Share

Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati
Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati
Penulis: Dini Aulia

Keributan di Ruang Tunggu

Penulis: Dini Aulia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

WARNING! Bab ini mengandung adegan kekerasan!

BRAK!

Hentakan pintu yang terdengar cukup keras membuat wanita berambut sebahu yang setengah terlelap itu membelalakkan mata. Manik hitamnya menangkap wajah tampan yang tampak dipenuhi emosi mendekat ke arahnya.

“Aku tidak percaya kamu masih bisa tidur dengan nyaman padahal suamimu baru saja dihina habis-habisan di depan banyak orang, Luna,” ujar pria tampan yang tengah menyeringai tajam itu dengan suara sepelan mungkin.

Luna segera mengeratkan jaket hitamnya begitu menyadari apa yang akan terjadi pada dirinya. “Maaf Mas Reno, aku tidak mengerti maksud mas,” jawab Luna dengan nada memelas. 

PLAK!

Benar saja, sebuah tamparan keras mengenai wajah cantiknya. Luna menatap pria di depannya dengan ekspresi linglung. Kesadarannya bahkan belum benar-benar pulih, tetapi Reno sudah melampiaskan emosi kepadanya.

“Biar kuberitahu apa yang baru saja terjadi. Aktor pendatang baru itu menghinaku dengan mengatakan di depan semua orang kalau bukan karena ayahmu yang seorang sutradara, aku tidak akan menjadi aktor terkenal seperti sekarang.” Reno menarik rambut Luna dan meletakkan bibirnya sedekat mungkin dengan telinga istrinya.

“Kamu dan ayahmu pasti sudah tahu tabiat buruk aktor bau kencur itu ‘kan? Tetapi kalian tetap menjadikannya lawan mainku. Apa ada alasan lain selain kalian memang sengaja ingin mempermalukanku?” tanya Reno sembari berbisik tepat di telinga Luna.

Luna menggeleng pelan. Sebelah tangannya mengelus pelan pipinya yang memerah dan terasa sangat linu. “Maaf mas, aku yakin ayah tidak memiliki niat seperti itu. Ayah pasti tidak menyangka semua itu akan terjadi. Mana mungkin ayah berniat menghina menantunya sendiri,” bantah Luna dengan suara bergetar.

Meskipun kejadian seperti ini bukan hal baru baginya, tetapi Luna tidak pernah terbiasa menerima perlakuan kasar dari Reno. Pria yang sudah menjadi suaminya selama beberapa tahun belakangan memang seringkali menjadikannya tempat pelampiasan ketika emosinya sedang memuncak.

“Mana mungkin ayah berniat menghina menantunya.” Reno menirukan kalimat Luna dengan nada mengejek. Pria itu bahkan tertawa cukup keras setelah mengatakannya.

“Apa aku harus menegur ayahmu juga, Luna? Hm? Bagaimana menurutmu? Haruskah aku melakukan hal yang sama padanya?” tanya Reno sembari mencengkram dagu istrinya dengan kuat, membuat Luna hanya bisa mengerang kesakitan.

“Berhentilah mengerang seperti itu, aku tidak akan ragu menghancurkan kamu dan ayahmu kalau sampai ada orang lain yang mendengar keributan ini,” ancam Reno tepat di telinga Luna.

DUK!

Sebuah tendangan dilayangkan Reno di kaki sebelah kanan Luna tepat setelah dia melepaskan cengkramannya dengan sangat cepat. Luna yang tidak siap akan gerakan mendadak Reno sontak terhuyung dan terjatuh.

Luna hanya meringis pelan demi menahan rasa sakit yang segera merasuki tubuhnya. Tetesan air mata mengalir begitu saja dari manik hitamnya.

“Ma-af, mas. Aku benar-benar minta maaf. Setelah ini, aku akan bicara dengan ayah dan memastikan hal seperti ini tidak akan terulang lagi,” ucap Luna dengan suara bergetar. Wanita itu menangkupkan kedua tangannya dan bersimpuh di hadapan Reno.

