Share

Bab 5

Penulis: Mayangnoura
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-28 02:47:17

"Hah? Maksudnya?" Aku pura-pura bingung saja menghadapi pertanyaan Wilson.

"Kamu dan Kevin tidak tidur satu kamar?" Wilson mengulangi pertanyaannya setelah langkahnya sudah berhenti di dekatku.

"Bagaimana kamu bisa bertanya ini?" jawabku. "Tentu saja aku dan Mas Kevin tidur di kamar yang sama." Aku berbohong entah untuk kebaikan siapa. Yang pasti saat ini aku belum siap rahasia pernikahanku dengan Mas Kevin ketahuan.

"Kalau kamu dan Kevin tidur di kamar yang sama, bagaimana bisa kalian menaruh barang-barang kalian di kamar yang berbeda? Tadi ketika aku di atas, aku mendapati barang-barangmu ada di kamar yang sebelah kanan dan barang-barang Kevin ada di kamar sebelah kiri."

Ada yang menyentak hatiku. Ternyata Wilson berani masuk kamar kami. Mungkin karena merasa itu kamar saudara sendiri. Kebiasaanku, kalau kamar-kamar itu belum selesai dibersihkan dan dirapikan, maka pintunya akan kubiarkan terbuka. Dan akan menutupnya jika sudah bersih dan rapi. Tidak menyangka kalau bakal terjadi seperti ini.

"Setahu aku nih, dan kakek juga pasti akan berpikir sama. Suami istri pasti akan menaruh barang-barang mereka di kamar yang sama, yaitu di kamar yang mereka berdua tempati. Bukan begitu kek?"

Kakek mengangguk. "Iya, itu benar. Kakek belum pernah mendapati suami istri meletakkan barang-barang mereka di kamar yang berbeda. Kakek juga jadi ingin tau alasan barang-barang kalian berada di kamar yang berbeda."

Aku mengigit bibir bawahku. Bagaimana aku harus menjawab?

"E... aku dan Mas Kevin memang berbeda dengan pasangan suami istri lainnya, kek. Barang Mas Kevin itu banyak. Kalau aku menaruh barangku juga di kamar utama, membuat Mas Kevin kesulitan mencari barangnya sendiri nanti. E ... kata lainnya barang-barangku akan mengganggu. Karena itu akhirnya aku memutuskan untuk menyimpan barang-barangku di kamar sebelah."

"Tapi aku melihat barang-barang Kevin di kamar utama tidak begitu banyak, Wi. Standar saja. Seperti barang-barangku. Aku rasa tak masalah kalau barang-barangmu masuk kamar utama."

Aku menelan saliva. Apa sebenarnya niat Wilson mengatakan ini di depan kakek? Seolah tengah memaksaku secara tidak langsung untuk membongkar rahasia pernikahan kami pada kakek. Apa mungkin Wilson sudah tahu hal yang sebenarnya dan memang ingin membongkarnya pada kakek."

"Seperti yang aku katakan tadi, Wil, kek. Aku dan Mas Kevin berbeda dengan pasangan suami istri lainnya. Kami lebih suka kalau meletakan barang-barang kami secara terpisah di tempat yang berbeda. Maaf, tak sama dengan kebiasaan orang lain itu apakah dilarang? Tidak kan?"

Hh, sepertinya aku mulai pandai berbohong.

Wilson menggendikkan bahu. "Ya tidak sih. Setiap orang bebas dengan rumahnya sendiri. Tapi kamu juga harus paham kalau aku merasa ini tuh aneh karena baru kali ini aku menemukan yang seperti ini."

***

POV Kevin

Aku mengalihkan sejenak pandanganku dari layar laptopku ke pintu yang sekarang sedang diketuk oleh seseorang.

"Masuk!" jawabku sembari mengembalikan pandang pada layar laptop kembali.

Terdengar suara pintu terbuka lalu terdengar suara pintu tertutup kembali.

"Kamu sangat sibuk, Kev?" Suara Julia membuat menoleh kepadanya. Kudapati dia berjalan ke arahku dan menaruh berkas ke atas meja.

