Charlie tidak melihat pesan yang tidak dikirim oleh Elise lagi. Dia menyuruh sopir mengemudikan mobil ke bar itu.Saat ini, Charlie merasa sangat bersyukur karena menanyakan keberadaan Rhea kepada Darwin dan bukan langsung bertanya kepada Elise. Jika tidak, Rhea pasti akan merasa sangat kesal padanya yang seolah-olah datang ke bar untuk menangkap basah perselingkuhan.Begitu Rhea marah, wanita itu pasti akan mengejar senior itu untuk membenarkan fitnahan Charlie. Harus diakui, kecemasan Charlie ini memang masuk akal.Di dalam bar, Paula mengakhiri panggilan Darwin dan menyuruh manajer bar untuk menyiapkan bahan masakan. Dia memutuskan untuk memasak di sini. Bagaimanapun, waktunya tidak akan sempat jika mereka harus pulang dan membeli bahan masakan lagi.Manajer itu kebingungan sesaat. Dia berkata, "Tapi, ini bar."Paula pun bertanya dengan heran, "Memangnya nggak ada dapur di bar?""Bukan begitu, tapi ini bar!" Memangnya siapa yang datang ke bar untuk memasak?"Jangan basa-basi, cepat
Rhea mengerlingkan matanya dengan kesal, lalu melemparkan uang 200 ribu dan berkata, "Kembaliannya untukmu saja."Martin pun mengangguk. Sesaat kemudian, dia membelikan Rhea sebungkus pembalut dan sebuah celana."Merek apa ini? Bisa dipakai nggak? Kamu beli celana ini di mana? Aku nggak pernah melihat celana sejelek ini," keluh Rhea yang tidak tahu diri.Martin mengerlingkan matanya dan membalas dengan tidak acuh, "Terserah mau pakai atau nggak."Rhea sebenarnya sudah memesan kurir untuk mengantarkan beberapa barang itu. Ketika melihat Martin yang tersipu, dia pun memilih untuk memakai pemberian Martin.Alhasil, malam itu juga, Rhea mengalami alergi! Sesuai dugaannya, yang dibeli Martin memang barang murahan!Sejak saat itu, Rhea sering menyuruh Martin melakukan sesuatu. Setiap kali, Rhea akan memberinya bayaran mahal dan Martin tidak pernah menolak.Tidak berselang lama, muncul rumor tentang hubungan Rhea dengan Martin di sekolah. Charlie pun sering berdebat dengan Rhea karena masalah
Dengan menggunakan bahan yang ada di dapur, Paula memasak bubur seafood dan 2 macam lauk untuk Darwin. Sesudah Paula memindahkan masakannya ke termos, manajer bar tiba-tiba menghampiri dengan tergesa-gesa dan berkata, "Nona Rhea menyuruhmu pergi dulu. Besok dia akan menemanimu jalan-jalan.""Rhea sudah pergi? Dia ke mana?" tanya Paula sambil berjalan ke luar. Rhea minum cukup banyak, gawat jika ada yang membawanya pergi."Dia pergi bersama temannya, Pak Charlie juga ikut," jelas manajer itu buru-buru karena khawatir Paula marah.Paula sontak menghentikan langkah kakinya. Charlie juga datang? Bukankah itu berarti Darwin juga berada di sini? Jantung Paula berdetak kencang. Dia bertanya, "Charlie datang sendirian?"Manajer itu mengangguk sambil menyahut, "Dia datang sendirian. Dia tiba-tiba meninju temannya Nona Rhea. Nona Rhea pun marah dan nggak mau meladeninya."Paula membelalakkan matanya. Dia berusaha mengingat siapa saja teman pria Rhea. Dinilai dari hubungan Rhea dengan Charlie, Ch