‘Kenapa kamu tega sekali, mas? Kenapa kamu tidak bisa memperlakukanku dengan baik?’ batin Luna sembari menatap wajah suaminya dengan tatapan nanar. Semua orang mengenal pria di depannya sebagai seorang aktor besar dengan sifat lembut dan sangat penyayang, terutama kepada Luna sebagai istrinya. Namun, sosok Reno yang saat ini menarik tangannya berbeda jauh dengan apa yang selama ini ditampilkan di layar kaca.

“Ah, aku benar-benar kesal, Luna. Apa yang harus aku lakukan untuk meredakan emosiku?” tanya Reno sembari memaksa Luna berdiri. Meskipun kali ini gerakannya lebih pelan, tetapi tubuh Luna yang sudah terlanjur lemas kembali terjatuh.

“Kamu tahu apa yang selalu aku dengar tentangmu?” Reno sedikit meninggikan nada suaranya, memberi isyarat pada wanita itu untuk menatap dirinya.

“Orang-orang selalu bilang kalau aku beruntung karena memilikimu sebagai istriku. Kamu adalah istri yang sangat pengertian, baik, setia, sabar.” Reno menghentikan ucapannya sejenak dan menatap wajah Luna yang kini dipenuhi luka.

“Yah, mereka tidak sepenuhnya salah. Meskipun aku terpaksa menikahimu karena utang budi papa terhadap ayahmu, nyatanya kamu tidak terlalu mengecewakan. Kamu benar-benar bisa menenangkanku setiap kali aku emosi.” Sebuah seringai menyeramkan kembali muncul di wajah Reno.

Luna yang melihat itu berusaha menjauh, tetapi tubuhnya yang terlalu lemah dan dipenuhi rasa sakit seolah menolak. Wanita itu hanya menggeleng pelan sembari menangkupkan kedua tangannya.

“Apa sebenarnya salahku, mas? Sudah bertahun-tahun kamu memperlakukanku seperti ini dan aku selalu diam! Aku tidak pernah membuka mulutku di depan media! Tidak bisakah sekali saja kamu menghargai aku dan keluargaku?” Nada suara wanita itu bergetar hebat. Meskipun Luna tahu perkataannya bisa membuat amarah Reno semakin memuncak, tetapi dia juga tidak tahan terus menerus diperlakukan seperti itu oleh suaminya sendiri. 

“Kesalahanmu? Ah, apa perlu aku sebutkan kesalahanmu secara keseluruhan? Singkatnya, kesalahan terbesarmu adalah menerima pernikahan ini,” Reno menunjuk Luna dengan mata melebar. Nada bicara pria itu juga semakin tinggi. Sepertinya Reno sudah lupa dengan kekhawatirannya kalau sampai ada orang lain yang mendengar keributan mereka.

Luna menundukkan kepala dan membiarkan butiran air mata terus membasahi pipinya. Kalau saja saat itu Reno sudah menunjukkan sikap kasarnya sekali saja, Luna tentu akan menolak pernikahan ini. Tetapi saat itu, dalam setiap pertemuan sebelum mereka menikah, Reno selalu menatapnya dengan penuh cinta. Pria itu datang ke dalam hidupnya dan berlagak seolah hendak memberikan kehidupan baru yang penuh keindahan.

“Kalau saja aku tahu semuanya akan menjadi seperti ini, aku pasti akan menolaknya, mas,” gumam Luna sangat pelan. Untuk yang satu itu, Luna juga setuju dengan Reno. Kesalahan terbesarnya adalah membiarkan pernikahan ini terjadi.

“Kamu harus mengingat hari ini dengan sangat baik, Luna. Beritahu ayahmu untuk menjadi sutradara yang baik dan lebih pintar dalam memilih lawan main untukku. Kalau sampai ini terjadi lagi, aku tidak bisa menjamin keselamatanmu,” ucap Reno sama sekali tidak mempedulikan gumaman Luna.