"Aku sudah bilang kepadamu 'kan untuk tidak memanggil namaku tanpa embel-embel 'pak' ketika baru masuk atau pintu belum tertutup sempurna, Nanti ada yang mendengar. Itu sangat berbahaya untuk hubungan kita," ucapku dengan rasa khawatir. Keras kepala sekali kekasihku ini. Sudah berkali aku bilang untuk jangan 'sembrono' dalam bersikap. Tapi sering sekali mengulangi lagi perbuatan yang sama.

Bola mata Julia berputar ke atas sebelum akhirnya menatapku tajam. "Sampai kapan kita akan berhubungan seperti ini terus, Kev? Aku ini sudah capek. Sekali lagi ca-pek."

Aku mengambil berkas yang ditaruh ke atas meja tadi, lalu mengambil pena. "Kita kan sedang proses dalam mendapatkan restu kakek."

Julia mengambil duduk di sofa. "Selalu itu yang kamu katakan. Nyatanya sudah bertahun-tahun tapi tidak juga ada perubahan."

Bibirku langsung mengatup. Itu memang benar. Tak ada lagi perubahan. Dari waktu masih berpacaran hingga aku sudah menikah, tetap saja terhalang restu kakek.

Entah sejak kapan kakek mempersiapkan Pertiwi sebagai calon istriku, yang pasti aku diharuskan menikahi gadis itu jika menginginkan jadi pewaris perusahaan.

Sebenarnya kakek tidak memaksaku untuk menikahi Pertiwi, hanya saja jika aku menolak menikahi gadis itu maka kepemimpinan perusahaan akan jatuh ke tangan adikku, Wilson.

Tentu saja aku tidak bisa membiarkan itu karena yang paling berhak atas kepemimpinan perusahaan adalah aku.

Makanya akhirnya aku menikahi Pertiwi meskipun masih berhubungan dengan Julia. Namun, rasa cinta tetap pada Julia karena kekasihku ini memiliki semua yang tidak Pertiwi milikki. Julia seksi, menarik, cantik, dan berpendidikan

Sementara Pertiwi terlalu sederhana untuk menjadi istri seorang Kevin. Selain itu, sangat memiliki jiwa pembantu. Sukanya masak, beres-beres rumah, dan melayani. Sebagian laki-laki mungkin suka dengan wanita seperti ini, tapi tidak dengan aku.

Aku membubuhkan satu tangan tangan di atas kertas. "Jalan setiap hubungan itu berbeda, Jul. Ada yang mudah, ada yang agak sulit, dan ada yang sangat rumit seperti hubungan kita. Aku rasa banyak yang mengalami posisi kita. Tapi mereka tetap bertahan kan? Walaupun beberapa kandas juga. Sebenarnya sih kita bisa bersama secepatnya. Tapi kan kamu tau resikonya, perusahaan akan dipegang oleh Wilson. Lihat saja, dia sudah pulang dari perantauannya."

Kali ini Julia yang terdiam. Kekasihku itu memang sudah tahu semua cerita tentang keadaan keluargaku. Jadi dia tidak kaget lagi dengan ancaman itu. Hanya saja, bingung dan khawatir.

"Jadi kita harus bagaimana sekarang? Istrimu yang menyebalkan itu hingga sekarang tidak mau membantu kita."

"Untuk saat ini, dia juga bingung bagaimana cara membantu kita. Karena kemarin waktu dia berusaha untuk mengatakan kalau dirinya mandul, kakek malah meminta kami untuk melakukan cek kesuburan di rumah sakit. Kalau ini sampai dilakukan, maka kita dalam bahaya. Kakek akan tau kalau menantu kesayangannya itu ternyata masih perawan."

"Bagaimana kalau kamu bayar saja rumah sakit untuk membuat keterangan palsu?"

Usul yang bagus dari Julia dan aku juga sempat berpikir sama. Tapi masalahnya....

"Kakek akan ikut dalam cek kesuburan itu. Kita tidak bisa melakukannya dengan mudah. Kalau apes, akan ketahuan kakek. Dan itu malah akan membuatnya murka. Kamu kan tau kalau kakek bukan laki-laki tua yang bodoh."

