Menurut ayahnya, dia memang mengutus orang untuk mencari Paula. Namun, Paula tidak ada di sana saat orang-orangnya sampai. Dengan kata lain, ada orang lain yang berniat mencelakai Paula. Darwin harus segera menemukan pelakunya."Apa aku boleh menemui Delvin?" tanya Paula tiba-tiba. Dia memercayai Darwin. Dia yakin Darwin benar-benar ingin melindunginya. Namun, Paula tidak bisa terus bergantung pada Darwin. Setelah anaknya lahir, dia harus bisa melindungi anaknya sendiri. Itu sebabnya, Paula tidak ingin menghindar dari masalah apa pun lagi."Delvin?" Darwin mengangkat alisnya. Delvin adalah orang yang menyusun begitu banyak rencana jahat untuk menjatuhkan Darwin. Sekarang semuanya masih diselidiki, jadi Delvin ditahan di penjara untuk menunggu diinterogasi."Ya, aku ingin bertemu dengannya. Aku ingin tahu kenapa dia memilihku waktu itu," jelas Paula. Dia merasa dirinya tidak pernah menonjolkan diri. Lantas, kenapa Delvin memilih dirinya?Menurut penjelasan Darwin yang sebelumnya, Delvin
"Kamu sendiri yang bilang wajar kalau orang dewasa berciuman," ujar Darwin yang tiba-tiba mendongak. Sebelum Paula menyahut, dia tersenyum nakal dan meneruskan, "Kalau begitu, aku akan menciummu dalam beberapa kali sehari. Permainan orang dewasa sangat menyenangkan, 'kan?"Sebenarnya, Darwin merasa sangat cemas sebelum mendongak. Dia khawatir sikapnya ini terlalu lancang hingga membuat Paula merasa kesal dan jijik. Dia juga juga khawatir Paula tidak akan menghiraukannya lagi.Darwin yang mendominasi di industri bisnis selama bertahun-tahun merasakan takut kehilangan untuk pertama kalinya. Untungnya, tidak ada kebencian pada tatapan Paula. Itu sebabnya, dia merasa senang dan tidak bisa menahan senyumannya."Darwin, dasar berengsek!" Pikiran Paula seketika hampa saat dicium oleh Darwin barusan. Setelah tersadar kembali dari keterkejutannya, dia pun merasa kesal hingga matanya memerah.Darwin segera melepaskan Paula, lalu menurunkannya dan membujuk dengan lembut, "Maaf, aku terlalu lancan
"Tujuan bekerja adalah untuk memiliki kehidupan yang layak. Kalau mengabaikan bagian penting dari kehidupan demi bekerja, bukankah jadi nggak masuk akal?" sahut Darwin. Ketika melihat Paula mengikutinya dengan tergesa-gesa, dia pun melambatkan langkah kakinya. Setelah Paula berdiri di sampingnya, dia baru berjalan dengan kecepatan normal."Memangnya sepenting itu?" gumam Paula dengan lirih.Darwin yang mendengarnya pun mengiakan, lalu berbalik dan menatap Paula dengan mata berbinar-binar. Dia membalas dengan sungguh-sungguh, "Sangat penting."Paula tidak akan pernah melupakan adegan ini. Darwin memanggul ransel bermotif kartun sambil berjalan di bawah sinar matahari terbenam. Pria itu menatapnya mengatakan bahwa dirinya sangat penting.Cahaya matahari yang berwarna keemasan membuat tatapan Darwin terlihat makin mendalam. Hati Paula bergetar melihatnya. Dia tidak berani bertatapan dengan Darwin, lalu berjalan cepat supaya menjaga jarak dengannya.Darwin mengejarnya dan bertanya, "Gimana
Sebelum Darwin bersuara, Paula menambahkan dengan tegas, "Kalau kamu nggak setuju, anggap saja kita nggak pernah punya hubungan apa pun."Wajah Darwin tampak ragu-ragu untuk sesaat. Pada akhirnya, dia menyunggingkan senyuman lebar yang berbeda dari biasanya. "Oke, aku setuju.""Kalau begitu, kembalikan tasku. Kamu sudah boleh kembali bekerja," ujar Paula yang menjulurkan tangannya.Darwin tidak menyerahkan tas itu, melainkan menjulurkan tangan dan berpegangan tangan dengan Paula. Dia menarik Paula ke hadapannya, lalu berkata, "Paula, jangan menipuku.""Aku nggak menipumu kok. Sudahlah, kita sama-sama naik," sahut Paula. Begitu menyingkirkan kecemasannya, Paula mendapati dirinya tidak bisa tahan dengan nada bicara Darwin yang begitu lembut. Dia merasa dirinya sudah tergila-gila pada pria tampan ini.Darwin juga menyadari hal ini. Itu sebabnya, dia menurunkan harga dirinya dan menggunakan cara seperti itu untuk membuat Paula mengakui hubungan mereka.Apartemen yang disewa Paula memiliki
