Suasana masih Hening di dalam mobil milik Riko. Yang terdengar hanyalah isakan sesekali dari Yuna. Riko masih mencoba untuk tidak memulai pembicaraan terlebih dahulu. Karena ia masih berharap Yuna menjawab apa yang ia tanyakan tadi.Namun waktu semakin berlalu sementara Yuna tidak bicara sepatah kata pun memuat Riko semakin frustasi. "Hei..." Panggilan lembut dari Riko mengejutkan Yuna yang saat ini sedang bergelut dengan pikirannya. Yuna menggeleng, "Jangan pergi dari aku." Ucap Yuna pelan. Sampai Riko sendiri tak bisa mendengarnya. Namun pria itu bisa melihat bibir Yuna bergerak."Apa? Kamu bilang sesuatu?" Yuna Mengangguk, "Jangan pergi dari aku." Ucap Yuna kembali dan kali ini suara Yuna sedikit terdengar. Kalimat yang keluar dari bibir Yuna membuat Riko seketika tersenyum. "Jadi aku nggak jadi nih diusir pergi?" Yuna menggeleng. Gelengan itu membuat Riko langsung berteriak, "Waaahh, jantungku hampir meledak." Sorak Riko yang langsung membuat Yuna tertawa."Jadi kamu terima bu
Sore ini Devan dan Kinan sudah sampai di kosan Yuna. Rasa gugup menghampiri Kinan. Ia melangkah masuk ke dalam gerbang sementara Devan menunggu di mobil. Kinan melangkah pasti mendekat pada kamar kos Yuna. Sebelum ia mengetuk, Kinan mencoba mempersiapkan dirinya terlebih dahulu. Berharap Yuna tak menolaknya.Tok tok tokKinan menunggu setelah ketukan pertamanya. Namun tak ada jawaban.Tok tok tokUntuk kedua kalinya, Kinan mulai agak cemas. Dan saat ia ingin mengetuk yang ketiga kali, pintu kamar sebelah terbuka."Cari Yuna ya mbak?""Oh iya mbak. Yunanya kemana ya?""Yunanya kerja mbak.""Ha?""Kerja? Bukannya Yuna masih kuliah?""Kalau soal itu saya nggak tahu mbak. Yang saya tahu Yuna kerja di cafe apaa gitu namanya, saya lupa."Kinan menghela nafas sedih, "Kalau boleh tahu, pulangnya nanti jam berapa ya?""Biasanya jam 9, karena tadi masuknya pagi mbak." "Jam 9 malam mbak?""Ya iyalah mbak jam 9 malam.""Oh..." Kinan sedikit gugup. Pertanyaannya terdengar bodoh. "Ya sudah kalau
"O Yuna, Lo udah pulang? Tadi ada yang nyari lo." Yuna menghentikan langkahnya saat ia hendak ingin masuk ke dalam kamarnya "nyari gue, siapa?""Katanya namanya Kinan. Tadi dia ke sini sendirian. dia nyari lo, katanya nomor lo nggak bisa dihubungi. tapi gua bilang lu kerja." Penjelasan Icha membuat Yuna seketika terdiam.Kinan mencarinya? Ada apa? Apa Kinan tahu hubungannya dengan Riko? Ya Tuhan, baru juga ingin dirahasiakan, sudah ketahuan saja."Ya udah Cha, makasi ya.""Iya." Yuna cepat-cepat masuk ke dalam. Ia segera menghubungi Riko. Tak cukup lama ponsel itu berdering, Riko langsung mengangkat panggilan tersebut."Halo mas...""Iya Ai, ada apa? Mas belum nyampe Ai, nanti kalau udah nyampe mas hubungi ya...""Bukan itu Mas, tadi Kinan ke kos. Kata teman sebelah kamar aku. Kira-kira kenapa Kinan ke kos ya mas? Apa Kinan tahu? Kan benar apa yang aku bilang, kalau Kinan pasti akan marah kalau tahu mas. Aku....""Ai, sayang, jangan panik.""Gimana nggak panik mas. Nanti kalau Kinan