Julia menghempaskan punggung ke sandaran sofa. Terlihat frustasi. "Ya, aku tau itu. Jadi intinya kita belum bisa berbuat apa-apa sekarang."

"Ya. Terkecuali kalau Pertiwi mau membujuk kakek agar aku diperbolehkan menikah lagi meskipun tanpa alasan mandul."

Tubuh Julia tegak lagi. "Kalau begitu kenapa kamu tidak menyuruhnya melakukan itu?"

"Karena membujuknya tidak mudah. Memangnya ada wanita yang mau dimadu? Aku yakin tidak ada. Kalau pun ada, itu karena sesuatu hal yang lebih dekat dengan keterpaksaan. Sebenarnya, Pertiwi juga juga tidak mau diduakan, Jul. Apalagi selama ini aku belum pernah memberikan apa-apa kepadanya selain uang bulanan untuk kebutuhan rumah."

"Tapi kan uang belanjamu lebih dari cukup. Dia bisa membeli sesuatu yang lain dari yang belanja itu."

"Nyatanya dia tetap sederhana kan? Semua yang dikenakannya tidak ada yang baru terkecuali aku atau kakek yang membelikan. Dia seperti tidak pernah memakai uangku."

"Berarti istrimu itu cerdik. Mungkin dengan bersikap seperti itu dia berharap bisa menguasai kakek dan kamu. Licik sekali." Julia mengibaskan rambutnya. "Aku melihat kelicikannya itu waktu bertemu dan berbicara dengannya secara langsung. Sikap lembut namun liciknya itu membuatku seperti ingin mencekiknya."

Kedua alisku bergerak ke atas merespon ucapan Julia. Salah satu yang tidak aku suka dari Julia adalah kasar ketika marah.

Bersambung.

Bab terkait

  • Dipaksa Mengaku Mandul   Bab 6

    KEVIN"Licik bagaimana? Pertiwi tidak seperti itu juga kali, Jul." Aku protes. Bukan karena ingin membela Pertiwi tapi merasa tuduhan Julia berlebihan. Meskipun aku dan Pertiwi tidak pernah tidur bersama, bukankah kami satu rumah? Walaupun tidak begitu mendalam, aku mengenali sifatnya. Pertiwi tidak licik seperti yang dituduhkan Julia. Mata Julia melebar seolah tak percaya dengan perkataanku barusan. "Oh, kamu mulai membelanya?""Aku tidak membelanya. Hanya mengatakan apa adanya. Lagian kemarahan kamu sama Tiwi berlebihan. Bagaimana bisa kamu bilang seperti ingin mencekiknya. Ucapan itu kadang berasal dari niat yang tersembunyi di dalam hati. Kamu pasti tahu apa itu mencekik? Berarti kamu punya niat untuk membunuhnya.""Salah kalau aku sampai punya niat seperti itu?""Ya, salah. Membunuh itu perbuatan keji. Merusak masa depan dan hidupmu sendiri. Jangan sampai kamu punya niat seperti itu. Aku tidak mau dan tidak suka.""Ya terus aku harus bagaimana? Aku sudah capek dengan hubungan ini

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-30
  • Dipaksa Mengaku Mandul   Bab 7

    TIWI"Ternyata susah ya buat kamu untuk mengatakan iya pada keinginanku?" tanya Mas Kevin setelah aku kemukakan alasanku untuk mengunjungi makam kakekku.Aku tak perlu berbohong. Kuanggukkan kepala dengan cepat. "Ya.""Jadi besar kemungkinan kamu akan menolak?""Bisa jadi.""Berarti kamu tidak takut dengan perceraian?""Kalau memang akhirnya harus seperti itu, mau bagaimana lagi? Jodoh ada di tangan Tuhan. Meskipun kakek menginginkan aku jadi jodoh mas, kalau Tuhan tidak berkehendak, aku bisa apa?"Rahang Mas Kevin tampak mengencang. Dia lalu berdiri dari duduknya. "Aku tidak selera untuk sarapan. Nanti aku sarapan di kantor saja." Mas Kevin baru akan berbalik badan ketika dia menoleh padaku kembali. "Oya, aku tidak bisa mengantarmu ke desa. Kamu pakai travel saja.""Iya. Mas Kevin jangan khawatir. Aku bisa pergi sendiri."Dengan wajah marah, Mas Kevin pun meninggalkan meja makan. Aku menghela nafas panjang melihat reaksinya. Merenungi sebentar kejadian barusan sebelum akhirnya menik

