Share

Bab 97

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Aku sudah mendapatkan perawat sayang, besok dia akan datang,” kata Rangga pada istrinya.

Febby hanya mengangguk. Dia pasrah pada suaminya karena kalau Rangga sudah memutuskan makan tak akan ada yang bisa menghalanginya.

Tiga bulan berlalu

Kehamilan adalah anugerah yang sangat dinantikan oleh Febby dan Rangga. Sejak menikah, mereka selalu berharap diberikan momongan, dan ketika akhirnya Febby dinyatakan hamil, kebahagiaan mereka terasa sempurna.

Namun, kebahagiaan itu sedikit terganggu oleh pengalaman ngidam yang nggak biasa. Febby mengalami hal yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya—ia tak sanggup menatap sinar matahari. Setiap kali terkena sinar matahari atau cahaya terang, perutnya seketika terasa mual, dan sering kali disertai muntah hebat.

Pada awalnya, Febby mengira mual tersebut adalah bagian dari morning sickness biasa yang dialami oleh sebagian besar wanita hamil. Namun, seiring waktu, ia mulai menyadari bahwa reaksinya lebih dari sekadar morning sickness.

Jika dia hanya m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Bab 98

    “Suter, silahkan masuk,” kata Rangga.“Terima kasih pak Rangga,” jawabnya.Rangga kembali menutup pintu apartemennya, lalu masuk ke dalam kamar untuk berpamitan pergi ke kator. “Sayang, aku kerja dulu ya. Suster Lusiana sudah datang,” katanya memberitahu sang istri.“Iya sayang, hati-hati di jalan.”Rangga mengecup kening dan bibir sang istri, lalu mengecup perut sang istri yang sudah berusia tiga bulan. “Papa berangkat kerja dulu ya sayang,” pamitnya pada kedua calon anaknya.Setelah itu Rangga menitipkan Febby pada suster Lusiana.Sementara itu di sudut Kota Sun CityMayang duduk di sebuah coffee shop kecil di pinggir kota, matanya memandang ke luar jendela dengan pikiran penuh kekhawatiran. Sudah berbulan-bulan sejak Rossa, ditangkap oleh polisi karena kasus narkoba dia merasa sangat kesepian, para tetangga pun menjauhinya sejak kasusnya menyeruak ke publik. Dia yang dulu paling berkuasa kini nyaris tak punya teman.Dia seperti orang yang berpenyakitan dan harus dihindari oleh y

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Bab 99

    “Saya akan segera menghubungi anda lagi, sekarang pulanglah,” kata Pak Brata dingin.“Baik, saya permisi dulu,” pamit Mayang.Mayang pulang ke rumah dengan hati yang berat. Ia Tidak bisa tidur, bayangan warga desa yang akan kehilangan tanah mereka terus menghantuinya. Namun, ketika ia berpikir tentang Rossa, hatinya berdebar kencang. Rossa adalah segalanya bagi Mayang, dan dia harus melakukan apa pun untuk memastikan anak tirinya itu bisa bebas.Esok harinya, Mayang mulai menjalankan tugasnya. Ia pergi ke desa yang telah ditunjukkan oleh Pak Brata dan mulai berbicara dengan beberapa warga. Dengan menggunakan tipu daya dan bahasa manis, ia berusaha meyakinkan mereka bahwa menjual tanah mereka adalah pilihan terbaik.Semakin banyak warga yang mulai menyerahkan tanah mereka dengan harga yang sangat murah. Mayang merasakan beban berat setiap kali ia menandatangani kesepakatan, namun ia mencoba mengabaikan perasaan bersalah yang terus menggerogoti hatinya.Sampai akhirnya, setelah semua ta

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Bab 100

    “Terima kasih Tuhan, sudah mempermudah kebahagiaan kami. Ma, Pa. Rangga akan segera memberi kalian dua cucu kembar sekaligus, Rangga juga akan menuntut keadilan pada siapapun yang terlibat dalam kasus besar itu. Rangga ingin segera menyelesaikannya, karena Rangga merasa sangat berdosa membohongi Febby,” gumamnya sambil memejamkan mata.Sementara sang istri sudah terlelap di sebelahnya. Rangga merengkuh tubuh istrinya, membawa masuk ke dalam kamar, Febby pasti sangat kelelahan, pikirnya.Lalu ia ikut masuk ke dalam selimut yang sama dengan sang anak.Esok harinya matahari baru saja menyinari langit, namun Febby masih nyaman dalam dekapan hangat selimutnya. Ia merasa tubuhnya lebih berat dari biasanya, tapi bukan karena lelah. Ada perasaan manja yang menggelayut di dalam dirinya. Semenjak menjadi istri calon ibu, Febby memang sering merasakan dorongan untuk selalu berada dekat dengan suaminya. Rangga, pria yang penuh pengertian, selalu siap memberikan perhatian yang Febby butuhkan, ter

