Nona Sheila pindah ke kediaman tua dengan alasan rumahnya sudah tua. Entah kenapa, dia berselisih dengan Nyonya Kara sampai-sampai Nyonya Kara pingsan."Darwin yang khawatir bertanya, "Bagaimana kondisi ibuku sekarang?"Paula juga khawatir. Sebelumnya Paula pernah melihat Kara. Dia sudah tua sehingga tidak boleh mengalami syok.Freda menjawab, "Dokter sudah memeriksa Nyo
Paula menggoyang lengan Darwin dan bertanya, "Kamu masih marah? Dia masih muda dan gegabah, untuk apa kamu perhitungan dengannya?"Darwin mendengus, lalu bertanya balik, "Kamu menganggap aku tua?""Aku nggak berani. Pak Sasongko masih muda dan kuat, hal ini nggak perlu diragukan lagi," timpal Paula seraya mengedipkan matanya.Darwin langsung teringat semalam mereka bercinta dengan intens. Dia pun tersenyum. Darwin menjelaskan tindakannya tadi, "Keluarga Sudarmo lebih rumit dari yang kita bayangkan. Kalau Harry terus bertindak gegabah, dia pasti akan celaka dalam waktu singkat."Waktu itu, Darwin setuju Harry masuk ke Grup Sasongko karena kakek Harry memohon pada Terry. Jadi, dia menghormati kakek Harry. Selain itu, Darwin pernah menyelidiki Harry. Dia tahu Harry tidak jahat.Paula langsung memuji, "Aku tahu kamu sangat baik."Mereka pulang ke vila. Freda menyambut mereka dengan ekspresi cemas. Dia melihat Darwin dan tampak ragu-ragu untuk bicara."Ada apa? Bilang saja," ujar Darwin. Di
Jadi, sekarang Darwin tidak mungkin mendepak Harry. Dia hanya ingin menegur Harry agar dia menyadari kenyataannya.Namun, Harry tidak mengetahui hal ini. Dia melihat Darwin menelepon Wilson dan menyuruhnya mencari orang lain untuk mengambil alih proyek ini. Harry pun panik.Darwin sudah memutuskan untuk mengabaikan Keluarga Sudarmo dan mendepaknya dari Grup Sasongko. Ketika Harry baru masuk ke Spirit Animation, dia terus membuat masalah.Meskipun begitu, Darwin tetap membantu Harry. Jadi, Harry menganggap Darwin tidak berani menyinggung Keluarga Sudarmo dan memecatnya.Sekarang Harry baru menyadari kali ini Darwin benar-benar ingin mendepaknya. Dia menarik lengan baju Darwin dan memohon, "Aku memang salah. Aku mohon beri aku kesempatan lagi.""Apa?" tanya Darwin yang berpura-pura tidak mendengar ucapan Harry.Harry merasa dipermalukan. Namun, dia tetap membungkuk dan menegaskan, "Aku mohon beri aku kesempatan lagi."Paula berdeham. Dia memperingatkan Darwin agar tidak terlalu berlebiha
Melihat Paula marah, Harry bergegas mengejar Paula dan memelas, "Maaf, aku salah. Kalau kamu nggak mau bergabung dengan Light Animation, kita tetap bekerja di Spirit Animation. Kamu nggak akan meninggalkan proyek ini, 'kan?"Walaupun Harry agak posesif terhadap Paula, dia tetap mementingkan proyek. Harry tidak ingin menghancurkan proyek karena masalah pribadi. Dia yakin Paula mempunyai pemikiran yang sama dengannya.Hanya saja, Harry mengabaikan Darwin. Sebenarnya Darwin adalah orang yang bisa menentukan nasib proyek.Sebelum Paula menjawab pertanyaan Harry, Darwin berujar dengan dingin, "Tentu saja Paula nggak akan meninggalkan proyek ini. Tapi, kamu nggak usah bekerja di Spirit Animation lagi.""Kenapa?" tanya Harry dengan ketus.Harry tersenyum sinis dan bertanya balik, "Menurutmu?"Darwin merupakan bos dari Spirit Animation, jadi dia bisa memecat Harry. Apa Harry tidak bisa menduganya?Harry baru memahami maksud Darwin. Dia mulai panik karena dirinya sudah berjuang untuk proyek ini
Harry tidak menutupinya. Dia langsung menjawab, "Light Animation."Darwin mengangkat alis, sepertinya dia tidak pernah mendengar perusahaan animasi ini. Paula juga demikian, dia bertanya, "Itu perusahaan baru?"Harry mengangguk seraya menyahut, "Aku pernah bertemu penanggung jawab mereka. Dia sangat kreatif. Lebih cocok untuk perkembangan proyek kita daripada Grup Sasongko.""Siapa nama penanggung jawab itu?" tanya Darwin."Henley," jawab Harry. Awalnya dia memang ingin membahas hal ini dengan Paula. Jadi, dia tidak berniat menutupinya."Apa orang itu berasal dari luar negeri?" tanya Paula sembari mengernyit. Dia curiga Harry ditipu.Harry menggeleng dan menjawab, "Bukan."Paula yang cemas bertanya lagi, "Sejak kapan kamu kenal dia? Kamu sudah tunjukkan sketsaku kepadanya?"Harry segera menyahut, "Tentu saja belum. Aku juga nggak bodoh. Aku baru kenal dia semalam."Paula yang merasa tidak berdaya melihat Tristan, kenapa dia tidak membujuk Harry? Tristan berucap, "Aku sudah membujuknya.