Paula tahu bahwa dirinya sudah sah menjadi pacar Darwin. Itu artinya, dia bisa bertindak sesuka hatinya.Darwin termangu sesaat. Kemudian, dia merangkul pinggang Paula dan berbisik, "Kuberikan seluruh jiwa dan ragaku kepadamu."Paula membenamkan wajahnya di pelukan Darwin dan tidak bisa menahan tawa. Ternyata seperti ini rasanya jatuh cinta. Manis seperti madu.Darwin tidak bisa berlama-lama di apartemen itu karena ditelepon Wilson. Sebelum pergi, Darwin menatap Paula dengan tidak rela dan berkata, "Telepon aku kalau butuh sesuatu."Hanya beberapa orang yang tahu nomor pribadi Darwin. Paula mengangguk, merasa Darwin terlalu berlebihan. Dia melambaikan tangannya dan berkata, "Sudahlah, Wilson sudah menunggumu sejak tadi."Paula bisa mendengar nada bicara Wilson yang panik barusan. Darwin pun mencubit pipi Paula, lalu baru melepas tangannya setelah Paula merasa sakit.Setelah meninggalkan apartemen, Darwin menyuruh Wilson memberi tahu Rhea tentang Paula yang pindah apartemen. Sekitar 10
"Kalau Paman Darwin meneleponmu dan tanya aku di mana, jangan beri tahu dia. Entah sihir apa yang diberikan Charlie kepada pamanku. Dia selalu memihak pada Charlie!" keluh Rhea.Paula mengelus keningnya dan membatin, 'Pamanmu mungkin sudah tahu kamu mencariku sejak awal.'"Baiklah, aku mendukung semua keputusanmu," ujar Paula. Lagi pula, masalah perasaan hanya bisa dinilai secara pribadi. Nasihat yang diberikan orang lain tidak akan ada gunanya.Itu sebabnya, Paula tidak berniat menjelaskan panjang lebar kepada Rhea. Tidak peduli sebesar apa cinta Charlie kepada Rhea, cinta itu tidak akan bermakna jika Charlie tidak menunjukkannya."Aku tahu kamu yang terbaik. Muah!" Rhea bukan orang yang berlarut-larut dalam kekesalan. Tadi dia memang marah, tetapi sekarang suasana hatinya sudah membaik. Melihat sahabatnya ini gembira, Paula tentu merasa gembira juga.Setengah jam kemudian, Rhea tiba di apartemen Paula. Rhea mengamati sekeliling, lalu berucap, "Dekorasinya bagus juga. Sayangnya, tempa
"Hm, ada kemungkinan seperti itu. Paman Darwin sangat sibuk belakangan ini. Kalau aku merepotkannya, dia mungkin akan menghajarku sampai mati." Rhea tak kuasa bergidik saat teringat pada ekspresi dingin Darwin.Darwin selalu sibuk. Setelah mendengar ucapan Rhea, Paula pun tidak berani mengganggunya lagi. Teman Rhea yang membuka bar ini. Lingkungannya cukup tenang dan tujuan mereka adalah merilekskan diri, jadi seharusnya tidak akan ada masalah.Keduanya tiba di bar. Rhea tahu Paula tidak suka lingkungan yang bising serta bau rokok dan bau alkohol. Jadi, dia membawa Paula ke sebuah ruang privat dengan melewati jalur khusus.Di sini, musik tidak terlalu keras sehingga Paula tidak merasa terlalu terganggu. Rhea yang penuh semangat hendak memesan minuman. Dia bertanya, "Paula, kamu mau minum apa? Wiski?""Aku minum air saja," sahut Paula sambil menggeleng.Paula menjadi agak trauma dengan alkohol sekarang. Bagaimanapun, dia pernah berhubungan intim dengan Darwin karena ada yang meracuni mi
Darwin terdiam sesaat sebelum bertanya lagi, "Kamu bersama Rhea?"Jantung Paula hampir copot saat Darwin terdiam barusan. Dia mengiakan. "Ya."Paula melirik Rhea sekilas. Ketika melihat wanita itu bersandar dengan lemas di tubuh model pria, Paula merasa sangat pusing."Alamat," ujar Darwin dengan singkat. Dari nada bicara Darwin, Paula bisa menilai bahwa pria ini kelelahan. Namun, dia tidak bisa memberi tahu Darwin lokasi mereka."Aku bisa mengantar Rhea pulang sendirian," ucap Paula dengan lirih.Darwin segera menyadari ada yang tidak beres. Dia bertanya dengan dingin, "Kalian di mana?"Paula tidak ingin berbohong, tetapi juga tidak ingin menjawab pertanyaan Darwin. Jadi, dia hanya terdiam.Tiba-tiba, terdengar suara Wilson di ujung telepon. "Pak, cepat makan. Makanannya dingin nanti. Kamu belum makan seharian. Nanti sakit maag."Paula mengernyit mendengarnya. Kemudian, dia segera terpikir akan sebuah ide. "Rhea lagi masak. Gimana kalau kami mengantarnya ke tempatmu nanti?"Rhea seket