Rhea hendak memakinya sakit jiwa, tetapi tiba-tiba mendapati punggung tangan Charlie berdarah karena ditekan olehnya barusan. Bagaimanapun, pria ini baru diinfus."Ka ... kamu nggak bisa merasa sakit?" tanya Rhea yang mengambil tisu, lalu buru-buru menekan tangan Charlie supaya darah berhenti mengalir."Bukannya kamu ingin melihatku mati kesakitan?" balas Charlie sambil menyingkirkan tangan Rhea. Rhea yang kesal pun berbalik dan tidak mau meladeninya lagi.Martin yang sedang mengemudikan mobil menoleh dan berkata, "Di belakang ada kotak P3K.""Untuk apa? Biarkan saja dia! Huh!" Rhea melipat lengannya di depan dada dan bergeming.Kemudian, terdengar suara gemeresik dari sampingnya dan sebotol obat jatuh di samping kaki Rhea. Rhea masih berpura-pura tidak peduli. Saat berikutnya, lidi kapas jatuh ke samping kaki Rhea lagi.Rhea mengintip, lalu mendapati Charlie meliriknya dengan sedih dan hendak memungut lidi kapas dengan kaku. Punggung tangannya masih mengeluarkan darah."Dasar kamu ini
Rhea menatap Martin dari belakang dengan waspada. Sementara itu, Charlie menatap layar ponselnya yang berisikan informasi tentang Martin sembari berkata, "Sebulan lalu, kamu masih bekerja di perusahaan di Amrik.""Tiba-tiba, kamu menerima transferan sebesar 40 miliar dan pulang ke negara asal, bahkan langsung ke ibu kota. Jelas, kamu punya niat jahat terhadap wanita ini. Mana mungkin kami membantu tanpa tahu apa pun."Sebenarnya, Charlie merasa heran. Orang itu menghabiskan 40 miliar untuk menyuruh Martin menemukan Paula. Martin seharusnya menyelidiki secara diam-diam dan bukan bertanya secara terang-terangan begini."Kamu memang luar biasa. Hanya dalam waktu singkat, kamu sudah mengetahui latar belakangku. Sepertinya pilihanku memang benar. Kalian pasti bisa membantuku menemukan wanita itu, 'kan?" sahut Martin sambil mengedikkan bahu.Rhea juga merasa heran. Dia segera bertanya, "Siapa orang yang menyuruhmu mencari wanita ini? Untuk apa dia mencari wanita ini?""Dia seorang profesor s
Charlie memelototi Martin dengan kesal. Sementara itu, Martin menikmati kopinya sambil menceritakan tentang hubungan profesor itu dengan Paula.Di sisi lain, Paula yang sedang mereka bicarakan akhirnya tiba di depan gedung Grup Sasongko. Sesudah melangkah masuk, dia malah mendapati resepsionis yang menatapnya dengan ekspresi suram.Paula sontak menepuk dahinya. Dia teringat pada adegan di novel dan drama. Tokoh utama wanita membawa kotak makanan ke perusahaan untuk menemui tokoh utama pria, tetapi para staf malah mengejek dan merendahkannya.Paula segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Darwin, ingin menyuruhnya mengutus seseorang untuk membawanya naik. Nahasnya, Darwin malah tidak menjawab panggilan."Permisi, aku mau cari ...." Sebelum Paula menyelesaikan ucapannya, seorang wanita yang memakai pakaian profesional dengan rambut panjang bergelombang menyela, "Sudah datang belum?"Resepsionis itu pun melirik Paula sekilas, lalu melirik wanita itu lagi. Wanita itu segera mengalihka
Di ruang rapat Grup Sasongko, para petinggi duduk diam tanpa berani bersuara sedikit pun. Semuanya bisa merasakan sorot mata tajam Darwin yang melirik ke sekeliling, tetapi tidak ada satu pun yang berani bertatapan dengannya.Bagaimanapun, mereka sempat meremehkan Darwin yang baru kembali dari luar negeri. Menurut mereka, Darwin masih membutuhkan bimbingan mereka untuk mengelola perusahaan sebesar ini.Ketika Darwin difitnah oleh seluruh internet, tidak ada satu pun dari mereka yang maju