Darwin menatap Paula dengan ekspresi tak berdaya, tetapi penuh kasih. Dia menghela napas sebelum membalas, "Aku ikut denganmu. Kamu nggak akan keberatan, 'kan?""Tentu saja nggak. Kamu bos perusahaan, nggak ada rahasia yang kamu nggak boleh tahu," jawab Paula dengan gembira, lalu beranjak ke kamar tidur untuk ganti baju.Setelah keduanya siap dan makan siang, mereka pergi ke kafe yang sudah disepakati. Ketika mereka tiba, Harry dan Tristan sudah menunggu lebih dari satu jam.Bukan karena Paula terlambat, tetapi karena Harry yang terlalu bersemangat. Dia tiba-tiba mendapat ide baru yang ingin segera dibagikan kepada Paula.Itu sebabnya, ketika Paula masuk dengan Darwin yang memakai masker, dia hanya melihat wanita itu dan langsung mendekatinya dengan penuh semangat.Harry bahkan meraih tangannya. Akan tetapi, Darwin segera memutar tangannya ke belakang dan mendorongnya menjauh."Siapa kamu? Mau apa?" tanya Harry yang menatap Darwin dengan marah. Beberapa saat kemudian, dia cemberut dan
Untuk beberapa saat, Paula tidak mendengar respons dari Darwin. Ketika menoleh, dia melihat ekspresi Darwin sedikit aneh seperti sedang kesal sendiri.Paula menyentuh dagunya sambil bertanya, "Kenapa? Kok kelihatannya nggak senang?"Darwin memandangnya dengan tatapan kecewa. Pria itu bertanya, "Kamu sama sekali nggak punya impian tentang pernikahan ya?"Meskipun tidak bisa mengumumkan hubungan ini dan tidak bisa mengadakan pesta pernikahan, mereka sudah menikah dan resmi menjadi suami istri.Bukankah seharusnya ada antusiasme untuk membeli cincin, foto bersama, atau rencana bulan madu? Menurut Darwin, biasanya wanita yang jatuh cinta pasti punya harapan-harapan seperti itu.Mata Paula berkedip cepat dan menyiratkan sedikit kebingungan. Bukannya antusias, pernikahan lebih membuatnya cemas, takut, dan merasa bakal ada banyak masalah.Paula bahkan sudah membayangkan bagaimana nanti harus menghindari sorotan media, menghadapi wanita yang mengejar Darwin, dan menghadap keluarganya.Darwin t
Paula sudah punya firasat tentang dua buku kecil itu. Saat mengambilnya, tangannya sedikit bergetar.Ketika membuka dan melihat foto dirinya dan Darwin di halaman dalam, bibir Paula tak bisa menahan senyum. Darwin terus mengamati ekspresi Paula. Melihat dia tidak marah, hatinya merasa lega.Darwin menjelaskan, "Sebenarnya aku mau membawamu ke Kantor Catatan Sipil. Tapi, Wilson malah mengambil keputusan sendiri ...."Sebelum selesai bicara, tiba-tiba Darwin merasakan sentuhan hangat di bibirnya. Dia sontak menahan kepala Paula dan memperdalam ciuman itu.Setelah mereka berhenti, Darwin menatap mata Paula yang sedikit berkaca-kaca. Hatinya terasa begitu hangat.Darwin tiba-tiba berucap, "Makasih."Paula menyandarkan diri di dada bidang Darwin. Dia bertanya sambil tersenyum, "Untuk apa?"Darwin menjelaskan dengan serius, "Makasih karena kamu hadir dalam hidupku. Makasih karena kamu kasih aku kesempatan untuk berada di sisimu. Makasih karena kamu nggak menolak untuk menikah denganku ...."
Wilson merasa ada masalah dengan pikiran wanita itu. Dia mencoba menghentikan Fanny sambil mendesak para pengawal untuk segera datang.Begitu disentuh, Fanny langsung terjatuh ke jalan. Bahkan, sesaat kemudian wajahnya sudah penuh dengan luka memar. Untuk menjebak orang, dia benar-benar tega menyakiti dirinya sendiri.Para pengawal yang melihat pemandangan ini pun terkejut. Dalam kesan mereka, Wilson selalu lembut dan sopan. Kalau ada yang perlu dipukul, seharusnya itu tugas mereka, 'kan?"Cepat bawa orang ini pergi!" pinta Wilson dengan tidak sabar. Dia juga mengingatkan para pengawal, "Hati-hati, dia bawa kamera tersembunyi."Mendengar ini, salah satu pengawal langsung meraih kancing baju Fanny untuk memeriksanya. Wanita itu segera meronta-ronta sambil berseru, "Pelecehan! Tolong, ada pelecehan!"Pada saat yang sama, pintu vila terbuka. Paula muncul dengan ekspresi bingung ketika melihat semua keributan di luar.Awalnya, Paula hanya ingin ke toilet. Berhubung mendengar suara bel yang