Pagi ini langit sedang tak baik-baik saja. Pasalnya sejak tadi malam ibukota Jakarta diguyur hujan yang walaupun tidak terlalu deras namun bertahan cukup lama. Dan di beberapa titik di ibukota pun juga sudah digenangi air. Hawa dingin yang menusuk juga begitu terasa. Dan Kinan pagi ini juga enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya dan selimut tebalnya. Sampai tiba-tiba ia merasakan gejolak yang begitu hebat dalam perutnya yang membuatnya mau tak mau harus segera berlari menuju kamar mandi. Padahal Devan saat itu sedang berada di kamar mandi juga. pria itu sedang membersihkan tubuhnya dari aktivitas panas semalam dengan sang istri.Melihat Kinan yang tiba-tiba menerobos masuk ke dalam kamar mandi dan langsung berlari menuju toilet membuat Devan terkejut. Devan sedang tak mengenakan Satu helai benang pun di tubuhnya dan ia juga sedang berdiri di bawah guyuran shower.Devan langsung meraih handuk dan melilitkan pada pinggangnya. Ia berjalan mendekati Kinan. Ia meringis melihat Kinan y
"berbeda?" Tanya Devan bingung."Iya mas. Masa testpack dicemplungkan ke air kolam hasilnya positif juga.""Ha? Mana ada?""Ada mas.""Nggak ada sayang.""Ih mas nggak percaya. Aku bilang ada ya ada.""Tapi mas nggak pernah dengar. Ini baru dari kamu.""Kalau mas nggak percaya, nanti mas lihat deh di media sosial, pasti Nemu." Egheem egheemm..Deheman Dokter Surya menghentikan perdebatan konyol suami istri tersebut. "Jadi gimana? Mau cek Labor atau berdebat?" Tatapan dokter Surya yang terlihat menertawakan pasangan suami istri tersebut membuat mereka tertawa. "Cek Labor saja om." Jawab Devan."Oke." Dokter Surya berjalan menuju meja perawat dan tak lama petugas dari Labor muncul untuk mengambil darah Kinan. "Tunggu hasilnya setengah jam lagi ya buk." Ucap petugas tersebut. "Nanti kamu berikan sama saya saja." Saut dokter Surya."Baik dokter. Saya permisi." Petugas labor tersebut langsung pergi untuk menjalankan tugasnya yang lain. "Kalian ingin ke suatu tempat dulu silakan. Nanti
Devan dan Kinan sama-sama mengatur nafas mereka. Kinan baru saja mendapatkan pelepasannya. Ia tak menyangka, percakapan mereka perihal larangan dokter Surya akan berakhir dengan kegiatan mereka ini.Beruntung mereka tak terlalu berisik dan banyak gerak di dalam permainan mereka tadi. Kalau tidak, mereka sudah pasti akan diciduk warga. Walaupun mereka suami istri, melakukan hal seperti tadi di tempat umum juga.Keduanya saling pandang dan ujung-ujungnya mereka tertawa. Devan mengusap bibir Kinan lembut, "Kayaknya bakalan sulit." Ucapnya lalu kembali tertawa.Keduanya sepakat untuk pulang dan menyiapkan pesta kejutan untuk keluarga dan memberi kabar tentang kehamilan tersebut. Hari ini mereka akan mengadakan makan malam saja di rumah dengan mengundang keluarga Devan dan juga keluarga Kinan. Namun sebelum itu, mereka berbelanja dulu di supermarket. Tentu saja yang masuk ke dalam hanya Devan dan Kinan hanya memberikan daftar belanjaannya saja. Walaupun sebenarnya Kinan sangat ingin ikut
Kinan menceracau tak karuan saat ia menggesek lembut belahan miliknya pada bagian batang milik sang suami. Tubuhnya benar-benar meremang. Bahkan kelakuan Kinan itu membuat Devan tak bisa menahan lebih lama lagi. namun Ia juga tak mungkin melakukan seperti biasanya pada Kinan. Kali ini ia benar-benar harus bersabar dan membiarkan Kinan memimpin permainan. Karena ia yakin Kinan tahu mana yang aman dan tidak. Walaupun sebenarnya Ia juga tahu mana yang aman dan tidak, namun saat nanti mereka menyatu ia pasti akan hilang kendali."Pelan pelan sayang..." Ucap Devan mengingatkan. Devan bahkan ikut menopang pinggul Kinan dengan tangannya agar Kinan tak terlalu kuat melakukannya.Blessh...Keduanya mendesah bersamaan. Bahkan keduanya sama-sama meremang. Devan masih Tak bosan mengingatkan Kinan untuk berhati-hati dan pelan-pelan. Kali ini Devan benar-benar frustasi. Ia ingin menghentak milik kinan dan membuat tubuh sang istri bergerak tak karuan karena ulahnya. namun ia lagi-lagi harus dibuat
