“Tadi kakakmu terjatuh, kakinya terluka, mangkanya aku gendong dia. Sayangku, kamu jangan salah paham dulu. Aku dan kakakmu tidak melakukan apa pun di dalam kamar.” Mark memperjelas, berharap Lusi tidak marah.
“Tapi kok lama banget di dalam kamar?” tanya Lusi polos.Mark terdiam, matanya melirik ke arah samping, bermaksud meminta bantuan Alex. Namun sial, Alex sudah tidak ada di sana. Lelaki itu pergi begitu mendengar suara merajuk dari Lusi.“Sayang gak jawab? Ya sudah, aku gak mau tidur sama kamu lagi,” ancam Lusi.Mark menahan tubuh Lusi yang bergerak ingin turun dari pangkuannya.“Sayangku, maafkan aku. Aku janji gak bakal mengulangi kebodohanku lagi,” mohon Mark memeluk Lusi erat.Sembari tersenyum, Lusi menganggukkan kepala, tanda telah memaafkan Mark.“Aku percaya sama kamu, Sayang. Tadi aku pengin ikut masuk ke kamar Mbak Dini. Terus gak jadi ah, aku nungguin kamu di dalam kamar kita saja. Ta“Tumben bagi-bagi hadiah? Dalam rangka apa nih?” tanya Reina pada Mark yang memberinya banyak hadiah. “Jangan-jangan kamu naksir sama aku? Iuh! Aku gak mau sama pria yang sudah memiliki istri.” Mark menghembuskan napas lelah. “Jadi kamu gak mau menerima semua hadiah ini? Ya sudah, kembalikan saja kepadaku,” ucap Mark cuek. Reina langsung memeluk semua barang di atas meja kerjanya, seakan tak memperbolehkan orang lain untuk mengambil hadiah tersebut. “Apaan sih! Barang yang sudah diberikan tidak boleh diambil kembali!” gerutu Reina. Mark menatap datar tingkah Reina. “Jujur saja, aku juga sedikit tertarik denganmu. Tapi kamu ‘kan sudah punya istri. Jadi, dengan amat sangat terpaksa, aku tidak bisa menerima cintamu. Kecuali jika kamu menceraikan istrimu. Tapi tunggu dulu, kalau kamu melakukan itu demi aku, berarti aku bakal dicap sebagai perusak rumah tangga orang... Aduh! Gak mau!” “Kamu ngomong apa? Aku memberimu hadiah karena aku sedang berbahagia atas kehamilan istriku,” terang
“Siapa juga yang berbuat kegaduhan? Aku tidak melakukan apa pun. Mbak Madona tuh yang menghina aku di depan umum,” tandas Reina mengadu kepada Aldo.“Kamu pikir aku gak tahu? Dari tadi aku mendengarmu mencaci maki kekasihku. Kamu juga sengaja mempermalukan kekasihku di hadapan banyak orang. Jika kamu tidak meminta maaf kepada Madona, aku gak bakal biarin kamu hidup tenang,” ancam Aldo.Nyali Reina seketika menciut mendengar ancaman dari Aldo, pria yang selama ini selalu bisa mencuri perhatian Reina. Reina menyukai Aldo semenjak Nyonya Maria menjanjikan pernikahan antara Reina dan Aldo. Namun, Reina selama ini bungkam mengenai perasaannya.Reina kesal melihat Madona tersenyum penuh kemenangan, seakan tengah mengejek Reina yang dimarahi Aldo.“Tuan Aldo kok mau sih sama wanita tua?” celetuk Reina.“Apa katamu? Coba ngomong sekali lagi,” desak Aldo geram.“Engga kok!” Reina tidak berani mengucapkan pertanyaan itu lagi. E
“Alex tidak sakit, Sayangku. Dia hanya sangat mengantuk saja,” jawab Mark menghampiri Lusi.Ketika Mark ingin menyentuh Lusi, dengan sigap Lusi menghindari sentuhan tersebut.“Aku sudah wudhu, Sayang. Nanti batal loh, jangan nyentuh aku. Aku mau ngaji dulu sambil nunggu kamu,” kata Lusi tersenyum lembut.Mark mengangguk mengerti lalu segera masuk ke dalam kamar mandi.***Makin hari tingkah Lusi makin terlihat seperti Mark. Suka memerintah dan sedikit marah kalau orang yang diperintah tidak sesuai dengan kemauannya.Lusi juga makin posesif, tidak mau ditinggal oleh Mark. Bahkan Lusi harus tahu setiap menit kegiatan Mark ketika sedang bekerja.Perubahan Lusi tak lain dan tak bukan, diakibatkan oleh bayi di kandungannya. Lusi sendiri tidak merasakan perubahan sifat pada dirinya. Yang Lusi rasakan hanya tubuhnya yang makin melebar dan berat.“Aku bawakan vitamin dari dokter. Kamu harus rutin meminum
