"Maaf, tapi aku tak bermaksud buruk. Aku cuma ingin meluruskan satu hal," tegas Raya."Apa ada kekeliruan?""Iya." Jawab Raya cepat. Lalu mengulurkan tangannya."Maaf, aku bukan Asisten rumah tangga disini. Kenalkan namaku Raya, istrinya Mas Alex." Tutur Raya datar.****Raut wajah Stella seketika berubah, begitu mendengar pernyataan Raya, tak lama dengan sorot mata tajam, aktris cantik itu memindai tubuh Raya dari atas sampai kebawah.Sebuah senyuman yang terkesan dipaksakan, terlihat di bibir Stella, butuh waktu beberapa detik baginya untuk kembali mendekat dan menghampiri Raya."Kau istrinya Alex?" Tanya Stella tak percaya."Iya, aku istrinya. Namaku Raya," jawab Raya."Oh, maafkan atas sikapku tadi. Aku pikir kau pelayan baru dirumah ini.""Tak masalah. Penampilanku sekarang memang seperti pembantu," ucap Raya mempertegas."Maaf, ada keperluan apa mencari Mas Alex?"Untuk beberapa saat, Stella terdiam. Bibirnya terlihat sedikit bergetar, Namun, tak ada sepatah katapun yang keluar.
"Stella?"Ada raut wajah gembira terlihat disana. Ketika mengetahui jika Stella yang menelpon. Sebuah senyuman terbit diwajah pemuda itu. Tak ingin membuang waktu segera saja ia menjawab panggilannya."Terima kasih atas hadiahnya. Ini sangat bagus.""Aku senang jika kau suka Alex." "Sebenarnya aku ingin minta tolong. Maukah kau menemaniku ke Bali akhir minggu ini? Aku ada acara disana. Kupikir akan lebih menyenangkan jika kau juga disana menemaniku. Sudah lama rasanya kita tidak berlibur bersama, iya kan?""Kau benar! Kita memang sudah lama tidak berlibur ke sana. Kebetulan hari itu tanggal merah berurutan. Tak ada salahnya jika mencari hiburan disana. Baiklah aku akan mengajak Raya. Kita akan berlibur bersama disana."Untuk sesaat Stella diam setelah mendengar apa yang baru saja di sampaikan Alex padanya. Dengan suara yang terdengar bergetar, ia akhirnya kembali bicara."Apa harus mengajak Raya? Apa kita tidak bisa lagi menghabiskan waktu bersama, seperti dulu sebelum kau menikah?"
"Ke Bali, apa untuk urusan pekerjaan?"Alex diam, tak lama ia memilih untuk mengangguk kecil. "Iya, aku pergi Ke Bali untuk urusan pekerjaan, aku memberitahumu sesuai dengan dengan kesepakatan kita sebelum menikah dulu," jawab Alex ragu.****"Kau tak masalah kan jika aku pergi ke sana selama dua hari?"Raya tak langsung menjawabnya, entah mengapa ia merasa sedikit aneh dengan sikap Alex yang terkesan menghindar dari tatapan matanya."Apa saat ini kau sedang tidak berbohong padaku?" Tanya Raya sambil menyipitkan matanya."Ke-kenapa aku harus berbohong padamu?""Sikapmu sedikit aneh. Kau juga terlihat gugup menjawab pertanyaanku." "Aku tidak gugup." "Sikapmu sangat mencurigakan." Lanjut Raya."Apanya yang mencurigakan? Kau saja yang aneh. Ah, sudahlah aku mau tidur," kilah Alex berusaha menghindar."Selamat malam."Dengan langkah cepat, Alex berjalan menuju kamarnya. Sebelum menutup pintu kamarnya, masih terlihat pemuda itu mengintip istrinya yang masih asyik menyanyi.Blam.Alex me
Raya memutuskan untuk terus menjelajah kamar milik suaminya. Raya semakin meyakini jika yang ditemukannya adalah foto diri Stella. Meski foto itu sedikit buram, karena diambil belasan tahun lalu, namun. Raya yakin jika gadis berseragam putih abu-abu itu adalah Stella. Tak lama, ia mengambil sebuah catatan kecil yang ada disudut bagian bawah meja kerja Alex, sebuah catatan kecil yang nyaris tersembunyi oleh tumpukan map."Bali with Stella, akhir minggu ini."****"Bali with Stella?" Raya mengeja kalimat catatan yang tertulis dalam kertas itu.Untuk beberapa saat, Raya diam menatap kalimat dalam tulisan itu. Bibirnya berdecak kesal. Menandakan emosinya kini sedang berubah."Apa maksudnya ini? Ia bilang pergi karena urusan pekerjaan, tapi ternyata pergi dengan Stella, Apakah ini artinya Alex dan Stella sudah berjanji akan berlibur bersama disana, karena inikah ia sampai berbohong padaku?"Raya menggeleng pelan. Ia tak habis pikir dengan cara berpikir Alex sekarang. Pernikahan mereka mema