Persiapan untuk acara makan malam di kediaman Devan dan Kinan sudah selesai 80%. Koki yang Devan bayar ternyata dua orang dan kerja mereka sangat cekatan dan bersih. Bahkan Kinan sangat menyukai pergerakan tangan mereka yang cepat. Sudah setengah jam Kinan duduk hanya memperhatikan kedua koki itu bekerja. Sesekali Kinan mengajak mereka bicara dan mereka menyahuti dan menjawab pertanyaan Kinan dengan kalimat yang lembut dan tenang. Sementara Devan, pria itu Tengah sibuk mendekor bagian samping rumah yang nanti akan dipakai untuk acara barbeque-an saat malam. Acara utama mereka saat ini sebenarnya adalah barbeque an. namun koki yang disewa juga diminta oleh Devan untuk menyiapkan makanan-makanan western yang enak. Ia benar-benar ingin merayakan kehamilan istrinya dan acara ini hanya untuk keluarga besarnya saja. Dia juga tak mau terlalu gembar-gembor dengan yang lainnya karena takut pamali. Sebenarnya Kinan sendiri sudah ingin memberitahu Yuna jika dirinya sedang hamil, namun Devan
Waktu pun berlalu. Hari berganti minggu minggu pun berganti bulan. Dan hari ini kemeriahan baru saja terjadi di kampung Harapan. Yuna dan Rama baru saja melangsungkan pernikahannya dan sudah sah menjadi sepasang suami istri. Pernikahan Yuna juga dihadiri oleh Riko. Dan sering berjalannya waktu juga Riko dan Rossa akhirnya berkomitmen untuk berpacaran. Dan hubungan mereka sudah berjalan 4 bulan. Tentu saja tanpa sepengetahuan keluarga Riko. Karena ia sendiri tak mau direkcoki lagi oleh orang tuanya. Rossa sendiri sudah mengetahui bagaimana hubungan Riko dengan kedua orang tuanya. Walaupun Rossa tidak menuntut namun Gadis itu selalu mengingatkan Riko untuk tetap menjalin hubungan baik dengan keluarga besar Riko. "Selamat ya." Ucap Riko pada Yuna dan Rama. "Lo jaga baik-baik Yuna. Awas kalau lu sakit tidur berhubungan sama gue." Ucap Riko membuat Rossa langsung cemberut."Tuh yayang bebeb kamu marah tuh."Riko langsung melirik ke arah Rossa yang merajuk menatapnya. "Hahahaha. Nggak ap
Sudah 1 jam Riko berada di Bandung. Dan sudah satu jam pula ia, Yuna dan Rama saling berbincang-bincang tentang banyak hal. Awalnya Yuna benar-benar merasa tidak enak dengan Rama , namun pria itu bisa meyakinkan Yuna kalau baginya tidak ada masalah tentang masa lalu Yuna dengan Riko. Masa lalu ya sebatas masa lalu, sekarang adalah masa depan dirinya dan Yuna, jadi tidak ada sakit hati atau kecewa dan sebagainya. Bahkan Riko pun tidak membahas lagi tentang masa lalunya dengan Yuna, Jadi mereka hanya bicara tentang sekarang. Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang. "Di sini ada yang jual makanan gak sih, laper aku." Ucap Riko sembari bertanya. Karena memang dari pagi ia belum makan. "Lapar? Kamu belum makan?" "Belum. Didatangi pagi-pagi cuma buat digambar bikin nafsu makan hilang." Rutuknya ."Ck! Kasihan banget sih hidup lu bro. Ya udah ke rumah gue yuk. Kebetulan ibu gue tadi masak banyak.""Eh, nggak usah. gue beli makanan di luar aja." "Nggak apa-apa sekalian Lo kenalan sama i
