Share

Bab 3

Srak!

Rangga menarik kerah baju pria itu lalu menghimpitnya ke dinding, tangannya melayang di udara hendak melayangkan bogem mentah atas tuduhan tak berdasar itu.

“Sekali lagi kamu bicara sembarangan, akan aku patahkan tulang lehermu!” seru Rangga lalu menghempas tubuh pria itu sampai tersungkur di lantai.

Sementara itu di tempat berbeda, Febby baru saja membuka pintu rumah dan terkejut mendengar suara melengking sang mama tiri, "Kenapa kamu bawa banyak berkas pulang? Apa itu yang kamu pegang?"

Febby menoleh ke sumber suara. Sang mama sedang duduk di ruang keluarga. "Berkas pribadi, Ma," jawab Febby sambil menggenggam tasnya lebih erat.

Mayang, menghembuskan napas berat seolah mencoba menahan emosi. "Kamu mengundurkan diri dari kantor?"

Febby mengangguk pelan, "Iya, Ma, seperti yang sebelumnya sudah Febby bilang, suami istri memang tidak diizinkan berada dalam satu tempat kerja yang sama."

"Lalu, kenapa kamu yang harus keluar? Kenapa bukan laki-laki miskin itu?" Nada suara Mayang meninggi, dipenuhi rasa kesal yang mendalam.

Febby memejamkan matanya sejenak, berusaha meredakan rasa frustrasi. "Biarkan saja dia yang bekerja, Ma. Febby lebih baik di rumah."

Mayang mencibir, tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya. "Jadi maksudmu, gaji karyawan magang seperti dia yang akan menghidupi kita semua?" Sindiran itu keluar begitu saja, menusuk hati Febby dengan kata-kata yang penuh amarah.

Sampai kapanpun, Mayang tidak akan pernah menerima memiliki menantu miskin seperti Rangga. Dia akan berjuang untuk membuat Rangga dan Febby segera berpisah.

Nama keluarganya telah tercoreng hanya karena sang anak tiri menikahi laki-laki miskin seperti Rangga, laki-laki yang dianggapnya tidak berguna dan dituduh dengan sengaja menjebak Febby agar bisa menikahinya.

"Febby, kamu tahu, kan? Apa yang kamu lakukan ini sama saja dengan menghancurkan masa depanmu. Kamu sudah bekerja keras untuk mencapai posisi itu, dan sekarang kamu meninggalkannya begitu saja?" Mayang melanjutkan dengan nada penuh kekecewaan.

"Ma, Febby tidak punya pilihan lain. Rangga juga sudah berusaha untuk mundur, tapi Febby yang mau resign dari kantor. Lagipula, Rangga akan bekerja keras untuk menghidupi kita," jawab Febby dengan suara yang mulai lemah.

"Omong kosong! Laki-laki itu tidak pantas untukmu, Febby. Kamu bisa mendapatkan pria yang lebih baik, yang bisa memberikan kehidupan yang layak untukmu dan keluarga ini," sergah Mayang dengan nada sinis.

Febby hanya bisa terdiam, menahan air mata yang hampir tumpah. Dia tahu, tidak ada yang bisa dia katakan untuk mengubah pandangan sang mama tiri.

"Ma, Febby sudah menikah dengan Rangga. Kita harus menerima kenyataan ini," ucapnya akhirnya dengan suara tangis yang nyaris pecah.

Jujur dia lelah bekerja keras untuk keluarga ini, sementara Mama dan Kakak tirinya hanya bisa bersenang-senang menghabiskan sebagian besar gaji yang Febby dapatkan setiap bulan.

Mayang memandang Febby dengan tatapan dingin, "Kalau begitu, kamu harus siap dengan konsekuensinya. Jangan harap Mama akan membiarkan kalian hidup tenang. Mama akan memastikan kalian berpisah. Nama baik keluarga ini harus dipulihkan."