Luna hanya mengangguk pelan mendengar ancaman suaminya. Seperti yang dikatakan Reno, Luna tidak pernah lupa hari-hari di mana Reno menyakitinya, bahkan untuk alasan sepele seperti lawan mainnya yang terlambat datang dan membuat mood Reno menjadi buruk.

Reno menundukkan tubuhnya dan menyentuh wajah Luna perlahan. Sebelah tangannya mengusap pelan darah yang mengalir dari ujung bibir sang istri.

Tok. Tok.

Suara ketukan pintu membuat Reno segera berdiri dan memberi isyarat pada Luna untuk bersembunyi. Dengan sisa tenaganya, Luna berusaha meraih ujung meja dan bersembunyi di pojok ruangan. Sementara Reno mengusap darah Luna yang berada di ujung jarinya dengan tisu dan tersenyum lebar sembari membuka pintu kayu di depannya.

“Selamat siang, Pak Reno.” Seorang pria dengan rambut ikal yang tampak tidak asing berdiri di depannya. Sebuah senyum kecil terlihat di wajahnya.

Reno mematung sejenak begitu menyadari siapa yang ada di depannya. “Sebentar, apa aku tidak salah lihat?” Reno mengucek matanya pelan dan tertawa kencang.

“Wah, lihat siapa yang ada di depanku! Ada apa? Apa kamu perlu bantuanku? Bagaimana rasanya hidup di jalanan?” tanya Reno sembari melanjutkan tawanya.

Pria dengan wajah dingin di depannya sama sekali tidak bergeming setelah mendengar rentetan pertanyaan Reno. “Maaf, saya hanya memastikan kalau tidak ada masalah yang terjadi di sini,” ujarnya pelan. Tatapan matanya mengarah pada ponsel hitam yang berada di genggamannya, seolah memberikan ancaman secara tidak langsung pada Reno.

Reno mendecih pelan dan segera menarik kerah kemeja hitam yang dikenakan pria itu dan membawanya menjauh dari ruang tunggu. “Kamu berniat mengancamku, hah? Sebegitu sulitkah hidupmu sampai harus melakukan hal sehina ini?” tanya Reno setengah berbisik.

“Setidaknya balaslah sapaanku dulu. Sifat aroganmu memang tidak akan pernah berubah.” Pria berambut ikal itu melepaskan cengkraman tangan Reno dan tersenyum kecil.

“Katakan, apa yang membawamu ke sini, Kak Aldi?” tanya Reno dengan seringai mengerikan di wajahnya. Tubuh kekarnya mendorong Aldi merapat pada tembok di belakang mereka.

Bab terkait

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Sebuah Peringatan

    Aldi segera membuang muka setelah mendengar pertanyaan Reno. Pria itu juga balik mendorong Reno agar menjauh darinya. “Jangan pernah menyebutku seperti itu. Aku selalu merasa jijik setiap mendengarnya,” jawab Aldi dengan nada ketus. Reno tertawa kecil demi mendengar jawaban Aldi. “Apa aku sedang ditolak oleh kakakku sendiri?” “Sudah lama kita tidak bertemu, ya. Apa yang sebenarnya terjadi sampai kamu repot-repot mendatangiku ke sini?” tanya Reno sembari mendekat dan menggerakkan tangannya ke arah ponsel Aldi. Grab! Dalam sekejap, Aldi menghentikan gerakan tangan Reno yang hendak mengambil ponselnya dan menatap pria di depannya dengan wajah datar. Di depannya, Reno menyeringai pelan mendapati perlakuan dingin dari pria yang disebutnya sebagai kakak. “Aku tidak akan pernah membiarkan siapapun mengganggu kehidupanku, meskipun orang itu adalah keluargaku sendiri,” ucap Reno dengan penuh penekanan. Tangan kekarnya terangkat perlahan dan menarik kerah kemeja yang dikenakan Aldi. Mesk