Reina terkejut bukan main. Ternyata wanita yang dia olok merupakan istri dari Mark.Mark mengangkat tubuh Lusi agar bisa berdiri. Amarah Mark memuncak saat melihat jari Lusi mengeluarkan darah.“Reina, minta maaf sekarang pada istriku!” perintah Mark berusaha mati-matian menahan marah.Lusi hanya diam, menenggelamkan wajah sayunya di pelukan sang suami. Sekilas Lusi sempat melirik ke arah Reina.Lirikan itu diartikan lain oleh Reina. Reina merasa jika Lusi tengah mengolok dirinya. Dengan kesal, Reina memutuskan untuk tidak mau minta maaf kepada Lusi.“Ngapain aku minta maaf? Salah sendiri penampilan istrimu kucel begitu. Bukan salahku dong, kalau aku mengira istrimu orang miskin kesasar,” pungkas Reina.Dagu Reina meninggi, menandakan jika Reina adalah sosok dari keangkuhan.“Reina!” bentak Mark.Lusi mengelus dada bidang sang suami agar tidak meledak. Elusan itu sukses membuat Mark kembali bisa
“Nyonya Maria tenang dulu. Aku juga tidak mau, Nyonya Maria masuk penjara. Semua masalah pasti ada jalan keluarnya,” ucap Madona mengelus punggung Nyonya Maria.“Kamu sudah menemukan jalan keluarnya?” tanya Nyonya Maria tidak bisa tenang.Dengan senyuman lembut, Madona menjawab, “Justru karena aku telah menemukan jalan, Nyonya Maria tidak perlu khawatir.”“Benarkah?”Madona mengangguk pasti sebagai jawaban.“Anda tidak perlu khawatir. Ingat kata-kataku. Nyonya Maria, anda tidak pernah melakukan pencucian uang. Yang melakukan hal tersebut adalah CEO Plus Industri. Anda mengerti?”Madona menatap lurus mata Nyonya Maria.“Jadi begitu?” kekhawatiran Nyonya Maria menghilang. Wajah pucat Nyonya Maria kini dihiasi dengan senyuman licik.***Reina sangat kebingungan melihat banyak orang berpenampilan serba hitam datang, dan langsung menggeledah ruangannya tanpa meminta izin terlebih
Seiring berjalannya waktu, Dini seperti sudah tidak lagi iri terhadap kehidupan Lusi. Wanita itu lebih memfokuskan diri pada tujuan hidupnya yang ingin menjadi seorang dokter. Toh, Mark sudah memberi Dini jalan, kurang apalagi?Ibu Tutik menatap foto mendiang suaminya dengan senyuman tipis. Sungguh pilu mengingat hari di mana sang suami tercinta meninggalkan mereka.“Kamu tega banget, Mas. Meninggalkanku seperti itu,” ucap Ibu Tutik mengelus foto sang suami, lalu memeluk erat foto tersebut. Pandangan Ibu Tutik beralih pada alat sholat yang baru saja diberikan oleh Lusi. Kakinya melangkah gontai mendekati mukena. Dengan perasaan campur aduk, Ibu Tutik meluapkan segala keluh kesahnya kepada Sang Pencipta.***Setelah memeriksa kandungan, Lusi memutuskan untuk menengok kakaknya yang sedang membantu dokter di salah satu klinik.Lusi sama sekali tidak takut ataupun merasa kecewa jika nanti Dini menolak dirinya
