Pagi ini hujan turun cukup deras. Satu Minggu sudah berlalu sejak Yuna dan Kinan tak lagi saling sapa, dan sejak saat itu jualah Kinan sedikit uring-uringan. Apalagi Yuna yang tak bisa dihubungi. Devan sudah meminta istrinya itu untuk menemui Yuna saja, namun sepertinya masih ada rasa gengsi di hati Kinan yang membuat Kinan tak mau menemui Yuna lebih dulu.Devan baru saja keluar kamar namun ia langsung disuguhkan dengan keadaan istrinya yang nampak gusar. Ia mendekati Kinan dari belakang. Cukup lama Devan berdiri di belakang Kinan namun istri cantiknya itu belum menyadarinya. Kinan tetap fokus pada ponselnya yang kini menampilkan nomor ponsel Yuna.Devan tersenyum gemas melihatnya."Sayang." Sapa Devan sembari memeluk Kinan dari belakang membuat wanita itu seketika terkejut."Eh mas Devan. Kamu udah bangun?" "Aku udah bangun dari tadi dan udah lama juga berdiri di belakang kamu sayang. Tapi ya mau gimana, istri cantikku ini sedang sibuk dengan ponsel." Devan melangkah dan duduk di sa
"Maaaaassss...hikksss..hikksss..." Suara tangisan Kinan menggema di penjuru rumah membuat Devan yang sedang berada di dapur langsung kaget dan berlari mendekati."Kenapa yank?" "Mas, Bang Riko jahat..hikkss..." Adunya.Devan tak serta merta ikut terpancing mendengar aduan Kinan. "Maksudnya?""Tadi aku kan telepon Bang Riko. Aku cuma mau nanya Dia tahu nggak nomor Yuna yang baru, masa aku dimarahin sama dia? Kenapa dia jadi sewot sama aku." Devan menatap gemes sang istri. Kenapa Kinan mendadak jadi sebodoh ini. Tentu saja Riko marah. Secara satu Minggu yang lalu Kinan mengatakan pada Riko untuk tak mendekati Yuna, bahkan Kinan juga mengatakan itu pada Yuna. Lalu sekarang Kinan malah menanyakan keberadaan Yuna pada Riko, tentu saja pria itu akan emosi.Devan menarik nafas panjang lalu membuangnya secara perlahan. Sepertinya dirinya harus ekstra sabar menenangkan Kinan saat ini. Entah apa yang terjadi pada Kinan sampai-sampai istrinya itu bisa bersikap seperti ini. Sebentar-sebentar K
Suasana masih Hening di dalam mobil milik Riko. Yang terdengar hanyalah isakan sesekali dari Yuna. Riko masih mencoba untuk tidak memulai pembicaraan terlebih dahulu. Karena ia masih berharap Yuna menjawab apa yang ia tanyakan tadi.Namun waktu semakin berlalu sementara Yuna tidak bicara sepatah kata pun memuat Riko semakin frustasi. "Hei..." Panggilan lembut dari Riko mengejutkan Yuna yang saat ini sedang bergelut dengan pikirannya. Yuna menggeleng, "Jangan pergi dari aku." Ucap Yuna pelan. Sampai Riko sendiri tak bisa mendengarnya. Namun pria itu bisa melihat bibir Yuna bergerak."Apa? Kamu bilang sesuatu?" Yuna Mengangguk, "Jangan pergi dari aku." Ucap Yuna kembali dan kali ini suara Yuna sedikit terdengar. Kalimat yang keluar dari bibir Yuna membuat Riko seketika tersenyum. "Jadi aku nggak jadi nih diusir pergi?" Yuna menggeleng. Gelengan itu membuat Riko langsung berteriak, "Waaahh, jantungku hampir meledak." Sorak Riko yang langsung membuat Yuna tertawa."Jadi kamu terima bu
Sore ini Devan dan Kinan sudah sampai di kosan Yuna. Rasa gugup menghampiri Kinan. Ia melangkah masuk ke dalam gerbang sementara Devan menunggu di mobil. Kinan melangkah pasti mendekat pada kamar kos Yuna. Sebelum ia mengetuk, Kinan mencoba mempersiapkan dirinya terlebih dahulu. Berharap Yuna tak menolaknya.Tok tok tokKinan menunggu setelah ketukan pertamanya. Namun tak ada jawaban.Tok tok tokUntuk kedua kalinya, Kinan mulai agak cemas. Dan saat ia ingin mengetuk yang ketiga kali, pintu kamar sebelah terbuka."Cari Yuna ya mbak?""Oh iya mbak. Yunanya kemana ya?""Yunanya kerja mbak.""Ha?""Kerja? Bukannya Yuna masih kuliah?""Kalau soal itu saya nggak tahu mbak. Yang saya tahu Yuna kerja di cafe apaa gitu namanya, saya lupa."Kinan menghela nafas sedih, "Kalau boleh tahu, pulangnya nanti jam berapa ya?""Biasanya jam 9, karena tadi masuknya pagi mbak." "Jam 9 malam mbak?""Ya iyalah mbak jam 9 malam.""Oh..." Kinan sedikit gugup. Pertanyaannya terdengar bodoh. "Ya sudah kalau