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Akting yang Payah

    Aldi mengangkat tangannya dan hendak menyentuh pelan pipi Luna ketika wanita itu menghentikan gerakannya dan menatap Aldi dengan tatapan tajam. “Jangan bersikap tidak sopan! Se—” Ucapan Luna terhenti ketika Aldi menutup bibir Luna dengan tangannya. Luna yang masih merasakan sakit di sekujur tubuhnya hanya terdiam. Wanita itu sudah kehilangan tenaga untuk sekadar membalas perlakuan pria asing di depannya. Aldi menatap Luna dalam-dalam. “Maaf, saya hanya ingin memeriksa luka yang ada di pipi anda. Saya juga tidak memiliki niat jahat, jadi anda tenang saja.” “Apa anda selalu menutupi perilaku suami anda seperti ini?” tanya Aldi setelah tertawa kecil setelah melepaskan tangannya. Luna mengernyitkan dahi mendengar pertanyaan dari pria ikal di sampingnya. “Apa maksud anda bertanya seperti itu? Perilaku suami saya yang seperti apa yang anda bicarakan?” tanya Luna dengan nada suara yang sedikit meninggi, seolah sengaja menunjukkan perasaan tidak nyaman. Aldi hanya tersenyum kecil mendenga

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Penawaran Menarik

    “Berpisahlah dengan Reno,” ujar Aldi dengan mantap. Manik hitamnya menatap lurus pada wajah Luna, memberi isyarat kalau dia serius dengan ucapannya. Luna spontan bergerak untuk duduk, tetapi Aldi menahan gerakan wanita itu. “Jangan banyak bergerak,” ucapnya pelan. “Pak Aldi, apa anda sadar dengan apa yang baru saja anda katakan? Bagaimana bisa anda meminta saya melakukan hal seperti itu? Anda bahkan belum mengenal saya,” ucap Luna setengah berbisik. Wanita itu sama sekali tidak mengira kalau permintaan seperti itu yang akan keluar dari bibir pria asing yang kini duduk dengan tenang di sisi bednya. “Bukankah itu sebanding, Bu Luna? Anda tidak akan mendapat perlakuan kasar lagi dari Reno, dan video itu juga tidak akan tersebar.” Aldi tersenyum lebar setelah menjelaskan penawaran yang dia berikan pada Luna. Wanita cantik dengan blouse coklat itu mematung sejenak dan menatap kosong pada langit-langit di rumah sakit. Tanpa sadar, setetes air mata mulai mengalir perlahan dari ujung matan

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Benih-Benih Kepercayaan

    “Wanita licik! Tidak punya hati!” Sosok Aldi berjalan cepat dan segera mencengkram kerah blouse berwarna putih yang dikenakan oleh Mama Reno. Gerakan Aldi yang sangat cepat membuat wanita paruh baya itu tidak sempat bersiap dan hampir terjatuh jika tangan Luna tidak membantu menahan tubuhnya. “Aldi!” Papa Reno mendekat dan berusaha menahan tangan Aldi yang sudah mengepal. Wajah dingin Aldi kini memancarkan emosi dan kebencian yang sangat dalam, kedua matanya bahkan sudah memerah. Luna yang berada di belakang Mama Reno berusaha menenangkan Aldi sembari membantu mertuanya untuk kembali berdiri. “Setelah ibu saya, sekarang anda mau membunuh wanita lain? Hanya demi reputasi anak hina itu, anda meminta Luna mati perlahan-lahan!” Aldi menggeram dan mengencangkan cengkraman tangannya. Sementara Papa Reno masih berusaha menghentikan Aldi. Air mata mulai membasahi wajah pria yang selalu tampil dengan penuh wibawa itu. “Sayang, aku sudah berulang kali bilang, jangan membawa anak ini kembali!