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • Dipaksa Mengaku Mandul   Bab 8

    KEVINSeketika jemariku menggenggam erat kemudi. 'Sial! Pengadu juga dia! Padahal kalau mau pergi ya pergi saja! Tidak perlu melapor pada kakek apalagi bilang aku tidak ingin mengantar! Dasar mulut ember!'"Aku sibuk, kek," jawabku kemudian."Sibuk apa kamu? Kalau hanya meninggalkan kantor dua hari, tidak akan jadi masalah. Toh kamu punya sekretaris. Lagian kamu bekerja di perusahaan kakek. Kakek tidak akan memecat kamu hanya karena mengantar Pertiwi. Malah kakek senang kamu bisa menjadi suami yang baik.""Tapi kek, ada beberapa laporan yang belum aku selesaikan. Lagian, sepertinya tidak masalah kalau Pertiwi pulang sendiri ke kampungnya. Punya suami bukan berarti harus manja kan?""Gampang sekali ya kamu melepaskan istri kamu. Baiklah, jika kamu tidak mau mengantar. Maka Wilson yang akan mengantarnya!" Panggilan diputus dari seberang. Apakah aku keberatan Pertiwi diantar Wilson ke kampungnya? Tentu saja tidak. Aku justru senang bebas tugas dan merasa aman karena dengan adanya Wilson

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • Dipaksa Mengaku Mandul   Bab 9

    TIWIMendapati pertanyaanku barusan mata Wilson yang mengarah ke depan, mengedip beberapa kali. "Jadi kamu tidak bahagia?""Aku kan bertanya, Wil. Kok kamu malah balik bertanya sih?""Aku beneran tanya lho ini. Kamu beneran tidak bahagia?""Kalau iya kenapa kalau tidak kenapa?" Ya Tuhan, kenapa aku bisa jadi secerewet ini sih sama dia? Padahal kalau dengan Mas Kevin aku sangat pendiam. Habisnya sikap Wilson memancingku jadi ingin banyak bicara."Kalau iya memang kamu memang tidak bahagia, berarti selama ini kamu menggantungkan kebahagiaan kamu itu pada orang lain. Makanya kamu tidak bahagia. Karena seperti yang aku katakan tadi, kebahagiaan itu kita sendiri yang ciptakan. Tapi kalau kamu sudah bahagia, selamat. Kamu sudah menjadi manusia yang sesungguhnya."Jawaban yang membuat aku tersenyum simpul. "Berarti kalau tidak bahagia aku manusia jadi-jadian?""Bisa jadi begitu.""Ngacok!" hardikku. Tapi berbicara dengan Wilson membuat pikiran yang sumpek menjadi lega. Aku mulai menyadari ba

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-10
  • Dipaksa Mengaku Mandul   Bab 10

    TIWI"AW! Kenapa kamu menampar aku, Wi?" Wilson mengusap pipinya yang barusan kena tampar aku."Salah kamu sendiri nyosor-nyosor begitu!" Balasku tidak ada lembut-lembutnya. Padahal kalau dengan Mas Kevin aku tidak berani bicara sekeras ini. Heran memang."Aku kan hanya bercandya. Kenapa juga kamu anggap serius?""Tidak ada bercanda-bercandaan di situasi seperti ini. Nanti kesambet dedemit baru tau kamu!"Kulihat bibir Wilson menipis. "Iya-iya."Lalu mobil jalan kembali.Tak lama sampailah di rumah kecilku. Rumah tempat aku lahir dan dibesarkan oleh kakekku. Pas aku datang, Bibi Farida menyambutku di pintu masuk. Bibi Farida ini adalah istri dari pamanku. Jadi yang keluarga kandungku adalah pamanku ya. Dan rumah bibi berada di samping rumahku. Tetanggaan memang. Tapi berjarak karena masing-masing rumah punya halaman yang luas.Dan keberadaan Bibi di rumah ini karena aku yang telpon minta tolong dibersihkan rumah dan dimasakkan makanan karena aku bilang aku datang bersama adik Mas Kevi