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Bab 101

    Di tempat berbeda, Mayang terasa lebih lengang dari biasanya. Udara dingin yang menyelinap dari celah jendela kaca besar di ruang tamu, seolah mencerminkan suasana hati Mayang yang sedang tak menentu. Di sofa, Mayang duduk dengan tatapan kosong, masih memikirkan kejadian yang baru saja berlalu. Rossa, putri sulungnya, akhirnya bisa keluar dari kantor polisi berkat segala upaya yang ia lakukan. Namun, bukannya bersyukur, Rossa justru memperlihatkan kemarahan yang tak pernah Mayang duga sebelumnya."Kenapa lama sekali, Ma? Kenapa aku harus menunggu begitu lama di sana?!" bentak Rossa beberapa jam yang lalu saat baru sampai di rumah.Mayang yang awalnya merasa lega begitu melihat putrinya keluar dari jeruji besi, tak menyangka bahwa tanggapan yang diterimanya justru penuh amarah. Segala jerih payah, usaha mencari pinjaman uang, bahkan pertemuannya dengan rentenir bernama Pak Brata—semuanya tampak sia-sia di mata Rossa.Mayang menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Dia tahu

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Bab 102

    Rossa bergegas mencari tempat tinggal yang jauh dari rumahnya. Ia memilih apartemen. Minimal, kalau dia sudah tidak tinggal di rumah itu, dia takkan lagi mendengar jahatnya mulut para tetangga yang menganggapnya begitu hina.Dalam hatinya, ia terus bergumam bahwa dia akan membalas dendam pada orang yang sudah menjebaknya malam itu. Bahkan dirinya belum lama menjadi pengguna barang terlarang tersebut, namun justru harus mempertanggungjawabkan lebih dari yang ia lakukan.Setelah melakukan check-in, Rossa segera diantarkan menuju unit apartemennya oleh petugas keamanan di apartemen itu.Meski bukan apartemen mewah, dia sangat bersyukur bisa ada di tempat ini.“Tak masalah untuk tempat sementara,” ucapnya pada diri sendiri setelah duduk di dalam kamarnya.“Aku yakin ini pasti orang suruhan Bayu yang masih menyimpan dendam padaku dan juga Mama. Padahal kami ini korban. Dia yang terlalu banyak bertingkah sehingga video itu bisa tersebar luas di media sosial, tapi justru kami yang kena apesn

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Bab 103

    **Ting Nong**Mayang kembali berdecak kesal saat bel rumahnya berbunyi lagi.“Siapa lagi sih ini?” ucapnya geram. Meski dalam keadaan kesal, dia tetap keluar kamar untuk mencari tahu siapa sebenarnya yang ada di balik pintu. Ia berharap Rossa kembali dan mengurungkan niatnya untuk pergi dari rumah.Saat pintu rumah sudah terbuka, Mayang melihat dua orang berpenampilan rapi seperti pegawai bank. Lalu ia ingat bahwa tunggakan kartu kreditnya belum dibayar hingga kini.“Siapa kalian?” tanyanya dengan suara penuh amarah. Mayang sama seperti orang kebanyakan, yang kalau ditagih utang pasti marah.“Kami dari pihak bank untuk meminta cicilan kartu kredit yang belum Anda lunasi hingga kini. Waktunya sudah melewati jatuh tempo dan bunga sudah terus berlaku setiap harinya,” ucap salah satu pria berpenampilan rapi kepada Mayang.“Aku tidak punya uang! Pergi kalian! Nanti kalau aku sudah punya uang, aku akan membayarnya,” jawabnya tanpa tahu malu.“Kami tidak peduli Anda punya uang atau tidak. An

