Paula tidak menyangka Darwin menyadari hal ini. Ketika mereka tinggal di apartemen bersama, Paula pernah minum teh di sore hari. Alhasil, dia tidak bisa tidur pada malam hari. Paula mondar-mandir di balkon dan kebetulan dilihat oleh Darwin yang baru selesai bekerja.Darwin pun bertanya kenapa Paula masih belum tidur. Setelah Paula menjelaskan alasannya, sepertinya tidak ada yang pernah menyeduh teh lagi. Bahkan, dia tidak melihat daun teh di tempat tinggal mereka.Ekspresi Paula tampak kebingungan. Darwin benar-benar teliti dan perhatian. Sayangnya, dia juga memperlakukan wanita lain seperti ini.'Sadarlah, Paula. Ini bukan bentuk kasih sayang untukmu, melainkan hanya etiket yang dipelajarinya sejak kecil!' batin Paula. Kemudian, dia menunduk dan tidak berbicara lagi. Bagaimanapun, Darwin adalah ayah dari anak di kandungannya. Wajar jika Darwin mencemaskan kesehatan janinnya."Paula, tentang video itu ...." Darwin seperti ingin menjelaskan tentang apa yang dikatakannya pada ayah dan ib
Hati Paula juga bergetar saat melihat tatapan Darwin yang tidak berdaya itu. Dia jelas-jelas tidak melakukan apa pun, tetapi kenapa Darwin malah terlihat seperti ditindas olehnya?"Ayo, cepat diminum. Nanti susunya nggak enak lagi kalau dingin. Wajar kalau suami istri bertengkar. Jangan terlalu dimasukkan ke hati," bujuk wanita paruh baya itu sambil menarik Paula ke hadapan Darwin.Amarah Darwin telah mereda banyak. Terutama saat wanita itu mengatakan bahwa mereka adalah suami istri, dia diam-diam menyunggingkan senyuman."Minumlah. Suamimu sampai menyuruh bawahannya mengawasiku. Dia takut kamu kenapa-napa," ucap wanita itu sambil menyerahkan gelas susu."Aku bukan istrinya," jelas Paula sambil mencebik.Senyuman Darwin sontak membeku. Namun, wanita itu segera mencairkan suasana. Dia menutup mulutnya sambil tersenyum, lalu berkata, "Ya, ya, aku mengerti kok."Wanita itu sudah terbiasa melihat suami istri yang bertengkar. Kemudian, dia menarik tangan Paula dan berkata dengan lirih, "Dik
Sambil mendengar Darwin bertelepon, Paula melihat mobil polisi tiba di depan rumah Tristan. Darwin mengatakan dia akan berbicara dengan polisi. Paula mengira ini adalah sikap Darwin menangani masalah. Tanpa diduga, ternyata penculikan itu berkaitan dengan Darwin.Paula tidak tahu siapa yang menelepon Darwin, tetapi dia mendengar jelas bahwa orang itu ingin menangkapnya. Selain itu, Darwin sengaja menurunkan volume agar Paula tidak bisa mendengarnya. Jika telepon itu tidak berkaitan dengan Paula, Darwin tidak mungkin membelakanginya seperti ini."Ayah, jangan memaksaku," ujar Darwin sambil menahan emosinya. Paula menggertakkan giginya. Ternyata, itu adalah ayah Darwin. Kenapa ayah Darwin ingin menangkapnya? Karena tahu dia hamil?Pasti begitu. Keluarga Sasongko adalah keluarga kaya yang terkemuka, bukan sembarangan orang pantas menjadi menantu mereka, apalagi melahirkan keturunan mereka.Paula tiba-tiba teringat pada suatu berita tentang ayah Darwin. Waktu itu, dia seperti dirumorkan pu
Menurut ayahnya, dia memang mengutus orang untuk mencari Paula. Namun, Paula tidak ada di sana saat orang-orangnya sampai. Dengan kata lain, ada orang lain yang berniat mencelakai Paula. Darwin harus segera menemukan pelakunya."Apa aku boleh menemui Delvin?" tanya Paula tiba-tiba. Dia memercayai Darwin. Dia yakin Darwin benar-benar ingin melindunginya. Namun, Paula tidak bisa terus bergantung pada Darwin. Setelah anaknya lahir, dia harus bisa melindungi anaknya sendiri. Itu sebabnya, Paula tidak ingin menghindar dari masalah apa pun lagi."Delvin?" Darwin mengangkat alisnya. Delvin adalah orang yang menyusun begitu banyak rencana jahat untuk menjatuhkan Darwin. Sekarang semuanya masih diselidiki, jadi Delvin ditahan di penjara untuk menunggu diinterogasi."Ya, aku ingin bertemu dengannya. Aku ingin tahu kenapa dia memilihku waktu itu," jelas Paula. Dia merasa dirinya tidak pernah menonjolkan diri. Lantas, kenapa Delvin memilih dirinya?Menurut penjelasan Darwin yang sebelumnya, Delvin