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-13
  • Dipaksa Mengaku Mandul   Bab 11

    TIWIPercakapan antara Mas Kevin dan Mbak Julia membuat aku yang semula sudah yakin untuk menggugat cerai Mas Kevin menjadi berubah. Aku tidak mau memuluskan jalan mereka setelah apa yang mereka lakukan kepadaku. Karena jika aku yang menggugat cerai maka Mas Kevin dengan mudahnya memegang tonggak kepemimpinan perusahaan menggantikan kakek. Jadi setidaknya aku akan bermain-main dulu dengan mereka.Setelah mendapatkan video yang bagus tadi, aku menyimpan ponselku ke dalam hand bagku. Lalu aku turun, memegang peganggan koperku, menarik koperku, dan berjalan seperti biasa tanpa takut menimbulkan bunyi. Malah bagus kalau Mas Kevin dan Mbak Julia di atas sana mendengar.Saat aku melewati tangga, suara langkahku sengaja kuhentak-hentakkan, berharap mereka cepat mendengar. Usahaku membuahkan hasil. Di atas anak tangga, Mas Kevin dan Mbak Julia muncul.Dan lihatlah si kuntilanak itu memeluk tangan Mas Kevin seolah sengaja memamerkan keromantisan mereka. Pasti agar aku merasa cemburu, tak kuat,

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-17
  • Dipaksa Mengaku Mandul   Bab 12

    WILSONKakek Mukti tidak langsung menjawab tanyaku. Dia justru termenung. Mungkin sedang mengingat-ingat nostalgia di masa lalu dengan kakeknya Tiwi. Sedetik kemudian kedua matanya berkaca-kaca."Kakek dan kakeknya Tiwi dulu adalah sahabat. Kakeknya Tiwi adalah orang yang sangat baik dan berbudi luhur. Pada suatu hari, kakeknya Tiwi menyelamatkan kakek yang nyaris tertabrak mobil. Nyawa kakek memang selamat dan kakek baik-baik saja. Tapi tidak begitu dengan kakeknya Tiwi. Karena menolong kakek, kakinya cidera. Dan kakeknya Tiwi menderita pincang seumur hidup. Yang pasti, jika kakeknya Tiwi tidak menyelamatkan kakek, mungkin kakek sudah tidak ada di dunia ini. Dan pastinya kamu dan Kevin juga tidak ada."Dadaku terasa sesak mendengar cerita ini. Pengorbanan seorang sahabat kepada sahabatnya hingga mengorbankan diri sendiri. Wajar jika kakek begitu sayang pada Pertiwi."Sebelum kakek dan kedua orangtua kakek pindah ke kota, kakek berkata pada kakeknya Tiwi. Jika kami berdua mempunyai a

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20
  • Dipaksa Mengaku Mandul   Bab 13

    PERTIWI“Assalamualaikum….” Aku dan Mas Kevin saling pandang untuk sekilas sebelum akhirnya aku menjawab. “Wa’alaikum salam….” Lalu aku meninggalkan Mas Kevin untuk membuka pintu. Senyuman kakek dan Wilson yang aku dapati pertama kali.Aku pun langsung menyalami kakek dan menempelkan tangannya yang keriput ke kening. Sebelum aku mempersilahkan kakek masuk, aku melihat tangan Wilson mengarah padaku minta disalami, tapi aku tepis. “Silahkan masuk, kek, Wil. Kita langsung ke meja makan ya karena makan malamnya sudah aku siapkan.”“Iya. Aduh kakek sudah tidak sabar ingin makan masakan kamu. Sudah lama sekali tidak makan masakan kamu yang enak itu,” ucap kakek sewaktu kami melangkah ke meja makan.Begitu sampai di meja makan, Mas Kevin langsung menyalami kakek dengan wajah yang terlihat agak gugup. Bahkan dia sempat melirik ke tangga memastikan kekasihnya tidak ada di sana.Aku tersenyum samar melihat tingkah Mas Kevin. Pastilah saat ini dia merasa hatinya berdebar-debar karena khawatir.

