"O Yuna, Lo udah pulang? Tadi ada yang nyari lo." Yuna menghentikan langkahnya saat ia hendak ingin masuk ke dalam kamarnya "nyari gue, siapa?""Katanya namanya Kinan. Tadi dia ke sini sendirian. dia nyari lo, katanya nomor lo nggak bisa dihubungi. tapi gua bilang lu kerja." Penjelasan Icha membuat Yuna seketika terdiam.Kinan mencarinya? Ada apa? Apa Kinan tahu hubungannya dengan Riko? Ya Tuhan, baru juga ingin dirahasiakan, sudah ketahuan saja."Ya udah Cha, makasi ya.""Iya." Yuna cepat-cepat masuk ke dalam. Ia segera menghubungi Riko. Tak cukup lama ponsel itu berdering, Riko langsung mengangkat panggilan tersebut."Halo mas...""Iya Ai, ada apa? Mas belum nyampe Ai, nanti kalau udah nyampe mas hubungi ya...""Bukan itu Mas, tadi Kinan ke kos. Kata teman sebelah kamar aku. Kira-kira kenapa Kinan ke kos ya mas? Apa Kinan tahu? Kan benar apa yang aku bilang, kalau Kinan pasti akan marah kalau tahu mas. Aku....""Ai, sayang, jangan panik.""Gimana nggak panik mas. Nanti kalau Kinan
Pagi ini langit sedang tak baik-baik saja. Pasalnya sejak tadi malam ibukota Jakarta diguyur hujan yang walaupun tidak terlalu deras namun bertahan cukup lama. Dan di beberapa titik di ibukota pun juga sudah digenangi air. Hawa dingin yang menusuk juga begitu terasa. Dan Kinan pagi ini juga enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya dan selimut tebalnya. Sampai tiba-tiba ia merasakan gejolak yang begitu hebat dalam perutnya yang membuatnya mau tak mau harus segera berlari menuju kamar mandi. Padahal Devan saat itu sedang berada di kamar mandi juga. pria itu sedang membersihkan tubuhnya dari aktivitas panas semalam dengan sang istri.Melihat Kinan yang tiba-tiba menerobos masuk ke dalam kamar mandi dan langsung berlari menuju toilet membuat Devan terkejut. Devan sedang tak mengenakan Satu helai benang pun di tubuhnya dan ia juga sedang berdiri di bawah guyuran shower.Devan langsung meraih handuk dan melilitkan pada pinggangnya. Ia berjalan mendekati Kinan. Ia meringis melihat Kinan y
"berbeda?" Tanya Devan bingung."Iya mas. Masa testpack dicemplungkan ke air kolam hasilnya positif juga.""Ha? Mana ada?""Ada mas.""Nggak ada sayang.""Ih mas nggak percaya. Aku bilang ada ya ada.""Tapi mas nggak pernah dengar. Ini baru dari kamu.""Kalau mas nggak percaya, nanti mas lihat deh di media sosial, pasti Nemu." Egheem egheemm..Deheman Dokter Surya menghentikan perdebatan konyol suami istri tersebut. "Jadi gimana? Mau cek Labor atau berdebat?" Tatapan dokter Surya yang terlihat menertawakan pasangan suami istri tersebut membuat mereka tertawa. "Cek Labor saja om." Jawab Devan."Oke." Dokter Surya berjalan menuju meja perawat dan tak lama petugas dari Labor muncul untuk mengambil darah Kinan. "Tunggu hasilnya setengah jam lagi ya buk." Ucap petugas tersebut. "Nanti kamu berikan sama saya saja." Saut dokter Surya."Baik dokter. Saya permisi." Petugas labor tersebut langsung pergi untuk menjalankan tugasnya yang lain. "Kalian ingin ke suatu tempat dulu silakan. Nanti
Devan dan Kinan sama-sama mengatur nafas mereka. Kinan baru saja mendapatkan pelepasannya. Ia tak menyangka, percakapan mereka perihal larangan dokter Surya akan berakhir dengan kegiatan mereka ini.Beruntung mereka tak terlalu berisik dan banyak gerak di dalam permainan mereka tadi. Kalau tidak, mereka sudah pasti akan diciduk warga. Walaupun mereka suami istri, melakukan hal seperti tadi di tempat umum juga.Keduanya saling pandang dan ujung-ujungnya mereka tertawa. Devan mengusap bibir Kinan lembut, "Kayaknya bakalan sulit." Ucapnya lalu kembali tertawa.Keduanya sepakat untuk pulang dan menyiapkan pesta kejutan untuk keluarga dan memberi kabar tentang kehamilan tersebut. Hari ini mereka akan mengadakan makan malam saja di rumah dengan mengundang keluarga Devan dan juga keluarga Kinan. Namun sebelum itu, mereka berbelanja dulu di supermarket. Tentu saja yang masuk ke dalam hanya Devan dan Kinan hanya memberikan daftar belanjaannya saja. Walaupun sebenarnya Kinan sangat ingin ikut