"O Yuna, Lo udah pulang? Tadi ada yang nyari lo." Yuna menghentikan langkahnya saat ia hendak ingin masuk ke dalam kamarnya "nyari gue, siapa?""Katanya namanya Kinan. Tadi dia ke sini sendirian. dia nyari lo, katanya nomor lo nggak bisa dihubungi. tapi gua bilang lu kerja." Penjelasan Icha membuat Yuna seketika terdiam.Kinan mencarinya? Ada apa? Apa Kinan tahu hubungannya dengan Riko? Ya Tuhan, baru juga ingin dirahasiakan, sudah ketahuan saja."Ya udah Cha, makasi ya.""Iya." Yuna cepat-cepat masuk ke dalam. Ia segera menghubungi Riko. Tak cukup lama ponsel itu berdering, Riko langsung mengangkat panggilan tersebut."Halo mas...""Iya Ai, ada apa? Mas belum nyampe Ai, nanti kalau udah nyampe mas hubungi ya...""Bukan itu Mas, tadi Kinan ke kos. Kata teman sebelah kamar aku. Kira-kira kenapa Kinan ke kos ya mas? Apa Kinan tahu? Kan benar apa yang aku bilang, kalau Kinan pasti akan marah kalau tahu mas. Aku....""Ai, sayang, jangan panik.""Gimana nggak panik mas. Nanti kalau Kinan
Pagi ini langit sedang tak baik-baik saja. Pasalnya sejak tadi malam ibukota Jakarta diguyur hujan yang walaupun tidak terlalu deras namun bertahan cukup lama. Dan di beberapa titik di ibukota pun juga sudah digenangi air. Hawa dingin yang menusuk juga begitu terasa. Dan Kinan pagi ini juga enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya dan selimut tebalnya. Sampai tiba-tiba ia merasakan gejolak yang begitu hebat dalam perutnya yang membuatnya mau tak mau harus segera berlari menuju kamar mandi. Padahal Devan saat itu sedang berada di kamar mandi juga. pria itu sedang membersihkan tubuhnya dari aktivitas panas semalam dengan sang istri.Melihat Kinan yang tiba-tiba menerobos masuk ke dalam kamar mandi dan langsung berlari menuju toilet membuat Devan terkejut. Devan sedang tak mengenakan Satu helai benang pun di tubuhnya dan ia juga sedang berdiri di bawah guyuran shower.Devan langsung meraih handuk dan melilitkan pada pinggangnya. Ia berjalan mendekati Kinan. Ia meringis melihat Kinan y
"berbeda?" Tanya Devan bingung."Iya mas. Masa testpack dicemplungkan ke air kolam hasilnya positif juga.""Ha? Mana ada?""Ada mas.""Nggak ada sayang.""Ih mas nggak percaya. Aku bilang ada ya ada.""Tapi mas nggak pernah dengar. Ini baru dari kamu.""Kalau mas nggak percaya, nanti mas lihat deh di media sosial, pasti Nemu." Egheem egheemm..Deheman Dokter Surya menghentikan perdebatan konyol suami istri tersebut. "Jadi gimana? Mau cek Labor atau berdebat?" Tatapan dokter Surya yang terlihat menertawakan pasangan suami istri tersebut membuat mereka tertawa. "Cek Labor saja om." Jawab Devan."Oke." Dokter Surya berjalan menuju meja perawat dan tak lama petugas dari Labor muncul untuk mengambil darah Kinan. "Tunggu hasilnya setengah jam lagi ya buk." Ucap petugas tersebut. "Nanti kamu berikan sama saya saja." Saut dokter Surya."Baik dokter. Saya permisi." Petugas labor tersebut langsung pergi untuk menjalankan tugasnya yang lain. "Kalian ingin ke suatu tempat dulu silakan. Nanti
Devan dan Kinan sama-sama mengatur nafas mereka. Kinan baru saja mendapatkan pelepasannya. Ia tak menyangka, percakapan mereka perihal larangan dokter Surya akan berakhir dengan kegiatan mereka ini.Beruntung mereka tak terlalu berisik dan banyak gerak di dalam permainan mereka tadi. Kalau tidak, mereka sudah pasti akan diciduk warga. Walaupun mereka suami istri, melakukan hal seperti tadi di tempat umum juga.Keduanya saling pandang dan ujung-ujungnya mereka tertawa. Devan mengusap bibir Kinan lembut, "Kayaknya bakalan sulit." Ucapnya lalu kembali tertawa.Keduanya sepakat untuk pulang dan menyiapkan pesta kejutan untuk keluarga dan memberi kabar tentang kehamilan tersebut. Hari ini mereka akan mengadakan makan malam saja di rumah dengan mengundang keluarga Devan dan juga keluarga Kinan. Namun sebelum itu, mereka berbelanja dulu di supermarket. Tentu saja yang masuk ke dalam hanya Devan dan Kinan hanya memberikan daftar belanjaannya saja. Walaupun sebenarnya Kinan sangat ingin ikut