"Mama senang kau kesini. Mana Alex, sayang?""Aku datang sendiri kesini. Mas Alex ada urusan pekerjaan diluar kota," jawab Raya."Mama tahu pasti ada yang ingin kau bicarakan dengan mama kan. Hingga tanpa memberi kabar lebih dulu kau datang mengunjungi mama kesini?" Tebak ibu mertua Raya sambil mengulas senyum.***"Ayo duduk disini," ajak Bu Sekar, mertua Raya.Mereka melangkah menuju kesebuah sofa yang tak jauh dari meja kerja. Sofa set berwarna abu abu gelap yang sangat kontras dengan warna dindingnya yang putih polos."Tidak, aku kesini karena tak enak sendirian dirumah, ma." Raya menjawab pertanyaan ibu mertuanya tadi."Aduh, mama lupa, Raya." Bu Sekar menepuk pelan kepalanya."Sebenarnya mama sudah minta sama sebuah yayasan penyalur untuk mencarikan asisten rumah tangga untuk bekerja di rumah kalian. Mama tahu Alex pasti keberatan jika banyak orang asing dirumah. Tapi, jika satu atau dua orang ART dipekerjakan untuk membantu dan menemanimu dirumah, kurasa Alex akan setuju. Karen
"Ma, cincin ini," tanya Raya."Pakai saja. Mulai sekarang itu adalah milikmu.""Terima kasih, ma. Akan ku jaga cincin ini baik baik," sahut Raya."Mama percaya padamu.""Ayo, nanti mama akan beri tahu makanan atau hal apa saja yang disukai Alex dan hal yang tidak disukainya. Kita bisa bicara banyak setelah makan.""Iya ma." Raya mengangguk, lalu mengikuti langkah ibu mertuanya menuju meja makan.****Raya memandang kembali cincin berhiaskan permata safir biru itu dijari manisnya. Pertemuannya dengan ibunya Alex kemarin, membuatnya yakin akan keputusannya untuk memisahkan Alex dari cengkraman Stella.Cukup lama ia memandang cincin itu. Sesekali bibirnya terlihat menyunggingkan senyum. Nampak jelas suasana hatinya kini sedang senang.Raya melangkah menuju lemari pakaian dan mengambil sebuah rok panjang berwarna coklat muda dan juga sebuah cardigan rajut kuning, lalu memakainya. Sengaja ia tak mengikat rambut panjangnya. Membuatnya terlihat benar-benar begitu manis.Sebuah Sling bag berw
Mata Raya tak berkedip ketika melihat sosok yang tak asing sedang berdiri di dekat pintu utama rumahnya. Tak lama kemudian, Arya melintas dari samping dan langsung menyapanya."Kau sudah pulang Alex, kupikir kau akan lama mengurus pekerjaanmu di Bali?"****"Kau sudah pulang?" Tanya Raya masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang."Iya, begitu pekerjaanku selesai, aku langsung pulang," jawab Alex ketus."Ah, jadi benar ini kau," ulang Raya sambil menjawil pipi Alex."Kau apa-apaan sih, dasar aneh!""Ternyata, ini benar benar kau." Raya terkekeh.Wajah masam masih diperlihatkan Alex kala ia melihat Arya yang melirik Raya sambil mengulum senyum. Membuat Alex berdecak kesal."Ke-kenapa kalian bisa pulang bersama?" Tanya Alex ketus sambil melirik Raya."Kami tak sengaja bertemu di mall, lalu menikmati secangkir kopi di sebuah kedai, benar kan Raya?" Arya langsung menjawabnya."Iya, Mas Arya sangat baik, ia menemaniku disana, kau tahu jika tak ada dia mungkin aku akan bosan send
"Dasar bodoh," umpat Raya spontan."Kau bilang aku bodoh!""Iya, kau bodoh. Kenapa tak suka. Kau sengaja kan mau cari ribut denganku. Ayo!" Tantang Raya."Apa kau yakin ingin menantangku?" Mata Alex menyipit lalu menghampiri Raya. Tak lama, ia membisikkan sesuatu ketelinga Raya."Aku terima tantanganmu. Bagaimana kalau untuk pemanasan kita tidur bersama malam ini? Menghabiskan malam pertama kita sebagai pengantin, dengan begitu kau bisa menilai apakah aku bodoh atau tidak dalam memuaskan mu?"***Byurr.Segelas air putih ditumpahkan Raya keatas kepala Alex. Membuat pemuda itu langsung mengumpat kesal."Apa yang kau lakukan?""Mendinginkan dan membersihkan kepalamu, agar otak kotormu itu bersih dari pikiran jorok," sungut Raya."Ah, kau ...!" Alex menggeram kesal."Kalau kau mau kau habiskan saja sisa mie dimeja, aku sudah tak berselera lagi." Ucap Raya sambil berlalu meninggalkan Alex yang masih sibuk mengelap sisa air dikepalanya."Benar benar gadis tak punya etika. Mengapa aku sampa