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Rasa Aman Saat Bersamanya

    Bab 6 Rasa Aman Aldi mengulurkan tangan ketika Luna mencoba untuk berdiri dari bednya. Sebuah senyum kecil terbentuk di wajah dinginnya.“Terima kasih,” ucap Luna sembari menggenggam tangan Aldi dan mulai berjalan pelan melewati rentetan bed yang berada di IGD.Luna melirik pelan pada tangannya yang bertaut dengan Aldi. Pria berambut ikal itu hanya berjalan dengan tatapan lurus ke depan, tetapi Luna tahu betul kalau Aldi berusaha menyelaraskan langkahnya agar Luna merasa nyaman. Tanpa sadar, Luna menarik ujung bibirnya sembari menundukkan kepala.“Tunggu di sini ya, biar saya carikan taksi dulu,” ucap Aldi sesampainya mereka di depan ruang IGD.Luna mengangguk pelan dan menempati kursi kosong di samping seorang ibu hamil yang menyambutnya dengan senyum ramah.“Pengantin baru ya mba?” Luna menoleh kaget demi mendengar celetukan ibu hamil di sampingnya.Wanita berambut sebahu itu menggelengkan kepala dan tersenyum canggung. “Ah, bukan bu, dia bukan suami saya,” jawab Luna sembari terta

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Kisah Kelam yang Terkuak

    Luna menatap papan kayu dengan nama “Retno Cahyaningsih” yang tertancap di sebuah makam yang berada tepat di depannya.Aldi yang sudah lebih dulu mengambil tempat duduk di atas sebuah undakan kecil dari batu memberi isyarat pada Luna untuk duduk di sisinya. “Kita doakan ibuku dulu ya,” ujar Aldi yang mulai membaca ayat suci Al-Quran.Luna hanya mengangguk pelan dan menatap pria di sampingnya sembari mengingat-ingat ucapan Aldi pada mama mertuanya. Seingatnya, Aldi mengatakan kalau ibunya adalah korban, dan dia tidak mau kalau Luna menjadi korban selanjutnya. Apakah mama mertuanya sudah melakukan kejahatan pada ibu Aldi sampai menyebabkannya meninggal dunia?Meskipun kepalanya masih dipenuhi tanda tanya, Luna tetap membacakan ayat suci Al-Quran dan mengamini doa-doa yang dipanjatkan Aldi dengan khusyuk.“Ibu, ini Aldi bu. Hari ini Aldi bawa teman, dia istrinya Reno,” ucap Aldi sembari mencabut beberapa rumput yang berada di atas tanah pemakaman itu.“Ibu pasti bertanya-tanya kenapa Ald

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Untuk Pertama Kali

    Luna menatap kosong pada jalanan yang padat. Wanita itu masih berusaha memproses semua hal yang baru saja dia dengar dari Aldi. Kisah terkelam dari keluarga Reno yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan.Selama lima tahun pernikahannya dengan Reno, pria itu sama sekali tidak pernah menyinggung masalah pribadi keluarganya. Dia hanya bicara seperlunya. Bahkan Reno juga tidak pernah menyebut nama Aldi di depannya, karena itulah saat ini Luna merasa seperti mendapat hantaman fakta yang terlalu mengejutkan.Wajah mama dan papa mertuanya mendadak berseliweran di dalam kepala Luna. Mama mertuanya memiliki senyum tipis yang terkesan menyeramkan, tetapi selama ini mama cukup baik padanya, meskipun Luna percaya hal itu dilakukan mama demi menjaga nama baik Reno dan untuk menekan Luna agar tetap bungkam.Sementara itu, papa mertuanya merupakan orang yang jarang berbicara. Papa memiliki perawakan tinggi besar dan selalu mengenakan kacamata. Pria dengan rambut yang sudah setengahnya berwarna pu

