"Biar nanti aku akan mencoba membujuknya, ma." Raya menyarankan."Kau benar! Coba kau yakinkan anak itu, mama yakin kau bisa membujuknya. Setidaknya Mbok Sumi nantinya akan sedikit meringankan pekerjaan rumah kalian.""Iya ma," jawab Raya."Ya sudah, mama pulang dulu ya. Jaga dirimu baik-baik. Mama harap tak lama lagi kalian akan memberi mama kabar baik.""Kabar baik?" Tanya Raya tak mengerti."Iya kabar baik. Kabar kehamilanmu, Raya."Raya menelan ludah, kerongkongannya terasa tercekat begitu mendengarnya. Permintaan ibu mertuanya saat ini sulit untuk dikabulkannya. Tak mungkin ia bisa hamil, karena pertahanannya saja sampai sekarang belum jebol dan terjamah oleh tangan Alex."Mama pulang dulu ya sayang." Pamit ibu mertua Raya lalu mengambil gelas minuman yang tadi disuguhkan Raya dan langsung meminumnya separuh."Iya ma, hati hati.""Mbok Sumi sementara ikut pulang dulu sama mama, nanti jika Alex sudah setuju, mama akan antar mbok Sumi kesini. Kau juga hati hati lah dirumah, jaga ma
Ponselnya berdering ketika Raya membuka pintu kamar mandinya. Masih menggunakan jubah mandi, gadis itu langsung menyambar ponselnya karena mengira jika Alex yang menelponnya."Mas Arya?" Bisik Raya pelan.Raya mengernyitkan dahi ketika menatap layar ponselnya. Ia tak menyangka jika kakak tiri suaminya itu akan menelponnya. Perlahan, jempolnya menggeser tombol hijau diponselnya. Tak lama suara Arya yang langsung menyapanya terdengar jelas. [Hai Raya, bolehkah aku meminta waktumu sebenar?]***Raya melangkah cepat menuju ke sebuah restoran di lantai tiga mall ini. Cukup lama baginya berputar putar arah, karena ini adalah pertama kalinya ia menjejakkan langkah di Mall ini.Beberapa kali ia bertanya pada para pengunjung, dimana letak restoran yang akan dituju olehnya. Meskipun sudah mendapatkan petunjuk arah. Tetap saja ia tak langsung menemukannya. Karena mall ini cukup luas.Papan nama sebuah restoran akhirnya menyudahi acaranya mengelilingi Mall ini lebih lama lagi, mata Raya menatap
"Bisa kita pulang pulang?" Tanya Raya."Tentu saja, kali ini biarkan aku mengantarmu pulang!""Iya, kau bisa mengantarku pulang."Mereka berdua berjalan beriringan keluar dari restoran itu. Mata Arya terlihat berbinar, meski ada rasa ingin mengandeng tangan Raya, namun, ia langsung menyadari jika hal itu tak bisa dilakukannya. Dengan cepat ia memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya.***Mereka berjalan menuju area parkiran yang ada di bagian selatan mall ini, nampak sebuah Jaguar hitam sudah menunggu di parkiran, tak membuang waktu lama, mereka kini sudah berada didalam mobil.Mobil yang dikemudikan Arya perlahan bergerak meninggalkan pelataran parkir mall megah ini. Mata Arya kini fokus menatap jalanan. Begitu juga dengan Raya yang melempar pandangan keluar jendela."Maaf, apa bisa kau menurunkanku di rumah sakit Pond*k ind*h nanti?" Tanya Raya mengusir kebungkaman diantara mereka."Kau ingin melihat Alex disana?" Arya balik bertanya."Kau tahu ...?" Arya menyunggingkan se
"Kita sudah sampai." ucap Arya sambil menarik rem tangan mobilnya.Raya memandang bangunan megah rumah sakit ini. Konon katanya, rumah sakit ini menjadi langganan dan favorit para selebriti tanah air karena tidak sedikit pesohor negeri ini yang memilih rumah sakit ini sebagai tempat mereka untuk berobat, atau sekedar melakukan pemeriksaan medis."Ayo, Raya!" Ajak Arya pelan."Iya mas."Arya membuka pintu belakang mobilnya dan mengambil buket bunga yang langsung diberikannya pada Raya, sedang dirinya sendiri membawa hampers yang berisi buah dengan pita merah muda di bagian pegangannya itu."Kau tahu dimana kamar rawatnya, Mas?" Raya bertanya sesaat hendak menjejakkan kakinya masuk ke area bangunan rumah sakit ini."Tentu saja, aku mengenal manajernya dan sudah menanyakannya tadi. Kau tinggal ikuti saja langkahku," sahut Arya."Baiklah."Raya mengikuti langkah Arya sambil memegang sebuah buket bunga ditangannya. Terlihat para wartawan yang masih berkeliaran di beberapa sudut lorong ruma