Sambil mengulas senyum, Raya meletakkan tiga gelas berisi teh hangat itu di meja. Tak lama ia ikut duduk disebelah Alex dan mempersilahkan Stella untuk meminumnya."Minumlah, aku harap kau suka tehnya. Maaf, di rumah ini tak ada cemilan atau kue yang bisa ku suguhkan padamu, karena Mas Alex belum sempat menemaniku belanja," Ujar Raya sambil mendelik tajam pada Alex.Alex berpura pura tak peduli dan memilih untuk mendengarkan saja keluhan Raya tentang dirinya. Tak lama Stella memberanikan diri bicara pada Raya."Aku meminta Alex untuk menemaniku hari ini, apakah kau mengizinkannya, Raya?"***Stella tersenyum menyeringai. Pertanyaan konyol itu akhirnya terucap dari bibir nya. Untuk beberapa saat Raya tertegun mendengarnya. Namun, hal itu tak berlangsung lama karena beberapa detik kemudian, Raya langsung mengulas senyum manis."Kau ingin pergi bersama Mas Alex?" Raya mengerutkan keningnya."Iya, aku ingin ia menemaniku hari ini.""Kau benar benar tak tahu malu!" Ucap Raya sambil terseny
"Terima kasih atas teh nya, Raya.""Sama sama. Kuharap kau tak kecewa karena Alex tak bisa menemanimu."Stella tak menjawabnya. Ia melangkah menuju pintu keluar, sesaat sebelum melintas di hadapan Alex. Stella kembali menoleh lalu, bergumam pelan. "Aku masih berharap kau akan menemaniku, Alex. Aku akan menunggumu di apartemenku." ****Stella berjalan kembali menuju mobilnya. Raut kecewa masih nampak jelas di wajahnya. Masih sempat ia menoleh sebentar memandang Alex yang masih terpaku diam disana. Berharap jika Alex akan pergi bersamanya.Diiringi dengan tatapan mata Raya yang masih mendelik padanya. Stella akhirnya masuk kedalam mobilnya. Untuk sesaat ia diam dibelakang kemudi mobilnya, masih memandang pasangan pengantin baru itu dengan pandangan nanar."Mengapa aku seperti ini. Mengapa aku seakan merasa kehilangan dirimu. Apakah aku telah melakukan kesalahan besar dengan menolak perasaanmu, Alex?"Bibir Stella berucap lirih. Ia menekan pelan dadanya, yang terlihat sesak. Tak lama,
"Biar nanti aku akan mencoba membujuknya, ma." Raya menyarankan."Kau benar! Coba kau yakinkan anak itu, mama yakin kau bisa membujuknya. Setidaknya Mbok Sumi nantinya akan sedikit meringankan pekerjaan rumah kalian.""Iya ma," jawab Raya."Ya sudah, mama pulang dulu ya. Jaga dirimu baik-baik. Mama harap tak lama lagi kalian akan memberi mama kabar baik.""Kabar baik?" Tanya Raya tak mengerti."Iya kabar baik. Kabar kehamilanmu, Raya."Raya menelan ludah, kerongkongannya terasa tercekat begitu mendengarnya. Permintaan ibu mertuanya saat ini sulit untuk dikabulkannya. Tak mungkin ia bisa hamil, karena pertahanannya saja sampai sekarang belum jebol dan terjamah oleh tangan Alex."Mama pulang dulu ya sayang." Pamit ibu mertua Raya lalu mengambil gelas minuman yang tadi disuguhkan Raya dan langsung meminumnya separuh."Iya ma, hati hati.""Mbok Sumi sementara ikut pulang dulu sama mama, nanti jika Alex sudah setuju, mama akan antar mbok Sumi kesini. Kau juga hati hati lah dirumah, jaga ma
Ponselnya berdering ketika Raya membuka pintu kamar mandinya. Masih menggunakan jubah mandi, gadis itu langsung menyambar ponselnya karena mengira jika Alex yang menelponnya."Mas Arya?" Bisik Raya pelan.Raya mengernyitkan dahi ketika menatap layar ponselnya. Ia tak menyangka jika kakak tiri suaminya itu akan menelponnya. Perlahan, jempolnya menggeser tombol hijau diponselnya. Tak lama suara Arya yang langsung menyapanya terdengar jelas. [Hai Raya, bolehkah aku meminta waktumu sebenar?]***Raya melangkah cepat menuju ke sebuah restoran di lantai tiga mall ini. Cukup lama baginya berputar putar arah, karena ini adalah pertama kalinya ia menjejakkan langkah di Mall ini.Beberapa kali ia bertanya pada para pengunjung, dimana letak restoran yang akan dituju olehnya. Meskipun sudah mendapatkan petunjuk arah. Tetap saja ia tak langsung menemukannya. Karena mall ini cukup luas.Papan nama sebuah restoran akhirnya menyudahi acaranya mengelilingi Mall ini lebih lama lagi, mata Raya menatap