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Panik

    "Mengapa tidak kamu jual saja seluruh tanah itu, Rangga? Daripada hanya terbengkalai begitu saja. Kamu bisa mendapatkan uang yang sangat besar, jauh melebihi harga tanah itu," ujar lelaki itu, suaranya berat dengan penuh rayuan. Dia adalah kerabat jauh yang telah lama mengincar tanah warisan kedua orang tua Rangga, yang terletak di sudut kota yang strategis. Namun, tanah tersebut belum tersentuh oleh Rangga, masih terbengkalai sehingga menarik hasrat pria tua itu untuk membuat Rangga menjualnya. Rencana besar sudah ada di kepala sang kerabat jauh: sebuah kombinasi apartemen mewah dan pusat perbelanjaan yang akan merubah landskap kota. "Tidak akan ada kata penjualan tanah itu dariku, Om. Berhentilah mencoba, ini hanya akan membuang waktu Om saja," Rangga memotong dengan nada yang tegas dan penuh kekuatan, menolak tanpa ruang untuk negosiasi. Rahang pria tua di hadapannya mengeras, wajahnya menunjukkan campuran rasa frustasi dan kemarahan yang mendalam karena kembali mendapat penol

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Bab 105

    Tangis Febby semakin menjadi-jadi, dengan derai air mata yang tidak terkendali. Suara tangisnya menusuk relung hati Rangga yang panik sembari mencoba meredakan keadaan. "Sayang, jangan menangis seperti ini, cepat katakan apa yang sakit," katanya sambil berusaha menenangkan sang istri yang sedang hamil. "Kenapa kamu pulang terlambat? Hanya sepuluh menit tapi itu seperti setahun bagiku!" Febby menjerit antara isakannya, dera rasa takut dan kekhawatiran berkecamuk dalam dadanya. "Apakah kamu sudah tidak cinta lagi padaku? Apakah kamu sengaja mengulur waktu agar tidak harus pulang? Kamu bahkan tidak pulang saat makan siang, Rangga! Kamu benar-benar tidak peduli dengan aku," ujarnya dengan suara penuh kekecewaan mendalam. Rangga menyeka keringat di dahinya, bingung dengan perubahan mood istrinya yang tiba-tiba. 'Mungkin ini memang sindrom ibu hamil,' pikirnya. Sebuah hal sepele kini bisa membuat Febby terguncang hebat. Dengan hati yang gundah, Rangga mencium kening istrinya dengan lem

Bab terbaru

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Tamat

    Arka masih berdiri dengan ekspresi serius, berhadapan dengan Nabila yang tampak gugup. Sebuah kesalahan fatal baru saja terjadi, membuat Nabila harus menghadapi amarah Arka, rekan kerjanya yang juga dikenal sebagai tangan kanan Rangga.“Ma–maaf,” ucap Nabila dengan nada terbata-bata. Matanya menatap meja, tak berani menatap langsung ke arah Arka. “Aku akan memperbaikinya.”Arka menyilangkan tangan di depan dada, ekspresinya tetap tegas. “Sudah seharusnya begitu, Nabila. Jangan campur adukkan masalah pribadi dengan urusan kantor,” tegurnya. “Data ini sangat penting. Kita dibayar untuk bekerja, bukan untuk mengecewakan pemilik perusahaan.”Nada suaranya yang dingin membuat Nabila merasa semakin bersalah. Rekan kerja lain di tempat itu, yang mendengar percakapan mereka, memilih untuk mengabaikannya.Nabila menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Ia tahu Arka benar, dan ia harus memperbaiki kesalahan ini secepat mungkin. “Baik, Arka,” ucapnya dengan nada penuh penyesalan. “Unt

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Pulang Saja

    Arka mengetuk pintu ruang kerja Rangga dengan hati yang sudah terasa berat sejak tadi. Ia tahu, percakapan ini akan melibatkan Nabila, yang terlihat semakin berusaha mendekatinya belakangan ini. Setelah mendengar suara Rangga mempersilakan masuk, Arka membuka pintu dan melangkah masuk bersama Nabila. Mereka duduk berdampingan, meskipun suasana di antara keduanya terasa canggung.Rangga menatap mereka sejenak, matanya tajam namun tetap ramah. Ia memulai pembicaraan, “Arka, saya akan segera mempersiapkan penggantimu-”Belum selesai kalimat itu terucap, Nabila langsung memotong, “Maksud Anda bagaimana, Tuan?”Nada suaranya terdengar penuh rasa ingin tahu, namun juga sedikit ketakutan. Ia menatap Rangga, mencoba mencari penjelasan dari kalimat yang setengah terucap itu.Rangga tersenyum tipis, mengalihkan pandangannya pada Arka yang tampak tenang. “Arka kan sebentar lagi akan menikah,” lanjut Rangga, nadanya penuh pengertian. “Dia akan menjadi pimpinan salah satu anak cabang Wijaya Group