"Aku sudah pernah mengatakannya padamu, jika aku suka pada Raya, bukan?""Apa tujuanmu sebenarnya?" Cecar Alex." ... Jika aku melihat satu kesalahan lagi darimu memperlakukannya. Maaf, akan kurampas Raya dari tanganmu," bisik Arya tegas ditelinga Alex.****Alex refleks menoleh dan menatap tajam pada Arya, nafas pemuda itu itu seperti tercekat di tenggorokan, bibirnya seolah ingin mengucapkan suatu kalimat, namun, kembali Arya melanjutkan perkataannya."Aku memberimu satu kesempatan lagi untuk mengubah sikapmu padanya, jika sekali lagi aku melihat Raya tersakiti oleh sikapmu, saat itu aku bertindak dengan caraku sendiri."Arya membalas tatapan mata Alex dengan sebuah senyuman. Ia seakan tak peduli jika Alex marah atau kesal padanya. Sambil melirik jam di pergelangan tangannya, Arya kembali menyapa Stella yang masih berbicara dengan Raya."Aku senang melihatmu tertawa seperti itu, Kurasa keadaanmu kini memang sudah lebih baik.""Iya, para dokter dan perawat disini merawatku dengan bai
"Maaf, aku tak bisa menemanimu lebih lama lagi. Aku pulang dulu. Pikirkan apa yang baru saja kukatakan tadi, demi kebaikanmu sendiri. Kuharap setelah ini kau bisa yakin dengan apa yang sebenarnya kau inginkan."Setelah mengucapkan kalimat itu, Arya kembali membalikkan badannya, melangkahkan kakinya menuju pintu keluar kamar rawat ini.Stella masih terpaku. Perkataan Arya kini membuat dirinya meragu dengan semua yang dilakukannya selama ini. Ucapan Arya mengenai perasaannya pada Alex. Benar benar mengacaukan pikirannya."Mas Arya terang terangan menolakku. Apa perkataannya benar bahwa selama ini aku telah melakukan kesalahan besar karena menolak cinta Alex?" Gumam Stella yang terdengar lirih.****Wajah Alex masih terlihat kesal, beberapa kali ia mendengkus. Ia tak menyangka akan mendengar ucapan tidak menyenangkan itu dari mulut saudara tirinya.Alex masih menarik tangan Raya, melewati lorong lorong rumah sakit ini, mengabaikan tatapan para karyawan rumah sakit yang menatap mereka ber
"Selamat atas pernikahanmu, Raya.""Terima kasih!"Ponsel Alex tiba tiba berdering, dengan cepat pria bermata hazel itu melepas rangkulannya. Tak lama ia pamit menjauh sebentar, demi menjawab panggilan teleponnya. Meninggalkan Raya dan Dhani berdua."Kau sendirian, mas? Mana calon istrimu yang waktu itu bersamamu?" Sindir Raya beberapa saat kemudian.***"Aku sendiri, nunggu teman." Jawab Dhani gugup.Mata Raya menjelajahi sekitar, terlihat disana sebuah motor matic hitam yang terparkir tak jauh dari tempat Dhani berdiri. Tak lama, mata Raya juga memperhatikan sepatu kets yang dipakai Dhani. "Kau sepertinya belum melupakanku ya, Mas? Sepatu itu bukankah itu hadiah pemberianku? Kupikir kau akan membuang semua barang pemberianku setelah berselingkuh dengan anak bos mu yang kaya itu," Seringai mengejek di perlihatkan Raya pada Dhani."Itu ..." "Tenang, aku tak akan memintanya balik. Anggap saja itu kenang kenangan dariku. Lagipula, aku sudah tak butuh lagi barang bekas seperti itu, dij
[Siapa kau?]Tanya Raya setengah berbisik.[Raya, ini aku Stella.][Ada urusan apa kau menelponku?][Aku sengaja menelponmu, karena ingin mengajakmu bicara. Bisakah kau pergi keluar sebentar, aku menunggumu di cafetaria dua blok dari rumahmu] Ucap Stella membuat Raya spontan menoleh kearah suaminya.***Tangan Stella sedikit terangkat dan melambai ketika melihat Raya yang baru saja melangkahkan kakinya ke dalam cafe ini. Senyum tipis terbit di wajahnya seakan senang menyambut kedatangan Raya di tempat itu.Raya membalas lambaian tangan Stella sebentar dengan mengangkat sedikit tangannya, lalu berjalan menghampiri Stella yang duduk di pojok cafe ini."Hai!" Sapa Raya."Duduklah.""Aku yakin kau akan datang, Raya!" Balas Stella."Maaf, aku sedikit terlambat. Mbak.""Tak apa, panggil aku Stella saja," jawab Stella."Kau cukup berani, datang ke cafe ini sendirian saja, bagaimana jika ada wartawan disini?" Tanya Raya menyeringai."Apa tadi kau langsung mengenaliku?"Raya menggeleng. "Aku ha