"Kenapa sepertinya dia sangat membenciku?" tanya Rangga pada dirinya sendiri. Saat keluar dari ruangan Brian, ia melihat John masih merencanakan kelicikan untuknya.Tak mau ambil pusing, Rangga bergegas ke lapangan untuk kembali menjual properti milik Sejahtera Group. Sebentar lagi, keinginannya akan terwujud—menjadi karyawan tetap di perusahaan ini.Saat sedang melajukan motornya, Rangga memutuskan untuk menepi sebentar, guna menghubungi Arka."Halo, Tuan," sapa suara di seberang telepon."Arka, sepertinya John punya niat buruk padaku. Hari ini Brian banyak memuji kinerjaku. Awasi dia, ya. Jangan sampai John menghambat rencana kita.""Baik, Tuan. Akan saya laksanakan segera. Keadilan harus ditegakkan."Setelah itu, Rangga memutus sambungan telepon dan kembali melajukan motor bututnya menuju lokasi yang telah disepakati dengan klien yang akan membeli properti Sejahtera Group.Sementara itu, di tempat lain, Febby kembali dimarahi oleh sang mama tiri."Cepat serahkan sisa uang yang kamu
“Kembalikan uang itu!” pekik Febby, ingin merebut uangnya kembali dari tangan pria yang tak asing baginya.“Maksudmu uang ini aku kembalikan?” tanya pria tersebut. “Bahkan kamu belum mencicil sedikit pun utang dari Rossa. Aku tak peduli siapa yang berhutang, yang jelas kalian wajib membayarnya,” tambah pria itu lagi.“Kumohon, jangan sekarang. Aku benar-benar membutuhkan uang itu. Aku sudah berhenti bekerja, dan sengaja menjual sisa perhiasanku hanya untuk membeli kebutuhan rumah,” jawab Febby penuh permohonan.Namun, pria itu malah tertawa terbahak-bahak. “Kamu pikir aku peduli dengan apa yang terjadi dalam hidupmu? Kalian semua sama. Disaat berutang, mulutnya begitu manis, tapi ketika harus mengembalikan, semua saling tuduh dan tidak mau membayarnya,” tegas pria itu penuh amarah kepada Febby.“Aku tidak mau bayar karena aku tidak pernah berutang padamu! Aku tidak pernah punya urusan denganmu! Harusnya kau minta sama Kak Rossa dan Mama, bukan sama aku! Sini, kembalikan uangku!” kata
"Masuk. Tuan Brata menunggumu di dalam," ucap salah satu orang suruhan sang rentenir. Hanya butuh waktu satu jam saja, akhirnya mereka bisa membawa Rossa datang menemui majikannya.Rossa pun segera masuk ke dalam ruangan yang dimaksud. Di dalam ruangan itu, terlihat wajah Tuan Brata babak belur. Ia sudah menduga, ini pasti ada hubungannya dengan adik tirinya, sehingga Tuan Brata mengutus orang mencarinya dan meminta Rossa datang saat itu juga."Apa yang terjadi, Tuan?" tanya Rossa, duduk persis di hadapan Tuan Brata. Rentenir tersebut menghisap rokok dan membuang asapnya ke udara. Rossa beberapa kali terbatuk akibat asap rokok itu."Kamu masih bertanya apa yang terjadi? Ini semua atas ulah adik iparmu yang tiba-tiba saja datang, sok jadi pahlawan untuk melindungi Febby," ucapnya menjelaskan.Rossa sangat kesal mendengar Rangga yang menjadi penyebab kemarahan Tuan Brata.Tuan Brata kini menoleh ke arah Rossa yang duduk di hadapannya, lalu bertanya, "Kapan kamu akan melunasi hutangmu? K
“Cepat keluar dari jendela!” ucap Tuan Brata pada Rossa, yang saat itu masih dalam keadaan tubuh polos. Rossa segera melompat, bahkan sampai didorong oleh pria tersebut.Pakaian, tas, dan sepatunya dilempar oleh Tuan Brata, membuat wanita itu semakin kesal. Terlebih, pria tersebut segera menutup jendela ruangan itu.Seseorang menghampiri Rossa, namun wanita itu mengabaikan keberadaan pria tersebut. Ia terus mengenakan pakaiannya. Setelah rapi, ia segera keluar dari area markas itu tanpa mempedulikan sapaan anak buah Tuan Brata.“Sialan! Bisa-bisanya wanita itu datang saat suaminya baru saja ingin bersenang-senang denganku. Sudah sejak lama aku menunggu kesempatan ini, baru saja akan terjadi, malah ada yang mengganggu!” gerutu Rossa pada dirinya sendiri sambil berlalu menjauhi area markas.Wanita itu segera mengeluarkan ponselnya dan memesan taksi online. Tak butuh waktu lama, taksi online pun segera datang, dan Rossa yang tadinya sedang bersenang-senang dengan teman-temannya kini mem