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Nguping

    “Kalian ini berani-beraninya, ya, ngomongin Mama,” ujar Febby pura-pura marah sambil memandang mereka dengan alis terangkat.Elina dan Elio hanya tertawa kecil, tampak tak terpengaruh oleh wajah pura-pura serius mamanya. “Kami hanya bercanda, Mama!” jawab mereka serempak dengan wajah polos dan senyum lebar, seperti berusaha meyakinkan bahwa mereka tidak bersalah.Febby menggeleng, lalu tersenyum. “Ya sudah, ayo cepat sarapan dulu. Nanti keburu terlambat ke sekolah,” katanya dengan suara lembut, namun tetap tegas.“Siap, Mama!” balas mereka, masih dalam nada polos dan penuh semangat.Tak lama kemudian, Elina dan Elio mengambil tas mereka, dan bersiap turun ke lantai bawah. Di ruang makan, Rangga, sudah duduk dengan rapi dan tampan dalam setelan kerjanya, menunggu mereka dengan sabar. Di meja itu juga sudah ada nenek mereka, dan Rossa, yang duduk menunggu sambil tersenyum melihat keceriaan anak-anak itu.Melihat kedatangan mereka, Rangga segera berdiri dari kursinya dan dengan penuh kas

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Nyonya Muda Pelit

    Malam telah larut ketika Mayang dan Rossa memasuki kamar. Setelah percakapan hangat bersama keluarga, mereka kini berdua, bersiap untuk beristirahat. Namun, suasana hati Rossa tampak tidak tenang. Ia duduk di tepi tempat tidur dengan pandangan menerawang, sementara Mayang mengamati anaknya dengan lembut dari sudut ruangan."Ma," Rossa akhirnya membuka suara dengan nada pelan, tapi penuh rasa takjub, "Rossa sama sekali nggak menyangka, ternyata Arka bakal mendapatkan hadiah sebesar itu dari Rangga. Padahal tadi kami sempat diskusi, setelah menikah mungkin dia hanya akan pulang ke Sun City setiap akhir pekan. Tapi sekarang… hadiah itu mengubah segalanya. Kami bahkan bisa tinggal di sana bersama Mama."Mayang mendekati anaknya dan duduk di sebelahnya. Ia menggenggam tangan Rossa dengan lembut. "Iya, Sayang. Mama juga nggak pernah menyangka. Kalau Mama ingat-ingat lagi… Mama malu sekali atas apa yang pernah Mama lakukan ke Rangga dulu." Suara Mayang mulai serak. "Mama dulu menghina dia

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Kejutan

    Setelah Arka pamit pulang, Febby, Rangga, dan Mayang masih duduk bersama. Di samping mereka, Rossa duduk tenang, menyimak obrolan sambil tersenyum kecil, namun di wajahnya ada keraguan yang tersirat.Febby yang duduk di sebelah Rossa menatapnya dengan penuh perhatian. "Kakak, rencananya mau menikah di sini atau di kota Sun City?" tanyanya lembut, ingin tahu keputusan kakak tirinya itu. Pertanyaan itu sontak membuat semua mata di ruangan tertuju pada Rossa, menunggu jawabannya.Rossa tersenyum tipis, lalu menghela napas panjang. "Kak Rossa sih inginnya di Sun City saja," jawabnya akhirnya, memandangi mereka satu per satu. "Di sana banyak kenangan yang ingin kami pertahankan, tempat-tempat yang istimewa untukku dan Arka. Lagipula, kami juga akan tinggal di sana setelah menikah... meskipun harus berpisah jarak dan waktu dengan Arka yang akan tetap bekerja di sini." Ada sedikit nada ragu di ujung kalimatnya, seakan-akan perpisahan itu adalah pengorbanan yang tak mudah baginya.Rangga ya