Mark hanya bisa menggelengkan kepala setelah mengetahui tingkah Madona. Dari dulu tidak pernah berubah, suka sekali menentukan masa depan seseorang.“Memasukkan seorang wanita ke dalam penjara? Seperti bukan dirimu, Madona,” ledek Mark.“Aku tidak peduli. Siapa pun yang pernah melukai hatiku, tidak akan pernah kumaafkan,” tegas Madona memainkan rambutnya sendiri.“Kamu harus belajar dari Lusi, bagaimana cara memaafkan orang lain,” sahut Mark.Madona membenarkan posisi tubuhnya, lalu menatap tajam ke arah Mark.“Kamu juga harus belajar memaafkan Maria yang sudah menghancurkan rumah tangga kedua orang tuamu. Kamu juga harus belajar memaafkan Maria yang membuatmu buta dan lumpuh,” cecar Madona.Mark tertawa kecil mendengar perkataan Madona.“Kamu saja yang setiap hari bersama Lusi, tidak pernah belajar bagaimana cara memaafkan orang lain. Terus, sekarang kamu menyuruhku untuk belajar dari Lusi? Jangan bicara o
Felix menghampiri seorang wanita tua berusia sekitar enam puluh tahun. Wanita tua itu tengah asyik menikmati waktu luang di ruangan kerja. “Ada apa, Felix? Tumben kamu datang menemuiku?” tanya Nyonya Bona tanpa melihat Felix. Nyonya Bona merupakan wanita yang melahirkan Mark. Ibu kandung Mark, hasil dari pernikahan Nyonya Bona dengan Tuan Baro, pewaris tunggal Geo Grup. “Anak pertama Mark sebentar lagi akan lahir di dunia ini,” ucap Felix duduk di salah satu sofa. Nyonya Bona berpindah duduk di hadapan Felix. Ditatapnya wajah rupawan Felix dengan saksama. “Makin tua, wajahmu makin mirip ayahmu. Aku jadi merindukan ayahmu,” tutur Nyonya Bona. “Tidak perlu merindukan seseorang yang sudah tertanam di dalam tanah,” balas Felix. “Omonganmu kasar sekali. Apakah kamu akan menjawab seperti itu, ketika orang lain merindukan ibumu yang sudah meninggal?” sindir Nyonya Bona. Felix tersenyum tipis lalu berkata, “Maafkan aku. Barusan aku hanya asal memberi jawaban. Lagipula, ibuku belum meni
Mark berjalan memasuki ruang keluarga. Dia membawa beberapa berkas di tangannya. Kedatangan Mark membuat Ibu Tutik dan Dini sedikit tegang. “Maaf menunggu,” ucap Mark duduk di sofa tunggal. “Aku tidak suka basa-basi, jadi langsung saja. Maksudku mengundang kalian berdua adalah, aku ingin memberi tahu kalian bahwa, semua aset tidak bergerak milik Lusi, telah berganti nama menjadi milik kalian berdua. Aku membaginya seadil mungkin.” “Maksudnya? Aset apa?” tanya Dini tidak mengerti. “Aku membeli banyak tanah, dan bangunan atas nama Lusi. Sekarang, seluruh tanah dan bangunan tersebut telah berganti nama menjadi milik kalian berdua,” jelas Mark. Dini dan Ibu Tutik sangat terkejut. Mereka berdua sampai tidak bisa berkata-kata lagi. “Kenapa? Itu ‘kan milik Lusi, Kenapa diberikan kepada kami?” tanya Ibu Tutik menundukkan kepala. “Anda berhak memilikinya, Ibu. Berkat kebaikan hati, Ibu yang mengizinkan Lusi ikut bersamaku di Inggris,” jawab Mark bersuara lembut. “Maksudku, kami tidak per
Mark tersenyum puas karena telah berhasil membalas perbuatan Nyonya Maria dan Aldo terhadapnya. Sebenarnya, hal seperti ini tidak disenangi oleh Mark. Apalagi sampai harus mengorbankan banyak waktu dan uang. Benar-benar bukan tipe Mark. “Kasihan Nyonya Maria dan Tuan Aldo, mereka harus tidur di penjara. Tetapi, aku gak menyangka, Nyonya Maria yang menghilangkan nyawa Ningsih. Mengapa harus begitu sih jadi orang?” Lusi menggelengkan kepala mengingat perbuatan Nyonya Maria. “Pada akhirnya, semua akan mendapatkan balasan, sesuai dengan yang mereka perbuat,” balas Alex. “Tumben, Mister Alex pintar?” kata Lusi polos. “Aku memang pintar, hanya berpura-pura bodoh saja,” sahut Alex tidak mau ambil pusing. “Sayangku, kamu sudah siap tinggal di Inggris?” tanya Mark menarik perhatian Lusi. “Kita bakal pergi ke Inggris?” Bukannya menjawab, Lusi malah balik bertanya. “Aku ‘kan lagi hamil, emangnya boleh naik pesawat?” tanya Lusi. Lusi menyentuh perutnya yang telah membuncit. Sudah sembilan b