"Ini kartu nama saya, Tante. Kalau Febby benar-benar mau bekerja pada saya, Tante bisa hubungi saya di nomor ini," ucap Bayu pada Mayang sambil menyerahkan kartu namanya kepada wanita paruh baya itu.Mayang menerimanya lalu membaca kartu nama tersebut dalam hati. Setelah itu, ia memasukkan kartu nama Bayu, ke dalam dompetnya."Terima kasih, Nak Bayu. Tante akan segera menghubungi kamu. Kasihan Febby, yang awalnya punya keinginan untuk menjadi wanita karier, tetapi setelah bertemu dengan lelaki miskin itu, dia justru harus menjadi ibu rumah tangga. Bahkan, pelayan kami dipecat olehnya untuk menghemat biaya hidup selama satu bulan," ucap Mayang dengan nada penuh kelicikan.Bayu menggeleng, tak menyangka ada lelaki pengecut dan tidak bertanggung jawab seperti Rangga."Kok ada ya laki-laki seperti itu? Benar-benar tidak punya tanggung jawab," ucap Bayu kesal.Sang Mama ikut menimpali, "Iya, Mama juga heran. Ada laki-laki yang tidak bertanggung jawab seperti itu. Sekarang, kamu sebaiknya b
"Febby tidak akan bekerja lagi, Ma. Aku akan menanggung semua kebutuhan di rumah ini, tapi aku tidak bisa berjanji memberikan kemewahan bagi Mama dan juga Rossa," jawab Rangga, yang kebetulan mendengar obrolan istrinya dan Mayang di ruang tamu.Febby menatap suaminya, wajahnya terlihat marah setelah mendengar perintah Mayang yang meminta Febby untuk kembali bekerja."Kamu jangan ikut campur urusanku dengan anakku! Kamu di rumah ini hanya benalu yang sengaja datang untuk menumpang hidup agar tidak kehujanan di luar sana. Kamu tidak punya hak untuk mengatur kehidupan kami karena selama ini aku yang membesarkan Febby, bukan kamu!" jawab Mayang sambil berdiri dan menatap tajam ke arah menantunya."Tapi kenyataannya, sekarang Febby adalah istriku, Ma," sahut Rangga."Aku pastikan, sebentar lagi Febby akan menceraikanmu! Kami tidak sudi memiliki menantu miskin dan tidak memiliki apa-apa sepertimu. Kamu tidak tahu, kan, kalau aku terpaksa harus mengabaikan perasaan anak kandungku sendiri unt
Malam harinya, setelah mereka selesai makan malam, Rossa menyusul masuk ke dalam kamar sang mama."Rossa punya ide untuk membuat gembel itu semakin malu dan tidak berguna," ucap Rossa setelah menutup pintu kamar mamanya."Ide apa, sayang?" tanya sang mama dengan antusias.Rossa membisikkan sesuatu di telinga mamanya. Wanita paruh baya itu pun mengangguk setuju dengan ide gila anaknya."Mama setuju dengan idemu itu. Kita harus membuat laki-laki terkutuk itu angkat kaki dengan sendirinya dari rumah ini. Sejak kedatangannya, hidup kita semakin hancur dan kacau. Mama tidak ikhlas melihat Febby diperalat olehnya," ungkap sang mama dengan nada geram."Lagian, Febby juga sok penurut banget, sok ingin menikah sekali seumur hidup. Sudah tahu punya suami miskin, masih saja berpikir untuk menikah sekali seumur hidup," Rossa menimpali dengan nada kesal."Ya sudah, sekarang Mama mau istirahat dulu. Besok pagi kita akan membuat laki-laki itu semakin tak punya harga diri. Mama akan membantu memulusk
Rossa mengerti keinginan pria paruh baya di hadapannya ini, wanita itu pun langsung berlutut di hadapan Andika, memanjakan bagian intim pria itu dengan bibirnya.Desahan terus tercetus dari mulut Andika, karena merasakan kenikmatan yang satu minggu ini sangat ia rindukan.Andika, ikut memaju mundurkan kepala Rossa, agar miliknya semakin dalam masuk ke dalam bibir perempuan itu."Aaaaaaaah, sayaaaaaang," desah Andika.Puas miliknya dimanjakan dengan bibir sang wanita, dia meminta Rossa, untuk duduk di atas pangkuannya. Tubuh mereka dalam keadaan polos, keringat mulai membanjiri keduanya. Rossa memulai permainan utama, bergerak naik turun di atas pangkuan pria tersebut, sementara Andika, menikmati dua gunung kembar milik Rossa, dan meninggalkan jejak kepemilikan di sana. Rossa melengkungkan tubuhnya, agar Andika bisa puas menikmati dua bagian menyembul miliknya."Ciuuum, aku," pinta Andika.Sambil bergerak di atas pangkuan pria itu, Rossa melabuhkan ciuman panas, melibatkan lidahnya,