Febby merasakan beban yang semakin berat di pundaknya. Dia tahu, perjuangan yang sebenarnya baru saja dimulai. Dia harus berjuang tidak hanya untuk mempertahankan pernikahannya dengan Rangga, tetapi juga menghadapi tekanan dari keluarganya sendiri.

Dengan langkah berat, Febby menuju kamarnya. Dia menutup pintu dan duduk di tepi ranjang, membiarkan air mata mengalir tanpa henti. Di luar, suara bentakan dan sindiran sang mama tiri masih terdengar, menambah rasa sakit di hatinya.

Namun, di tengah kesedihan itu, Febby tahu dia harus kuat. Dia harus bertahan, demi dirinya sendiri, dan demi Rangga, pria yang kini menjadi suaminya.

"Febby, kamu harus kuat," bisiknya pada diri sendiri, berusaha menanamkan tekad di dalam hatinya.

Sore harinya, ketika Rangga baru saja tiba di rumah, dia langsung disambut oleh cibiran dari sang mama mertua. Bahkan saat ini, mereka masih berada di halaman depan rumah, dan beberapa tetangga mendengar keributan antara mertua dan menantu itu, menganggap Rangga sebagai beban keluarga.

“Ngapain kamu kesini?”

“Maaf Ma, saya akan tinggal di sini dengan Febby,” jawab Rangga.

Mata Mayang melebar mendengarnya. "Tinggal di sini?” Mayang membeo, Rangga membalas dengan anggukan. “Dasar laki-laki tak berguna! Kamu hanya membuat hidup kami semakin sulit!" teriak Mayang dengan suara tinggi, matanya menyala penuh amarah.

Rangga berdiri diam, menundukkan kepala, mencoba meredam emosi yang berkecamuk di dadanya. "Ma. Saya akan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga ini," jawabnya dengan suara tenang namun tegas.

"Kerja keras? Kamu? Omong kosong! Apa yang bisa dilakukan seorang pegawai magang sepertimu? Kamu hanya membawa sial bagi Febby dan keluarga ini!" seru Mayang, suaranya semakin tinggi.

Beberapa tetangga yang kebetulan lewat berhenti sejenak, melihat dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Mereka berbisik-bisik, jelas sekali cibiran dan cemoohan tersembunyi di balik tatapan mereka.

Rangga merasa panas di telinganya, namun dia berusaha tetap tenang. "Ma, tolong beri saya kesempatan. Saya akan buktikan kalau saya bisa menjadi suami yang baik untuk Febby."

Mayang mendengus, "Kesempatan? Kamu sudah merusak semuanya. Febby terpaksa berhenti dari pekerjaannya yang bagus karena menikah dengan kamu. Apa yang kamu bisa tawarkan untuk menggantikan itu?"

Saat itu, Febby muncul dari dalam rumah, wajahnya pucat melihat keributan yang terjadi. "Ma, tolong jangan begini. Kita bisa bicarakan ini dengan baik-baik," ucapnya, berusaha menenangkan suasana.

Namun, Mayang tidak menggubris. "Lihat, Febby! Kamu lihat sendiri, kan? Dia tidak layak untukmu. Kamu pantas mendapatkan yang lebih baik!"

Tetangga yang mendengar semakin banyak berkumpul, bisikan mereka semakin keras. "Kasihan Febby, punya suami seperti itu."

"Sudah kutebak, pria itu memang tak berguna," cibir yang lain.

"Coba lihat, sekarang keluarganya jadi berantakan!"

Berbagai komentar negatif mulai terdengar.

Terdengar simpatik, tapi sebenarnya penuh ejekan.

Hal ini membuat Mayang makin kesal.

“Apapun yang terjadi, kalian harus segera berpisah. Aku akan mencarikan Febby lelaki yang lebih baik dari kamu. Ini sudah menjadi keputusanku!”

Deg!

Jantung Febby mencelos seketika.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status