Nyonya Maria menjalani kehidupannya di dalam penjara dengan penuh kehampaan. Dia sangat sedih melihat tangannya tidak dihiasi perhiasan. Nyonya Maria juga mengeluh dengan kondisi kulitnya yang kusam, dan tidak bersih. Keadaan sel yang begitu jorok juga membuat Nyonya Maria sering mengalami demam. “Ada yang ingin bertemu denganmu, keluarlah,” pinta Petugas Polisi meminta Nyonya Maria keluar dari dalam sel. “Bertemu denganku? Siapa?” tanya Nyonya Maria heran. “Nanti kamu juga tahu.” Begitu sampai di ruang temu. Nyonya Maria ingin kembali ke dalam sel. Namun petugas polisi malah menyuruhnya untuk duduk di kursi. “Tatap aku, Madam,” kata Mark tidak senang melihat Nyonya Maria menundukkan wajah. “Kamu mau mengejekku? Aku gak ada waktu buat dengerin ocehanmu,” cetus Nyonya Maria memberanikan diri menatap mata tajam Mark. “Aku tidak suka mengejek orang yang tidak berdaya,” balas Mark menyeringai. “Aku hanya ingin menanyakan perihal keadaanmu saja. Apakah kamu baik-baik saja? Sepertinya
“Dengan kamu yang mengatakan terima kasih, apakah tugasku sudah selesai?” canda Miky.“Sayang sekali, tugasmu belum selesai. Aku masih membutuhkan bantuanmu,” jawab Mark.“Aku senang mendengarnya,” balas Miky.Mark tersenyum tipis kemudian melihat jam berwarna perak di tangan sebelah kanan. Rupanya jam telah menunjukkan pukul sebelas malam, sudah terlalu larut untuk Mark yang biasanya tidur di jam delapan atau sembilan malam.“Miky, pergilah tidur. Jangan terlalu sering bergadang. Sayangi juga tubuh mudamu, sebelum kamu menyesal sepertiku.” Mark memberi sedikit wejangan kepada Miky.“Apa yang kamu sesali di waktu muda? Boleh aku mengetahuinya?” Karena kalimat Mark, Miky jadi penasaran.“Aku menyesal karena terlalu sering bekerja, tanpa memedulikan kesehatanku. Sekarang aku sudah tua, jadi sedikit merasakan akibat dari kurangnya aku mengatur pola tidur,” jelas Mark menepuk pelan pundak Miky. “Aku pergi tidur dulu. Besok akan ada pertunjukkan yang menakjubkan. Memikirkannya saja, membuat
Mark tidak mungkin membiarkan Aldo hidup tenang di dalam penjara. Mark sengaja menyewa seseorang untuk mengerjai Aldo selama berada di dalam penjara. Keputusan Mark terbukti ampuh, Aldo tak berhenti berbuat kericuhan di dalam sel. Hal tersebut akan membuat Aldo kesulitan untuk mendapat keringanan hukuman. “Dia duluan yang menyenggolku! Dia menghinaku!” teriak Aldo keras. Kalimatnya ditujukan kepada seorang pria suruhan Mark. Para petugas sudah tidak memercayai Aldo lagi, karena Aldo telah terbukti mengalami depresi. Mereka menganggap jika sikap tidak menentu Aldo akibat dari penyakit Aldo. “Lepaskan aku! Kalian harusnya menangkap pria jelek itu!” Aldo berusa melepaskan diri dari genggaman para polisi. Polisi menyeret Aldo menuju sel tunggal. Mereka benar-benar memperlakukan Aldo dengan tidak baik. Sedangkan Aldo hanya bisa mencerocos tidak jelas ketika pintu sel tertutup rapat. *** “Aldo, pasti sangat menderita sekarang,” kata Mark berjalan mendekati Nyonya Maria. Melihat kehad