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-22

Bab terbaru

  • Dipaksa Mengaku Mandul   Bab 34

    KevinHari ini adalah hari ulang tahun kakek. Aku sudah mempersiapkan sebuah hadiah jam tangan untuk kakek. Mudah-mudahan kakek menyukainya. Aku berangkat menuju rumah kakek seorang diri. Ya seorang diri tanpa Julia. Sebab sejak lebih satu tahun yang lalu hubungan kami sudah mendingin. Julia sendiri sudah memilih kembali tinggal di apartemennya dulu. Alasan kami pisah rumah adalah karena jika kami tinggal di rumah yang sama, selalu terjadi pertengkaran. Sehari bisa sampai beberapa kali. Kami sudah sama-sama capek dan ingin mendinginkan hati dengan tinggal berjauhan. Tapi aku tidak pernah mengusirnya dari rumah. Kepergiannya adalah keputusannya sendiri.Ketika kakiku menginjak lantai rumah kakek, Si Cantik Amira yang pertama kali menyambutku. Balita ini sudah berumur satu tahun lebih dan sudah bisa berjalan. Bahkan sudah bisa main kejar-kejaran dengan baby sitternya. Dia cantik dan lucu sekali. Membuat siapa pun yang melihat gemes dan ingin menciumnya. Tak terkecuali aku yang kem

  • Dipaksa Mengaku Mandul   Bab 33

    KEVIN"Apa? Melihat bayi Pertiwi? Tidak ah. Lagian aku juga belum pulang jam segitu," jawab Julia ketika aku menelponnya untuk mengajaknya melihat bayi Pertiwi dan Wilson di rumah sakit bersalin. Kalau menuruti kata hati, aku pun tak sudi karena jika aku ke sana kemungkinan akan melukai diri sendiri. Tapi jika tidak pergi maka kakek semakin tidak menyukai aku. Karena itu, apapun yang terjadi di sana nanti, aku harus datang."Kita akan datang setelah kamu pulang kerja." Aku setengah memaksa."Ya ampun. Apa tidak bisa pergi sendiri, Kev? Jangan ajak-ajak aku kenapa sih?""Apa yang ada dalam pikiranmu sampai memintaku pergi sendiri hah? Memangnya kamu tidak malu sama kakek?"Terdengar helaan nafas. "Tapi aku tuh malas mau ke sana.""Hanya sebentar saja. Tidak akan lama kok.""Ya sudah. Iya." Tapi dengan nada tidak ikhlas. Maka, setelah makan malam, kami berangkat menuju rumah sakit bersalin tempat Pertiwi melahirkan. Kedatangan kami disambut dengan baik oleh Wilson dan Pertiwi. Terlihat

  • Dipaksa Mengaku Mandul   Bab 32

    PERTIWISetelah hari pernikahan itu, aku menjalani kehidupan yang bahagia dan penuh cinta. Tak kurang kasih sayang dari Wilson dan kakek.Kegiatanku setiap hari juga selalu seru dan menyenangkan. Bangun pagi membantu Bibi masak di dapur, menyiapkan pakaian kerja suami, dan terakhir baru pergi ke De Tiwil. Lalu aku akan pulang sebelum Wilson pulang karena aku selalu memastikan diri menyambut kepulangan suami dengan mencium tangannya.Yang pasti sebagai istri aku sadar kalau melayani suami adalah kewajiban utama. De Tiwil adalah tempat hiburan saja. Yaitu tempatku untuk mengembangkan kemampuan diri dan bersosial. Pendapatan De Tiwil juga seluruhnya masuk ke rekeningku dan jarang aku pakai. Karena semua kebutuhanku sudah dipenuhi oleh suamiku, Wilson.Wilson sebagai suami bersikap sangat baik dan berusaha membahagiakan aku dengan caranya. Pria itu selalu menciumku sebelum berangkat kerja, menanyakan apakah aku sudah makan apa belum, memberikan kejutan berupa hadiah atau sejenisnya, dan l