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Berada di Pihak Aldi

    Luna menghela napas dalam-dalam begitu mobil taksi yang dia tumpangi bersama Aldi berhenti di depan gerbang sebuah rumah besar. Suara berat Reno di telepon tadi kembali membuat Luna bergidik. Suaminya itu hanya menyuruhnya untuk segera pulang, tetapi Luna dapat mengira amarah seperti apa yang tengah ditahan oleh Reno.Aldi yang berada di sampingnya menatap Luna dan tersenyum kecil. “Ayo, biar saya temani,” ujarnya dengan suara mantap.Luna sudah berulang kali meminta Aldi untuk tidak mengantarnya. Bukannya Luna tidak merasa takut, tetapi wanita itu hanya tidak mau membuat Aldi terlibat terlalu dalam, apalagi sampai terluka karena kelakuan Reno. Meskipun Luna masih merasakan sakit di sekujur tubuhnya, tetapi dia juga tidak siap melihat Aldi dan Reno bertengkar di hadapannya. Biar saja dia yang menjadi pelampiasan amarah Reno, seperti yang biasanya terjadi.Luna melangkah keluar dari mobil dengan gontai. Seandainya dia punya tempat pulang selain rumah ini. Sebelumnya, dia pernah mencoba

Bab terbaru

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Berita Panas dan Tawaran Penting

    Luna menatap layar ponselnya sembari memasukkan segenggam kacang goreng ke dalam mulutnya. “Perselingkuhan Aktor Terkenal Reno dengan Aktris Pendatang Baru.” Luna membaca judul berita di layar kecil itu dengan nada datar. Tidak ada lagi rasa sedih ataupun kecewa dari sorot matanya, seolah-olah Luna sudah sangat terbiasa dengan berita perselingkuhan itu.Bi Imah yang tengah menyiapkan sarapan mendekat dan membaca berita yang sama dari ponsel Luna. “Jadi mereka tertangkap kamera lagi ya? Apa Pak Reno sengaja melakukan ini?” tanya Bi Imah dengan raut penasaran.Luna menoleh heran demi mendengar pertanyaan asisten rumah tangganya. “Kenapa Mas Reno harus melakukan itu, bi? Memang apa untungnya? Bukankah seharusnya berita seperti ini malah bisa merugikan Mas Reno ya?” Luna justru balas bertanya dengan raut bingung.Wanita paruh baya yang mengenakan celemek kuning itu mengambil kursi di depan Luna dan menghela napas panjang. “Mungkin saja ‘kan Pak Reno sedang tes ombak? Karena kemarin Bu Lun

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Pencarian yang Belum Usai

    Reno menatap rumah besar di depannya dengan wajah kesal. Setelah insiden di jalan tadi, dia memutuskan untuk mengemudikan mobil dan mengantar Maria dan Angga pulang lebih dulu. Entah apa yang ada di pikiran manajernya itu sampai-sampai tidak fokus dalam mengemudi dan hampir membahayakan mereka semua.“Luna, semua ini karena kamu! Seandainya sejak awal kamu mendengarku dan mengabaikan Aldi, pasti kehidupanku akan baik-baik saja! Aku dekat dengan Maria juga ‘kan karena kamu yang mulai cari gara-gara dan merepotkanku terus,” geram Reno sambil memukul setir di depannya.“Sebenarnya di mana kamu bersembunyi, Luna? Mungkinkah kamu kembali ke rumah?” tanya Reno pada dirinya sendiri. Upayanya mendatangi kontrakan Luna setelah tayangan klarifikasi itu tidak membuahkan hasil. Meskipun sudah menunggu di depan rumah petak itu sejak siang hingga malam hari, Reno sama sekali tidak melihat Luna. Sepertinya Luna sudah tahu keberadaannya dan berhasil melarikan diri lebih dulu. Tetapi ke mana wanita it

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Semakin Arogan

    Reno menghentakkan kakinya kencang-kencang setelah menutup pintu coklat di belakangnya. Dia benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan reaksi sinis seperti itu dari salah satu direktur yang biasanya selalu memujanya. Ditambah lagi, sikap sinis itu dia dapatkan tepat di depan Aldi, musuh terbesarnya saat ini."Siapa yang akan menangis katamu? Tentu saja itu adalah kamu, Aldi! Dasar tidak tahu diri!" geram Reno sambil meninju tangannya ke sembarang arah dan berjalan menuju lift di ujung koridor. Berita-berita tentang kekerasan yang dia lakukan pada Luna sudah tersebar luas di berbagai media. Tidak seperti biasanya, manajernya, Angga bahkan mengatakan bahwa dia belum mendapat berita apapun dari agensi mereka tentang upaya membersihkan namanya. Hal itu jelas membuat Reno semakin pusing, ditambah dengan sikap direktur yang tadi dia temui. Mungkinkah saat ini dia tengah dikucilkan? "Kenapa jadi aku yang harus dikucilkan? Padahal Aldi dan Luna yang bersalah. Kalau saja Aldi tidak datang

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Siapa yang Akan Menangis?