“Lusi menyewa tim audit untuk memeriksa keuangan perusahaan Asia Victory Grup? Yang benar saja, memangnya siapa Lusi?” tanya Nyonya Maria seperti tidak percaya dengan ucapan Bobi. “Apakah anda tidak tahu? Nona Lusi adalah pemegang sembilan puluh persen saham Liba Company,” kata Bobi. Nyonya Maria dan Aldo sangat terkejut mendengar pernyataan Bobi. “Bukankah, pemilik saham dari Liba Company adalah Mark Junior George?” tanya Aldo nyalang. “Tuan Mark tidak memiliki sepersen pun saham Liba Company. Tuan Smith, selaku pemilik Liba Company, telah menyerahkan seluruh hak perusahaan Liba kepada Nona Lusi. Tuan Mark adalah orang yang menjalankan Liba Company. Astaga, ternyata kalian baru mengetahui fakta ini. Aku pikir, kalian sudah mengetahuinya sebelum aku tahu.” Bobi sedikit meledek Nyonya Maria dan Aldo. Mengetahui kenyataan itu, Nyonya Maria terlihat memendam rasa kesal. Bagaimana bisa dia selama ini begitu santai. Nyonya Maria merasa sangat bodoh. Mark pasti memanfaatkan kewarganegar
Aldo merasakan sakit luar biasa atas sikap Madona yang merendahkannya. Aldo pikir, selama ini Madona tulus berkencan dengan dirinya. Namun, ternyata Madona sama saja seperti kebanyakan wanita.“Kamu wanita murahan yang hanya mengincar harta seorang pria,” desis Aldo menatap Madona penuh kebencian.Bukannya marah telah mendapat hinaan dari Aldo, Madona malah tertawa cukup keras hingga membuat matanya sedikit berair.“Aku bukan wanita murahan. Kamu harus mengeluarkan setidaknya sepuluh juta dolar untuk meniduriku. Bagaimana bisa kamu menyebutku sebagai wanita murahan? Soal mengincar harta dari pria yang kukencani, Kamu pikir aku tipe orang seperti itu? Sedangkan dari kecil aku sudah diperlakukan layaknya seorang putri raja oleh ayahku. Ketika aku lahir, hal pertama yang aku lihat adalah berlian. Tidak sepertimu, aku tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan uang. Bahkan aku tidak pernah mencari uang. Uanglah yang datang kepadaku.”Telinga
Pernyataan Madona terbukti ampuh membuat Mark ketar-ketir. Mark pun meninggalkan ruang rawat Madona, hanya untuk menjemput Lusi. Melihat Mark tergesa-gesa pergi, Madona tersenyum tipis. Mark pasti telah termakan oleh ocehan tidak mendasar dari Madona.“Takut banget kalau Lusi diambil orang,” gumam Madona menggelengkan kepala. Sementara itu, Mark berjalan cepat menuju lift. Saat lift terbuka, Lusi dan Alex muncul.“Sayang? Kamu mau ke mana?” tanya Lusi terkejut melihat Mark.Bukannya menjawab, Mark malah menarik Lusi ke dalam dekapannya, seolah menjauhkan Lusi dari sisi Alex. Tanpa berbicara lebih, Mark menuntun Lusi menuju ke ruangan di mana Madona dirawat.Alex sempat merasa aneh dengan tatapan menusuk Mark yang tertuju padanya. Namun, Alex tak mau ambil pusing. Dia tetap berjalan di belakang sepasang kekasih itu.Begitu sampai di dalam ruang rawat Madona, Lusi berteriak histeris melihat Madona dalam kea
Mina menghembuskan napas lelah, mengetahui fakta bahwa Nanda tak kunjung memperbaiki diri. Bahkan tingkah Nanda makin menjadi-jadi, sangat pemalas, dan tidak mau bangkit.Sudah hampir satu bulan Mina keluar dari apartemen mereka. Nanda masih sama saja. Hal tersebut membuat Mina merasa jengah dan ingin mengakhiri pernikahan mereka.Entah mengapa, rasa cinta Mina pada Nanda seolah memudar seiring berjalannya waktu. Mina seakan tidak mengingat betapa dulu dia sangat memuja Nanda.Sikap dan tingkah Nanda mampu melunturkan segalanya. Terlebih, Nanda selalu melakukan tindak kekerasan terhadap Mina. Makin membuat Mina merasa bila di pernikahan mereka berdua tidak ada masa depan.Kini, yang menjadi tujuan utama Mina bukan lagi soal memperbaiki pernikahan, melainkan mencari cara agar bisa bercerai.Mina bisa saja melaporkan Nanda ke pihak berwajib atas tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Namun, Mina tidak ingin Nanda di penjara. Jadi,