  • Dipaksa Mengaku Mandul   Bab 31

    PertiwiAku yang baru keluar dari kamar mandi memperhatikan Wilson yang meminum sebuah minuman botol hingga tandas. Karena motif botol minuman tersebut sangat asing bagiku, aku pun penasaran sehingga mendekati Wilson. "Yang kamu minum tadi barusan apa?" tanyaku sembari mengambil duduk di depan Wilson. Mataku lekat menatapnya dengan hati bertanya-tanya. "Oh, ini." Wilson menunjukkan botol yang ada di tangannya. "Ini suplemen laki-laki. Kandungannya bisa membuat stamina selama melakukan hubungan suami istri menjadi bagus. Jadi kita bisa melakukan hubungan suami istri itu sebanyak beberapa kali malam ini.""O... begitu," balasku dengan perasaan menyesal. Harusnya aku tidak bertanya dan cuek saja. Kalau begini kan dikira mau tahu banyak tentang laki-laki sebelum melakukan malam pertamanya."Kamu suka kan kalau aku kuat malam ini?"Kurasakan wajahku menghangat setelah mendengar pertanyaan Wilson. Blak-blakan sekali dia mengatakan itu seolah aku ini adalah wanita berpengalaman dalam melak

  • Dipaksa Mengaku Mandul   Bab 30

    PertiwiHari-hariku dengan Wilson disibukkan dengan mengurus pernikahan kami. Hati kamu diliputi kebahagiaan yang tak terperi. Kami berniat menjadikan pernikahan ini sebagai pernikahan yang berkesan tak hanya bagi kami tapi bagi siapa pun meskipun tidak digelar begitu mewah. Pernah kakek bertanya kenapa tidak digelar sangat mewah karena banyak pihak yang akan membantu. Wilson menjawab dengan: "Yang penting ijab sah, kek. Dan halal halal."Kakek hanya tertawa mendengar itu dengan tatapan kagum. Ya, kakek sepertinya mulai mengagumi Wilson sebagai mana aku mengagumi calon suamiku itu. Jika di awal-awal ada rasa ragu dan khawatir, sekarang tidak ada lagi. Aku sangat yakin pernikahanku kali ini diliputi kebahagiaan dan rasa cinta yang banyak."Apa ada dari luar kota yang mau kamu undang, Wi?" tanya Wilson suatu ketika.Aku mengangguk tegas. "Ya. Tentu saja paman, bibi, dan keponakanku.""Kalau begitu kita akan siapkan kamar di hotel tempat acara kita digelar untuk mereka."Aku tersenyum

  • Dipaksa Mengaku Mandul   Bab 29

    KEVIN"BANGSAT!" Kupukul kemudiku dengan kemarahan yang rasanya ingin aku ledakan. Bagaimana tidak, Pertiwi malah membalikkan omonganku. Sombong sekali dia! Aku doakan pernikahannya nanti tidak akan berjalan bahagia!Dengan kemarahan ini, aku tidak ada tenaga untuk berangkat ke kantor. Moodku sudah jelek. Aku pun memilih pulang. Begitu kakiku menginjak lantai ruang tengah, kudapati Julia duduk memegang ponsel sembari makan cemilan. Kakinya naik ke atas meja. Rambutnya dikuncir tidak sempurna. Dan dia masih mengenakan pakaian tidur yang pertanda belum mandi. Oh God! Inilah yang aku benci dari dirinya sekarang. Di rumah kerjanya hanya main hp, nonton televisi, dan tidur. Kalau keluar langsung menghabiskan uang. Tak ada sedikit pun sikap yang berusaha untuk membahagiakan aku sebagai seorang suami. Minimal menyiapkan aku baju sebelum kerja atau membuatkanmu minuman. Bahkan untuk mengambil air putih saja dia harus menyuruh pembantu. Kelewatan kan?"Lho, kok kamu pulang lagi, Kev?" tanya J

