Share

Kau Berharga

Aku mengembuskan napas kasar ketika melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Entah berapa kali aku mengintip ke luar, tetapi mobil Bastian belum juga tampak. Malam ini aku harus membuat lelaki itu bicara apa yang sedang dia rencanakan. Satu jam aku mengawasi dari dalam taksi melihatnya sibuk membantu para pekerja di warung. Apakah Bastian membuka usaha baru? Lalu bagaimana dengan restoran dan usaha percetakannya? Tadi aku juga sempat bertanya ke bendahara yang mengelola dana dari donatur, apakah Bastian masih memberi donasi? Bendahara bilang sumbangan dari lelaki tersebut lancar tanpa hambatan malah jumlahnya lebih banyak dari biasanya.

Aku kembali menyingkap kain gorden ketika mendengar deru mobil Bastian. Aku berjalan mondar-mandir sembari mencari kalimat pertama memulai percakapan dengannya, sebab sejak kami baikan selalu Bastian yang berinisiatif mengawali.

"Lho, Najwa, belum tidur?"

Aku tergagap tidak menduga Bastian langsung membuka pintu kamar.

"Em,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status