Kinan masih terdiam di dalam ruang rawatnya. Mulai dari ia siuman tadi sampai sekarang, ia belum melihat kehadiran abangnya Riko datang ke sini. Apa sekecewa itu abangnya padanya. Bahkan sampai ia dirawat seperti ini pun Riko tak melihatnya sama sekali.Ia juga tak berniat bertanya kepada suaminya karena ia sudah yakin Apa jawaban yang akan Mas Devan berikan padanya. "Sayang..." Devan mengejutkan Kinan karena muncul secara tiba-tiba. "Mas, mas Devan dari mana?" "Mas dari ruangan dokter." Jawabnya, "Apa kamu butuh sesuatu?" Tanyanya lagi dengan khawatir. Kinan menggeleng, "enggak mas. Cuma lagi mikir aja kenapa Bang Riko nggak ke sini. Apa sebenci itu bang Riko sama aku.""Sssttt.. udah Mas bilang jangan dipikirin dulu. Nanti terjadi sesuatu lagi sama kandungan kamu. Dokter bilang kamu harus jaga kandungan kamu agar anak kita di dalam juga nggak ikutan stres. Kalau urusan Riko sudah diurus sama papa. Jadi biar papa Yang menyelesaikan semua masalah dengan Riko.""Tapi sampai kapan M
Riko Baru saja sampai di rumah adiknya. Ia cukup terkejut mendengar Yuna mengatakan jika dirinya harus memberitahu Kinan untuk tak datang lagi ke kontrakan Yuna. Apa maksud Yuna? Apa Kinan pernah ke tempat tinggal Yuna?.Langit sudah mulai gelap saat Riko sampai di kediaman adiknya itu. Ia langsung nyelonong masuk tanpa permisi. "Kinan!" Teriak Riko membuat Kinan yang tadinya sedang bersantai di ruang tv langsung terkejut."Bang Riko?""Oh, kebetulan kamu di sini. Sepertinya kita perlu bicara Kinan." Ucapnya cukup sinis pada adiknya itu. Kinan yang melihat raut wajah Riko mendadak ketakutan. Beruntung di rumah sudah ada suaminya."Riko? Ada perlu apa ke sini?" Tanya Devan yang keluar dari dalam kamar."Gue nggak mau basa-basi di sini. Karena gua masih banyak urusan." Ucapnya. Riko lalu kembali melirik ke arah Kinan, "Abang mau tanya sama kamu Kinan, sejauh mana kamu ikut campur urusan Abang dengan Yuna?"Kinan tergugu. Ia tak tahu harus menjawab pertanyaan Abangnya seperti apa."Hey b
Yuna masih terisak sedih. Ia benar-benar tak bisa mengontrol hatinya. Ia benar-benar terluka dengan apa yang tadi Riko lakukan padanya. Ia tak menyangka Riko akan seperti itu. Pria itu sangat jahat."Sudah. Jangan berpikir yang aneh-aneh lagi. Semua sudah selesai.""Tapi aku nggak nyangka Rama kalau dia sampai sejahat itu. Ngancam bongkar aib aku kalau aku nggak mau ikut dia." Isaknya.Rama menatap Yuna yang masih menunduk. Ia tersenyum lucu. Rama meletakkan tangannya di atas kepala Yuna dan sedikit menunduk untuk bisa mensejajarkan wajahnya dengan Yuna, "Jangan pikirkan lagi. Kamu tahu, aku nggak peduli soal dia. Tapi aku pastikan, dia tak akan berani lagi untuk seperti tadi sama kamu." Ucap Rama penuh yakin.Yuna menatap penuh mata Rama dan itu membuat kepercayaan diri-annya kembali lagi. Ia lalu mengangguk. "Sekarang, hapus air mata kamu, kita ke rumahku." Yuna kembali mengangguk. Ia mulai kembali melangkah, walaupun langkahnya ada sedikit keraguan namun ia mencoba meyakinkan diri
Seperti janjinya pada ibunya, pagi-pagi sekali Rama sudah bersiap untuk menjemput Yuna dan membawanya ke rumah. Tentu saja kegigihan Rama ini mendapat godaan dari orang tuanya. Dan fakta bahagia yang Rama terima lagi pagi ini adalah bahwa ayahnya juga tidak mempermasalahkan tentang status keluarga Yuna. Yang jelas yang mereka tahu Yuna adalah anak baik-baik. Yuna adalah gadis yang penuh dengan sopan santun. apalagi sapaan Yuna pada warga sekitar sangat ramah dan lembut. Jika Yuna tidak mau berhubungan lagi dengan masa lalunya, tidak apa-apa. mereka akan dengan senang hati menerima Yuna di kampung ini. Bahkan mereka akan senang hati menerima sebagai menantunya.Rama berjalan kaki untuk sampai di rumah Yuna. Bahkan pria itu tak menyadari jika Yuna masih tertidur. Rama mencoba menghubungi ponsel Yuna. "Halo..." Sapa Yuna dari seberang sana dengan suara yang masih serak membuat Rama tertawa. "Kamu masih tidur? ya ampun Maaf aku ganggu ya.""Siapa ini?"Tawar Rama kembali meledak. Bahka