  • Dipaksa Mengaku Mandul   Bab 28

    PERTIWI"Mbak, ada tamu."Pagi-pagi aku sudah terkejut."Tamu? Siapa?" "Dia mengaku bernama Kevin mbak."Bagai tersambar petir aku mendengar itu. Hati bertanya-tanya. Kenapa Mas Kevin datang ke sini? Apa dia tidak ke kantor?Aku menatap karyawanku itu. "Aku akan segera menemui dia. Tolong kamu buatkan minuman ya."Karyawanku itu mengangguk. "Baik mbak." Dia berbalik dan kemudian pergi dari ruangan ini. Aku tak takut manusia. Sungguh aku tidak takut. Tapi untuk berhadapan dengan Mas Kevin, aku butuh kesiapan mental. Setelah menarik nafas beberapa kali, aku pun meninggalkan ruanganku. Dan benar, ada Mas Kevin di salah satu meja. Di depannya terhidang segelas minuman yang dibuatnya oleh karyawanku."Ada apa Mas datang ke sini?" Sapaku sembari mengambil duduk di salah satu kursi yang mengisi meja tersebut. Kevin tersenyum samar. "Aku mau meminta maaf kepadamu, Wi."Kurasakan kedua alisku bergerak ke atas. "Minta maaf? Minta maaf untuk apa, mas?""Untuk kesalahanku di masa lalu.""Aku

  • Dipaksa Mengaku Mandul   Bab 27

    PERTIWITok! Tok! Tok!Ketukan di pintu membuatku yang sedang menatap diri di cermin, terperanjat. Apalagi setelah mendengar panggilan yang mengikuti ketukan tersebut. "Wiiii! Sudah siap belum?!"Aku menoleh ke pintu. "Sudaaah! Tunggu sebentar!" Aku langsung menyambar tas bahuku dan kemudian aku berlari untuk membuka pintu. Begitu pintu terbuka, kudapati Wilson yang berdiri di depanku tersenyum."Kamu semangat sekali sampai berlari begitu? Suaranya terdengar sampai sini. Mentang-mentang mau pacaran," ucapnya mencandaiku. Biasalah Wilson. Tiada hari tanpa bercanda. Mungkin dunianya sepi tanpa bercanda. Dan sejak tinggal di rumah kakek, aku adalah satu-satunya orang yang jadi sasarannya. Entah kalau sudah menikah nanti."Tau aja." Dan aku sepertinya sudah mulai terbiasa menghadapi candaannya.Kami pun berjalan beriringan turun ke lantai satu. Kami dapati kakek duduk menghadap meja makan. Pandangannya terlihat aneh pada kami. "Lho, kalian mau kemana?" tanya kakek dengan kening yang men

  • Dipaksa Mengaku Mandul   Bab 26

    ‘Sudah aku bilang aku sudah pasrah dengan keputusan kakek. Aku akan menerima siapa pun pria yang kakek berikan kepadaku,’ jawabku kemudian.‘Tapi menurutku ada baiknya kamu mengetahuinya sekarang. Jadi kalau kamu tidak setuju, kamu bisa protes pada kakek. Aku yakin kakek tidak akan memaksa. Jika kamu tidak mau dengan pria itu, kakek tidak akan menikahkan kamu dengannya.‘Aku mau, Wil. Aku mau dengan pria itu bagaimana pun dia.’‘Ah, ya sudah.’Obrolan via pesan kemudian berakhir. Aku kembali mengarahkan pandang pada layar komputerku untuk melihat pemasukan hari ini. Tapi memang pernikahan ini membuat fokusku agak terganggu.Sore hari, Wilson menjemputku. Dia masuk ke dalam ruanganku tanpa mengetuk pintu dan salam. Begitulah kami. Masuk ke ruangan satu sama lain tanpa ada yang mengetuk dan permisi. Langsung ‘slonong’ aja.“Sudah siap pulang atau masih mau di sini?” tanyanya sembari menatap layar computer yang masih menyala. Posisinya sekarang berada di sampingku.“Pulang dong. Ini aku

DMCA.com Protection Status