Kinan menceracau tak karuan saat ia menggesek lembut belahan miliknya pada bagian batang milik sang suami. Tubuhnya benar-benar meremang. Bahkan kelakuan Kinan itu membuat Devan tak bisa menahan lebih lama lagi. namun Ia juga tak mungkin melakukan seperti biasanya pada Kinan. Kali ini ia benar-benar harus bersabar dan membiarkan Kinan memimpin permainan. Karena ia yakin Kinan tahu mana yang aman dan tidak. Walaupun sebenarnya Ia juga tahu mana yang aman dan tidak, namun saat nanti mereka menyatu ia pasti akan hilang kendali."Pelan pelan sayang..." Ucap Devan mengingatkan. Devan bahkan ikut menopang pinggul Kinan dengan tangannya agar Kinan tak terlalu kuat melakukannya.Blessh...Keduanya mendesah bersamaan. Bahkan keduanya sama-sama meremang. Devan masih Tak bosan mengingatkan Kinan untuk berhati-hati dan pelan-pelan. Kali ini Devan benar-benar frustasi. Ia ingin menghentak milik kinan dan membuat tubuh sang istri bergerak tak karuan karena ulahnya. namun ia lagi-lagi harus dibuat
Persiapan untuk acara makan malam di kediaman Devan dan Kinan sudah selesai 80%. Koki yang Devan bayar ternyata dua orang dan kerja mereka sangat cekatan dan bersih. Bahkan Kinan sangat menyukai pergerakan tangan mereka yang cepat. Sudah setengah jam Kinan duduk hanya memperhatikan kedua koki itu bekerja. Sesekali Kinan mengajak mereka bicara dan mereka menyahuti dan menjawab pertanyaan Kinan dengan kalimat yang lembut dan tenang. Sementara Devan, pria itu Tengah sibuk mendekor bagian samping rumah yang nanti akan dipakai untuk acara barbeque-an saat malam. Acara utama mereka saat ini sebenarnya adalah barbeque an. namun koki yang disewa juga diminta oleh Devan untuk menyiapkan makanan-makanan western yang enak. Ia benar-benar ingin merayakan kehamilan istrinya dan acara ini hanya untuk keluarga besarnya saja. Dia juga tak mau terlalu gembar-gembor dengan yang lainnya karena takut pamali. Sebenarnya Kinan sendiri sudah ingin memberitahu Yuna jika dirinya sedang hamil, namun Devan
"bro."Riko memutar tubuhnya ke belakang. Devan. Sudah berdiri di depannya saat ini. Ia sudah tahu apa tujuan Devan ke sini, jadi ia hanya perlu bersiap."Lo kenapa? Kenapa sensian seperti ini?" Tanya Devan baik-baik.Riko menghela nafas berat. Ia mengusap wajahnya kasar. "Gue tahu kenapa Kinan begitu. Ini pasti masih ada hubungannya dengan Yuna. Tapi kenapa di acara keluarga yang Lo buat, Kinan harus menanyakan hal ini? Gue tahu tujuan dia begitu buat apa. Pasti buat cari tahu siapa pacar gue, iya kan? Yuna atau bukan.""Untuk sekarang, Lo jangan ambil pusing dulu ucapan Kinan. Dia terbawa perasaan.""Terbawa perasaan apa? Sejak seminggu yang lalu Kinan selalu begini. Kenapa sih dia? Gue tahu dia sahabatnya Yuna tapi dia nggak suka gue berhubungan dengan Yuna. Oke, fine. Tapi kenapa harus diungkit ungkit di sini.""Dia nggak bilang Yuna.""Tapi dari pertanyaan dia sudah jelas di curiga gue kirim pesan sama siapa."Devan menarik nafas panjang. Ia seperti sedang menyelesaikan masalah
Acara perayaan kehamilan Kinan sudah selesai. Jam juga sudah menunjukkan pukul 11.00 malam. Namun Riko belum ingin kembali ke rumahnya. Iya berencana untuk menemui Yuna terlebih dahulu. Karena besok Yuna libur bekerja Jadi ia ingin membawa Yuna jalan-jalan terlebih dahulu. Iya juga ingin memberitahukan Yuna kabar kehamilan Kinan. Ia yakin Yuna pasti senang mendengar kabar tersebut. Dan kini Riko sudah tiba di depan kos kekasihnya itu namun ia belum memberitahukan pada Yuna jika dirinya berada di sana sekarang. Ia mengirimkan pesan pada Yuna jika dirinya berada di bawah. Beruntung kekasihnya itu belum tertidur. Tak lama ia menunggu, Yuna pun turun ke bawah dan langsung menghampirinya di dalam mobil. "Mas kok belum pulang? Kenapa malah ke sini. Kan capek habis dari tempat Kinan." Ucapnya. Yuna langsung masuk ke dalam dan kembali menutup pintu mobil. Bukannya menjawab pertanyaan Yuna, Riko justru menarik kekasihnya itu ke dalam pelukannya. Ia menarik nafas panjang dan membuangnya sec