untuk membantu. Beberapa dari mereka bahkan membuat suasana makin ricuh dan ingin mempersulitnya.Asalkan terjadi sesuatu pada Darwin, Grup Sasongko akan terpecah menjadi beberapa bagian. Ini karena anggota Keluarga Sasongko lainnya tidak tertarik untuk mengurus perusahaan.Tanpa diduga, Darwin malah memenangkan pertarungan ini. Banyak yang dilengserkan dari jabatan, apalagi para petinggi ini tahu betul kesalahan apa yang telah mereka lakukan."Kalian semua adalah senior Grup Sasongko. Aku baru mengamb
Tina membelalakkan matanya sambil melambaikan tangan. "Kalian jangan bicara sembarangan. Aku dan Pak Darwin nggak punya hubungan apa pun!""Lalu kenapa Pak Darwin langsung pergi setelah kamu memanggilnya nanti?""Pacarnya datang, tentu saja dia langsung pergi." Tina melirik tajam kepada orang yang bertanya. Dia paham bahwa orang-orang ini memang oportunis. Dulu mereka meremehkan orang-orang dari kantor sekretaris. Sekarang setelah ditertibkan Darwin, mereka malah berusaha mendekatinya."Pacar Pak Darwin siapa?" tanya seorang eksekutif dengan penasaran.Tina mendengus dingin, "Kalau mau tahu, lihat saja sendiri."Para eksekutif itu pun melirik ke arah kantor Darwin. Siapa pun yang nekat mengintip, sudah bisa dipastikan tidak akan bisa bertahan hidup lagi di ibu kota ini.Saat ini, di dalam kantor.Paula membuka kotak makanan, lalu mengeluarkan hidangan satu per satu dan menatanya di meja makan. Wilson menelan ludah mencium aroma makanan itu. Dia telah sibuk sepanjang sore dan belum maka
Hanya saja, Darwin tahu Freda sangat protektif sampai-sampai bisa bersikap tidak masuk akal. Jika Darwin tidak menunjukkan dirinya sangat menghargai Paula, Freda pasti akan menganggap Paula sebagai orang luar dan mewaspadainya.Lama-kelamaan, di antara Darwin dan Paula pasti akan muncul konflik karena hal ini. Freda menggenggam tangan Paula dan berkata seraya tersenyum lembut, "Oke, aku tahu kamu itu anak yang baik."Freda juga merasa senang Darwin bisa menemukan wanita yang disukainya. Darwin bertanya, "Tadi kamu mau bilang apa?"Freda memukul kepalanya dan menyahut dengan ekspresi cemas, "Keluarga Fonda sudah pindah. Nona Sheila pindah ke kediaman tua dengan alasan rumahnya sudah tua. Entah kenapa, dia berselisih dengan Nyonya Kara sampai-sampai Nyonya Kara pingsan."Darwin yang khawatir bertanya, "Bagaimana kondisi ibuku sekarang?"Paula juga khawatir. Sebelumnya Paula pernah melihat Kara. Dia sudah tua sehingga tidak boleh mengalami syok.Freda menjawab, "Dokter sudah memeriksa Nyo
Paula menggoyang lengan Darwin dan bertanya, "Kamu masih marah? Dia masih muda dan gegabah, untuk apa kamu perhitungan dengannya?"Darwin mendengus, lalu bertanya balik, "Kamu menganggap aku tua?""Aku nggak berani. Pak Sasongko masih muda dan kuat, hal ini nggak perlu diragukan lagi," timpal Paula seraya mengedipkan matanya.Darwin langsung teringat semalam mereka bercinta dengan intens. Dia pun tersenyum. Darwin menjelaskan tindakannya tadi, "Keluarga Sudarmo lebih rumit dari yang kita bayangkan. Kalau Harry terus bertindak gegabah, dia pasti akan celaka dalam waktu singkat."Waktu itu, Darwin setuju Harry masuk ke Grup Sasongko karena kakek Harry memohon pada Terry. Jadi, dia menghormati kakek Harry. Selain itu, Darwin pernah menyelidiki Harry. Dia tahu Harry tidak jahat.Paula langsung memuji, "Aku tahu kamu sangat baik."Mereka pulang ke vila. Freda menyambut mereka dengan ekspresi cemas. Dia melihat Darwin dan tampak ragu-ragu untuk bicara."Ada apa? Bilang saja," ujar Darwin. Di