    Brak!Aldi mengangkat kepalanya karena suara pintu kantornya yang mendadak dibuka dengan kencang. Lebih tepatnya, seseorang yang tampak sangat marah membantingnya dan kini menatap lurus pada dirinya.“Setidaknya tunjukkan rasa sopan ketika memasuki tempat orang la—”Grab!Belum sempat Aldi menyelesaikan ucapannya, sebuah tangan kekar telah mencapai dirinya dan kini mencengkram kerah kemeja hitam yang dia kenakan.“Kurang ajar! Katakan di mana Luna sekarang!” ucap Reno dengan mata memerah. Gigi putihnya bahkan bergetar karena menahan emosi.Aldi menatap pria di depannya dengan dingin. Siapa sangka pagi harinya akan dibuka dengan kemarahan Reno yang mendadak datang di kantornya yang sangat tenang.“Setidaknya tunjukkan rasa sopan ketika memasuki tempat orang lain.” Bukannya menjawab perkataan Reno, pria dengan rambut ikal yang kini dikuncir kecil itu justru mengulangi ucapannya sendiri.B

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Setelah Luna Pergi

    "Saya merasa senang mendengarnya pak. Semoga semua berjalan sesuai rencana, sehingga posisi bapak di agensi itu tidak akan goyah."Luna yang bermaksud mengambilkan air minum dan beberapa snack untuk Bi Imah menghentikan langkahnya tepat di dinding pembatas dapur ketika mendengar suara berat milik Bara. Sebuah nama segera melintas dalam pikiran Luna ketika mendengar kata-kata 'posisi' dan 'agensi'. "Mas Aldi? Mungkinkah Bara bicara dengan Mas Aldi?" tanya Luna pada dirinya sendiri. Seolah tersihir, kedua kakinya bergerak mendekat dan berniat mencuri dengar pembicaraan Bara dan temannya itu. "Baik, pak. Saya mengerti. Saya akan melakukan semua yang bapak minta," ujar Bara dengan mantap. Luna terdiam di sisi lain dapur dan berusaha menahan napas agar Bara tidak merasa terganggu dengan keberadaannya. Sesekali, wanita muda itu mengintip ke dapur dan mendapati Bara yang tengah duduk di meja makan. Mangkuk bakso miliknya yang masih tersisa separuh sama sekali tidak memalingkan perhatian L

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Sikap yang Mencurigakan

    Ting Tong! Bara menghentikan Luna dengan tangannya dan beranjak lebih dulu mendekati pintu utama dengan aksen garis putih itu. Sementara di belakangnya, Luna mengekor dengan tatapan curiga. Hampir saja dirinya terlarut dalam rasa penasaran yang mungkin saja menyeretnya dalam bahaya. Bara membuka sedikit ujung gorden demi mengecek siapa yang berada di balik pintu. "Iya, pak. Beliau sudah datang," ujarnya pelan pada lawan bicara di telepon.Luna yang berada tepat di belakangnya menghela napas lega. Artinya, orang yang berada di belakang pintu bukanlah ancaman bagi mereka.Wanita yang mengenakan dress bunga itu mengernyit kecil ketika Bara membisikkan sesuatu melalui telepon. Rasa penasaran tentang siapa yang diajak bicara oleh pria itu mendadak mencuat. Melihat bagaimana Bara sangat waspada ketika mengangkat telepon, Luna jadi menduga-duga kalau lawan bicara aktor muda itu mungkin saja adalah pemilik rumah mewah ini."Mba, bibi yang akan membantu Mba Luna selama di sini sudah datang."