"Kamu sendiri yang bilang wajar kalau orang dewasa berciuman," ujar Darwin yang tiba-tiba mendongak. Sebelum Paula menyahut, dia tersenyum nakal dan meneruskan, "Kalau begitu, aku akan menciummu dalam beberapa kali sehari. Permainan orang dewasa sangat menyenangkan, 'kan?"Sebenarnya, Darwin merasa sangat cemas sebelum mendongak. Dia khawatir sikapnya ini terlalu lancang hingga membuat Paula merasa kesal dan jijik. Dia juga juga khawatir Paula tidak akan menghiraukannya lagi.Darwin yang mendominasi di industri bisnis selama bertahun-tahun merasakan takut kehilangan untuk pertama kalinya. Untungnya, tidak ada kebencian pada tatapan Paula. Itu sebabnya, dia merasa senang dan tidak bisa menahan senyumannya."Darwin, dasar berengsek!" Pikiran Paula seketika hampa saat dicium oleh Darwin barusan. Setelah tersadar kembali dari keterkejutannya, dia pun merasa kesal hingga matanya memerah.Darwin segera melepaskan Paula, lalu menurunkannya dan membujuk dengan lembut, "Maaf, aku terlalu lancan
"Tujuan bekerja adalah untuk memiliki kehidupan yang layak. Kalau mengabaikan bagian penting dari kehidupan demi bekerja, bukankah jadi nggak masuk akal?" sahut Darwin. Ketika melihat Paula mengikutinya dengan tergesa-gesa, dia pun melambatkan langkah kakinya. Setelah Paula berdiri di sampingnya, dia baru berjalan dengan kecepatan normal."Memangnya sepenting itu?" gumam Paula dengan lirih.Darwin yang mendengarnya pun mengiakan, lalu berbalik dan menatap Paula dengan mata berbinar-binar. Dia membalas dengan sungguh-sungguh, "Sangat penting."Paula tidak akan pernah melupakan adegan ini. Darwin memanggul ransel bermotif kartun sambil berjalan di bawah sinar matahari terbenam. Pria itu menatapnya mengatakan bahwa dirinya sangat penting.Cahaya matahari yang berwarna keemasan membuat tatapan Darwin terlihat makin mendalam. Hati Paula bergetar melihatnya. Dia tidak berani bertatapan dengan Darwin, lalu berjalan cepat supaya menjaga jarak dengannya.Darwin mengejarnya dan bertanya, "Gimana
Sebelum Darwin bersuara, Paula menambahkan dengan tegas, "Kalau kamu nggak setuju, anggap saja kita nggak pernah punya hubungan apa pun."Wajah Darwin tampak ragu-ragu untuk sesaat. Pada akhirnya, dia menyunggingkan senyuman lebar yang berbeda dari biasanya. "Oke, aku setuju.""Kalau begitu, kembalikan tasku. Kamu sudah boleh kembali bekerja," ujar Paula yang menjulurkan tangannya.Darwin tidak menyerahkan tas itu, melainkan menjulurkan tangan dan berpegangan tangan dengan Paula. Dia menarik Paula ke hadapannya, lalu berkata, "Paula, jangan menipuku.""Aku nggak menipumu kok. Sudahlah, kita sama-sama naik," sahut Paula. Begitu menyingkirkan kecemasannya, Paula mendapati dirinya tidak bisa tahan dengan nada bicara Darwin yang begitu lembut. Dia merasa dirinya sudah tergila-gila pada pria tampan ini.Darwin juga menyadari hal ini. Itu sebabnya, dia menurunkan harga dirinya dan menggunakan cara seperti itu untuk membuat Paula mengakui hubungan mereka.Apartemen yang disewa Paula memiliki
Paula tahu bahwa dirinya sudah sah menjadi pacar Darwin. Itu artinya, dia bisa bertindak sesuka hatinya.Darwin termangu sesaat. Kemudian, dia merangkul pinggang Paula dan berbisik, "Kuberikan seluruh jiwa dan ragaku kepadamu."Paula membenamkan wajahnya di pelukan Darwin dan tidak bisa menahan tawa. Ternyata seperti ini rasanya jatuh cinta. Manis seperti madu.Darwin tidak bisa berlama-lama di apartemen itu karena ditelepon Wilson. Sebelum pergi, Darwin menatap Paula dengan tidak rela dan berkata, "Telepon aku kalau butuh sesuatu."Hanya beberapa orang yang tahu nomor pribadi Darwin. Paula mengangguk, merasa Darwin terlalu berlebihan. Dia melambaikan tangannya dan berkata, "Sudahlah, Wilson sudah menunggumu sejak tadi."Paula bisa mendengar nada bicara Wilson yang panik barusan. Darwin pun mencubit pipi Paula, lalu baru melepas tangannya setelah Paula merasa sakit.Setelah meninggalkan apartemen, Darwin menyuruh Wilson memberi tahu Rhea tentang Paula yang pindah apartemen. Sekitar 10