Jadi, sekarang Darwin tidak mungkin mendepak Harry. Dia hanya ingin menegur Harry agar dia menyadari kenyataannya.Namun, Harry tidak mengetahui hal ini. Dia melihat Darwin menelepon Wilson dan menyuruhnya mencari orang lain untuk mengambil alih proyek ini. Harry pun panik.Darwin sudah memutuskan untuk mengabaikan Keluarga Sudarmo dan mendepaknya dari Grup Sasongko. Ketika Harry baru masuk ke Spirit Animation, dia terus membuat masalah.Meskipun begitu, Darwin tetap membantu Harry. Jadi, Harry menganggap Darwin tidak berani menyinggung Keluarga Sudarmo dan memecatnya.Sekarang Harry baru menyadari kali ini Darwin benar-benar ingin mendepaknya. Dia menarik lengan baju Darwin dan memohon, "Aku memang salah. Aku mohon beri aku kesempatan lagi.""Apa?" tanya Darwin yang berpura-pura tidak mendengar ucapan Harry.Harry merasa dipermalukan. Namun, dia tetap membungkuk dan menegaskan, "Aku mohon beri aku kesempatan lagi."Paula berdeham. Dia memperingatkan Darwin agar tidak terlalu berlebiha
Melihat Paula marah, Harry bergegas mengejar Paula dan memelas, "Maaf, aku salah. Kalau kamu nggak mau bergabung dengan Light Animation, kita tetap bekerja di Spirit Animation. Kamu nggak akan meninggalkan proyek ini, 'kan?"Walaupun Harry agak posesif terhadap Paula, dia tetap mementingkan proyek. Harry tidak ingin menghancurkan proyek karena masalah pribadi. Dia yakin Paula mempunyai pemikiran yang sama dengannya.Hanya saja, Harry mengabaikan Darwin. Sebenarnya Darwin adalah orang yang bisa menentukan nasib proyek.Sebelum Paula menjawab pertanyaan Harry, Darwin berujar dengan dingin, "Tentu saja Paula nggak akan meninggalkan proyek ini. Tapi, kamu nggak usah bekerja di Spirit Animation lagi.""Kenapa?" tanya Harry dengan ketus.Harry tersenyum sinis dan bertanya balik, "Menurutmu?"Darwin merupakan bos dari Spirit Animation, jadi dia bisa memecat Harry. Apa Harry tidak bisa menduganya?Harry baru memahami maksud Darwin. Dia mulai panik karena dirinya sudah berjuang untuk proyek ini
Harry tidak menutupinya. Dia langsung menjawab, "Light Animation."Darwin mengangkat alis, sepertinya dia tidak pernah mendengar perusahaan animasi ini. Paula juga demikian, dia bertanya, "Itu perusahaan baru?"Harry mengangguk seraya menyahut, "Aku pernah bertemu penanggung jawab mereka. Dia sangat kreatif. Lebih cocok untuk perkembangan proyek kita daripada Grup Sasongko.""Siapa nama penanggung jawab itu?" tanya Darwin."Henley," jawab Harry. Awalnya dia memang ingin membahas hal ini dengan Paula. Jadi, dia tidak berniat menutupinya."Apa orang itu berasal dari luar negeri?" tanya Paula sembari mengernyit. Dia curiga Harry ditipu.Harry menggeleng dan menjawab, "Bukan."Paula yang cemas bertanya lagi, "Sejak kapan kamu kenal dia? Kamu sudah tunjukkan sketsaku kepadanya?"Harry segera menyahut, "Tentu saja belum. Aku juga nggak bodoh. Aku baru kenal dia semalam."Paula yang merasa tidak berdaya melihat Tristan, kenapa dia tidak membujuk Harry? Tristan berucap, "Aku sudah membujuknya.