PLAAKK!!"Kamu benar-benar kurang ajar Riko!!!" Teriakan Hartono pada Anak laki-laki semata wayangnya itu. Tamparan keras baru saja ia layangkan pada Riko yang kini sudah terlihat seperti orang gila. Sangat tak terurus.Sementara Ayu, wanita itu menatap anaknya dengan tatapan frustasi. Ia selalu menangis setiap Riko kembali dalam keadaan mabuk."Mau sampai kapan kamu seperti ini terus? Kamu ingin perusahaan ini hancur?" Teriak Hartono lagi.Riko yang tadi terdiam karena rasa panas dari tamparan keras itu belum hilang di pipinya, tiba-tiba tertawa menakutkan."Apa yang papa mau dari aku? Anak laki-laki yang sempurna? Bawa Yuna padaku dulu.""RIKO!!" Kali ini giliran Ayu yang berteriak. "Kamu jangan gila Riko. Mau dikemanain muka kami kalau kamu sama perempuan tak jelas itu!!""Ma, ini hidup Riko. Riko yang jalani semuanya. kenapa Mama dan papa yang ngatur. Riko berhak pilih masa depan Riko sendiri ma." "Kamu memang berhak Riko, tapi tidak dengan perempuan itu.""Emangnya kenapa? Yuna
Terkadang apa yang kita rencanakan dengan begitu matang tidak bisa kita realisasikan di dalam kehidupan kita. karena memang Tuhan yang tidak mengizinkan. Terkadang ada pula kita tidak menginginkan hal itu tapi Tuhan memberikan itu. Jadi mau tidak mau, kita harus menerimanya bagaimanapun kondisinya.Seperti yang saat ini Yuna rasakan. Ia tak menginginkan kehidupan seperti ini. Banyak kehidupan yang indah yang sudah ia khayalkan untuk masa depannya namun Tuhan tidak mengizinkan kehidupan indah itu masuk dalam hidupnya.Jadi mau tidak mau, ia harus menerima semua takdir yang Tuhan tuliskan untuknya. menerimanya dengan lapang dada tanpa protes apapun.Ini ia harus menatap ke depan. Menata kehidupannya untuk menjadi yang lebih baik. Walaupun nanti rintangan akan datang, ia harus bisa melalui semua itu. Mengakui kesalahan dihadapan Tuhan itu jauh lebih baik. Dan mau berubah agar mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Yuna kini menatap lurus pria yang saat ini mulai memetik beberapa straw
Pagi menyapa. Yuna masih asik bergelung nyaman dalam selimut tebalnya yang baru ia beli kemarin. Dan hari ini, ia ada janji bertemu dengan Rama. Oh ya, dua hari sudah berlalu sejak kejadian ciuman panas waktu subuh di teras kontrakan Yuna. Dan sejak saat itu juga, hubungan Yuna dan Rama kembali mencair. Rama bahkan semakin gencar memberikan perhatian pada Yuna walaupun sesekali pria itu juga terus mengatakan jika cintanya terluka karena Yuna. Tapi Yuna selalu menganggapnya sebagai lelucon dari Rama.Yuna menggeliat. Hari ini hari Minggu dan ia berencana untuk ke kebun strawberry milik Rama lagi. Ia ingin memetiknya kembali. Dan ia sudah janji dengan Rama ke sana pukul delapan nanti. Yuna melirik jam di ponsel kecilnya dan masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Tapi ia akan bersiap. Hari ini ia juga berencana akan ikut masak bersama dengan para ibu-ibu di sini karena nanti sore ada acara silaturahmi kampung. Kata Rama, acara itu biasanya akan dimeriahkan dengan karaoke kecil-kecilan di