"Aku cemburu ...? Kau bilang aku seorang sedang cemburu?""Iya, kau cemburu nona!" Sambar Winda cepat."Tak mungkin. Itu tidak benar. Aku hanya tak suka ia membodohiku, berbohong padaku. Entah mengapa rasanya seperti ...""Seperti tidak rela melihat mereka bersama, iya kan?"Raya diam, keningnya masih terlihat berkerut. Namun, Raut wajahnya mengatakan jika ia setuju dengan pernyataan Winda."Lalu ...?""Apanya?" Ketus Winda."Lalu, apa yang kulakukan?" Lanjut Raya.Winda menggeleng cepat. "Tanyakan itu pada dirimu sendiri, apa yang kau inginkan dengan pernikahanmu. Jika kau mau pernikahanmu hancur dalam setahun kedepan. Maka, tutup matamu tak usah pedulikan apapun yang dilakukan suamimu dan Stella. Tapi, jika kau ingin pernikahanmu bertahan, maka berjuanglah. Buktikan kekuatan dan berkuasanya seorang istri untuk menghajar pelakor," jelas Winda bersemangat."Kau memang kompor meleduk.""Lho aku benar, Raya. Jika aku yang berada diposisimu. Sudah ku susul mereka ke Bali.""Aku bisa mem
"Terserah kau saja. Aku tak akan menang melayanimu bicara jika mode si Patrick ini sudah muncul."Mereka menikmati makanan yang tersaji. Sesekali masih diselingi tawa keduanya. Hingga tak terasa hanya menyisakan piring dan gelas kotor saja di meja."Ah, aku kenyang." Terdengar Winda bersendawa."Sering- sering saja kau mengajakku makan seperti ini," puji Winda sambil melebarkan kedua sudut bibirnya."Iya, kau tenang saja. Aku akan sering mentraktirmu seperti ini.""Lalu, apa kau sudah tahu apa rencanamu selanjutnya?" Tanya Winda sambil mengambil sebuah tusuk gigi dan segera mengunakannya."Tentu saja. Aku tahu apa yang harus kulakukan." Raut wajah Raya kini terlihat sangat misterius, seketika membuat Winda bergidik.***"Auramu kini terasa horor. Raya. Jangan bilang jika kau akan pakai jasa dukun santet." Mata Winda memicing memandang Raya."Sembarangan. Kau pikir aku seputus asa itu, hingga mengambil jalan hitam. Tenanglah, aku masih bisa berpikir waras," balas Raya."Katakan apa ren
"Mama senang kau kesini. Mana Alex, sayang?""Aku datang sendiri kesini. Mas Alex ada urusan pekerjaan diluar kota," jawab Raya."Mama tahu pasti ada yang ingin kau bicarakan dengan mama kan. Hingga tanpa memberi kabar lebih dulu kau datang mengunjungi mama kesini?" Tebak ibu mertua Raya sambil mengulas senyum.***"Ayo duduk disini," ajak Bu Sekar, mertua Raya.Mereka melangkah menuju kesebuah sofa yang tak jauh dari meja kerja. Sofa set berwarna abu abu gelap yang sangat kontras dengan warna dindingnya yang putih polos."Tidak, aku kesini karena tak enak sendirian dirumah, ma." Raya menjawab pertanyaan ibu mertuanya tadi."Aduh, mama lupa, Raya." Bu Sekar menepuk pelan kepalanya."Sebenarnya mama sudah minta sama sebuah yayasan penyalur untuk mencarikan asisten rumah tangga untuk bekerja di rumah kalian. Mama tahu Alex pasti keberatan jika banyak orang asing dirumah. Tapi, jika satu atau dua orang ART dipekerjakan untuk membantu dan menemanimu dirumah, kurasa Alex akan setuju. Karen
"Ma, cincin ini," tanya Raya."Pakai saja. Mulai sekarang itu adalah milikmu.""Terima kasih, ma. Akan ku jaga cincin ini baik baik," sahut Raya."Mama percaya padamu.""Ayo, nanti mama akan beri tahu makanan atau hal apa saja yang disukai Alex dan hal yang tidak disukainya. Kita bisa bicara banyak setelah makan.""Iya ma." Raya mengangguk, lalu mengikuti langkah ibu mertuanya menuju meja makan.****Raya memandang kembali cincin berhiaskan permata safir biru itu dijari manisnya. Pertemuannya dengan ibunya Alex kemarin, membuatnya yakin akan keputusannya untuk memisahkan Alex dari cengkraman Stella.Cukup lama ia memandang cincin itu. Sesekali bibirnya terlihat menyunggingkan senyum. Nampak jelas suasana hatinya kini sedang senang.Raya melangkah menuju lemari pakaian dan mengambil sebuah rok panjang berwarna coklat muda dan juga sebuah cardigan rajut kuning, lalu memakainya. Sengaja ia tak mengikat rambut panjangnya. Membuatnya terlihat benar-benar begitu manis.Sebuah Sling bag berw