Darwin menatap Paula dengan ekspresi tak berdaya, tetapi penuh kasih. Dia menghela napas sebelum membalas, "Aku ikut denganmu. Kamu nggak akan keberatan, 'kan?""Tentu saja nggak. Kamu bos perusahaan, nggak ada rahasia yang kamu nggak boleh tahu," jawab Paula dengan gembira, lalu beranjak ke kamar tidur untuk ganti baju.Setelah keduanya siap dan makan siang, mereka pergi ke kafe yang sudah disepakati. Ketika mereka tiba, Harry dan Tristan sudah menunggu lebih dari satu jam.Bukan karena Paula terlambat, tetapi karena Harry yang terlalu bersemangat. Dia tiba-tiba mendapat ide baru yang ingin segera dibagikan kepada Paula.Itu sebabnya, ketika Paula masuk dengan Darwin yang memakai masker, dia hanya melihat wanita itu dan langsung mendekatinya dengan penuh semangat.Harry bahkan meraih tangannya. Akan tetapi, Darwin segera memutar tangannya ke belakang dan mendorongnya menjauh."Siapa kamu? Mau apa?" tanya Harry yang menatap Darwin dengan marah. Beberapa saat kemudian, dia cemberut dan
Untuk beberapa saat, Paula tidak mendengar respons dari Darwin. Ketika menoleh, dia melihat ekspresi Darwin sedikit aneh seperti sedang kesal sendiri.Paula menyentuh dagunya sambil bertanya, "Kenapa? Kok kelihatannya nggak senang?"Darwin memandangnya dengan tatapan kecewa. Pria itu bertanya, "Kamu sama sekali nggak punya impian tentang pernikahan ya?"Meskipun tidak bisa mengumumkan hubungan ini dan tidak bisa mengadakan pesta pernikahan, mereka sudah menikah dan resmi menjadi suami istri.Bukankah seharusnya ada antusiasme untuk membeli cincin, foto bersama, atau rencana bulan madu? Menurut Darwin, biasanya wanita yang jatuh cinta pasti punya harapan-harapan seperti itu.Mata Paula berkedip cepat dan menyiratkan sedikit kebingungan. Bukannya antusias, pernikahan lebih membuatnya cemas, takut, dan merasa bakal ada banyak masalah.Paula bahkan sudah membayangkan bagaimana nanti harus menghindari sorotan media, menghadapi wanita yang mengejar Darwin, dan menghadap keluarganya.Darwin t
Paula sudah punya firasat tentang dua buku kecil itu. Saat mengambilnya, tangannya sedikit bergetar.Ketika membuka dan melihat foto dirinya dan Darwin di halaman dalam, bibir Paula tak bisa menahan senyum. Darwin terus mengamati ekspresi Paula. Melihat dia tidak marah, hatinya merasa lega.Darwin menjelaskan, "Sebenarnya aku mau membawamu ke Kantor Catatan Sipil. Tapi, Wilson malah mengambil keputusan sendiri ...."Sebelum selesai bicara, tiba-tiba Darwin merasakan sentuhan hangat di bibirnya. Dia sontak menahan kepala Paula dan memperdalam ciuman itu.Setelah mereka berhenti, Darwin menatap mata Paula yang sedikit berkaca-kaca. Hatinya terasa begitu hangat.Darwin tiba-tiba berucap, "Makasih."Paula menyandarkan diri di dada bidang Darwin. Dia bertanya sambil tersenyum, "Untuk apa?"Darwin menjelaskan dengan serius, "Makasih karena kamu hadir dalam hidupku. Makasih karena kamu kasih aku kesempatan untuk berada di sisimu. Makasih karena kamu nggak menolak untuk menikah denganku ...."
Wilson merasa ada masalah dengan pikiran wanita itu. Dia mencoba menghentikan Fanny sambil mendesak para pengawal untuk segera datang.Begitu disentuh, Fanny langsung terjatuh ke jalan. Bahkan, sesaat kemudian wajahnya sudah penuh dengan luka memar. Untuk menjebak orang, dia benar-benar tega menyakiti dirinya sendiri.Para pengawal yang melihat pemandangan ini pun terkejut. Dalam kesan mereka, Wilson selalu lembut dan sopan. Kalau ada yang perlu dipukul, seharusnya itu tugas mereka, 'kan?"Cepat bawa orang ini pergi!" pinta Wilson dengan tidak sabar. Dia juga mengingatkan para pengawal, "Hati-hati, dia bawa kamera tersembunyi."Mendengar ini, salah satu pengawal langsung meraih kancing baju Fanny untuk memeriksanya. Wanita itu segera meronta-ronta sambil berseru, "Pelecehan! Tolong, ada pelecehan!"Pada saat yang sama, pintu vila terbuka. Paula muncul dengan ekspresi bingung ketika melihat semua keributan di luar.Awalnya, Paula hanya ingin ke toilet. Berhubung mendengar suara bel yang