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Pigura yang Tertinggal

    “Bara, apa ini foto pemilik rumah?”Pertanyaan Luna membuat Bara menoleh dan menatapnya dengan wajah pucat. Sebelum Luna datang ke sini, Bara ingat betul dia sudah menyingkirkan semua foto ataupun barang-barang yang bisa menjadi petunjuk tentang pemilik rumah mewah itu, tetapi sepertinya dia melewatkan satu pigura kecil yang kini menjadi perhatian Luna.“Bara? Apa pemilik rumah ini seorang aktor juga sepertimu?” Luna yang merasa semakin bingung setelah melihat ekspresi Bara mencoba mengganti pertanyaannya, tetapi Bara masih terdiam dan kini hanya tersenyum tipis.“Ah, bukan. Pemilik rumah ini memang bukan aktor mba, tetapi saya kenal baik dengannya, hehe. Jadi, Mba Luna tenang saja, Mas Reno tidak akan tahu kalau Mba Luna ada di sini,” jawab Bara dengan senyum terpaksa.Luna mengulum senyum kecil ketika mendengar jawaban lawan bicaranya yang terlihat sangat gugup. Wanita cantik itu menatap foto anak laki-laki kecil dengan rambut ikal itu sekali lagi, sekadar memastikan bahwa foto itu

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Tidak Lagi Berharga

    Luna menatap kosong pada lemari besar yang tampaknya dibuat dari kayu berkualitas tinggi. Warna lemari yang putih tampak selaras dengan ruangan besar yang juga didominasi warna putih dan abu-abu.Sudah sekitar dua puluh menit wanita itu berdiam diri di atas kasur empuk yang dilapisi seprai putih bersih. Luna merasa sedikit sangsi dengan ucapan Bara yang mengatakan kalau rumah ini sangat jarang ditempati, karena seprai yang menyelimuti kasur itu juga terasa sangat bersih dan seperti baru diganti.“Sebenarnya rumah siapa ini? Mungkinkah rumah salah satu aktor terkenal juga? Kenapa Bara tidak mau memberitahuku soal itu?” gerutu Luna sambil melayangkan pandangan pada ruangan yang tampaknya dua kali lipat lebih besar dari kamar yang biasa dia tempati bersama dengan Reno.Luna memijat pelan kepalanya begitu mengingat soal Reno. Entah bagaimana keadaan pria yang sangat temperamental itu. Mungkinkah Reno masih berada di rumah kontrakan Luna, atau dia sudah pulang dan mengamuk di rumah?Helaan

  • Disiksa Suami, Dicintai Presdir Baik Hati   Penculikan yang Menyenangkan

    “Hmph!” Luna berusaha menggerakkan tangannya sekuat tenaga, tetapi seseorang yang berada di belakangnya menarik tangan Luna dengan lebih kuat, membuat wanita itu terpaksa berjalan mundur. Luna menduga orang yang membekapnya adalah seorang pria jika dilihat dari ukuran tangan yang jauh lebih besar dari miliknya, ditambah sebuah jam tangan berwarna hitam yang melingkar di tangannya yang terasa tidak asing bagi Luna.Luna membelalakkan mata dan menoleh begitu mengingat siapa yang biasa mengenakan jam tangan hitam itu. Pria yang menariknya mundur mengenakan masker dan kacamata hitam sehingga membuatnya tidak dapat mengenalinya dengan mudah, tetapi Luna merasa sedikit lega ketika menyadari bahwa pria itu mungkin orang yang cukup dekat dengannya.Langkah Luna terasa lebih ringan setelah pria itu melepaskan tangan dan memberi isyarat di atas bibirnya, meminta Luna untuk tidak bicara apapun dan bergegas mengikuti langkahnya yang bergerak menuju sisi lain dari gang sempit itu.Sesuai dengan pe

DMCA.com Protection Status