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Pembahasan Serius

    “Kamu serius, sayang?” tanya Arka.Rossa mengangguk, “aku serius sayang. Kapanpun aku siap,” ulang Rossa.“Dua bulan lagi ada hari baik, apa kamu mau?”Rossa mengangguk.Arka kembali masuk ke dalam rumah sang atasan, dia minta Rangga dan febby kembali turun sebentar. Mereka pun berkumpul di ruang keluarga rumah mewah Rangga.Suasana hangat penuh kekeluargaan begitu terasa, terutama dengan adanya Febby yang tengah mengandung anak kedua, membawa kebahagiaan tersendiri bagi seluruh keluarga. Melihat Arka yang tampak ragu-ragu, Rangga segera menepuk punggungnya dan mempersilakannya duduk di samping."Ada apa, Ark? Kok wajahmu serius banget?" tanya Rangga, berusaha mencairkan suasana.Arka menarik napas dalam-dalam, memandangi ketiganya satu per satu, lalu berkata, "Saya ingin minta izin, Sama tante, Tuan dan Nyonya. Setelah berdiskusi dengan Rossa, kami memutuskan untuk menikah dua bulan lagi."Pernyataan itu mengejutkan semua orang, terutama Mayang, yang tidak menyangka rencana pernika

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Siap Menikah

    Rangga dan keluarganya bersiap untuk malam spesial mereka. Ia merangkul bahu istrinya, Febby, yang sedang hamil, dengan lembut sembari mengajak kedua anak kembar mereka, Elina dan Elio."Ayo, sayang, kita bersiap," ucapnya dengan suara hangat yang penuh semangat.Bocah kembar berusia empat tahun yang energik, tidak bisa menahan kebahagiaan mereka. Setiap kali diajak makan di luar, mereka tahu pasti bisa memilih menu yang mereka inginkan tanpa batasan. Restoran mewah dengan berbagai pilihan hidangan daging adalah favorit mereka.Si kembar masuk ke dalam kamarnya bersama suster Barbara."Kamu mau daging apa nanti?" tanya Elina sambil memandang adik kembarnya, dengan mata berbinar. Mereka sedang dibantu mengganti pakaian oleh suster Barbara, yang setia menemani mereka setiap hari."Aku mau daging sapi saja, kamu daging ayam saja, nanti kita bagi," jawab Elio, mencoba memberi saran."Oke, tos dulu dong!" Elina mengulurkan tangannya, dan keduanya melakukan tos sambil tertawa kecil.Suster

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Merayakan

    Rangga menatap Febby dengan perasaan yang tak menentu, dia nyaris tak percaya dengan berita yang baru saja ia dengar. Matanya menatap lekat-lekat wajah istrinya, seolah mencari kepastian lebih dalam dari sekadar kata-kata.“Ka—kamu beneran hamil, sayang?” tanyanya dengan suara terbata, penuh harap dan ketidakpercayaan.Febby tersenyum hangat, lalu mengangguk dengan penuh keyakinan. “Iya, sayang. Kita akan punya anak lagi,” jawabnya lembut, seolah kata-katanya itu adalah musik indah yang meresap ke dalam hati Rangga.Seolah tak mampu menahan luapan rasa bahagianya, Rangga menarik tubuh Febby ke dalam pelukan. Air mata jatuh tanpa malu-malu dari kedua matanya, namun ia tak peduli. Dalam hatinya, ia terus-menerus bersyukur pada Tuhan atas anugerah ini. Ia mengusap wajah Febby dengan jemari lembutnya, lalu menghujani pipi, kening, dan bibir istrinya dengan ciuman bertubi-tubi.“Aku bahagia sekali, sayang. Aku benar-benar nggak menyangka kalau Tuhan memberi kita kepercayaan lagi,” ucap Ra

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Hamil

    "Nabila!" panggil Rangga ketika ia sudah ada di lobi. Kebetulan, Nabila juga masih berada di sekitar lobi. Dengan cepat, Nabila mendekati Rangga."Iya, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya sopan."Harusnya sih, saya tidak perlu bicara seperti ini. Saya minta maaf sebelumnya kalau apa yang akan saya ucapkan ini menyinggung perasaanmu," ucap Rangga mengawali kalimatnya, membuat jantung Nabila berdebar semakin kencang."I-iya, Tuan. Ada apa?" tanya Nabila dengan suara lirih."Tolong jangan berharap apa pun lagi pada Arka, apalagi mengejarnya secara berlebihan. Dia bisa menjadi orang yang paling membencimu karena dia sangat tidak menyukai wanita agresif. Dan sekarang, Arka sudah memiliki calon istri, dan mereka akan segera menikah. Calon istrinya itu adalah kakak iparku sendiri. Jadi, jangan coba-coba untuk mengganggu hubungan mereka lagi. Kamu sudah pernah melewatkan kesempatan emas, di mana saat itu Arka benar-benar ingin mengulang kembali hubungan kalian yang pernah terputus," uca

DMCA.com Protection Status