Farah terlihat bermalas-malasan berada di kamar hotel. Terpaksa ia menunda kepulangannya karena Nada mendapat telepon dari ibunya untuk mencarikan buah tangan untuknya dan mengirimkan foto-foto mereka selama liburan di sana.“Mbak Farah yakin gak ikut Mbak Nada pergi ke toko souvenir?” tanya Nia yang saat ini tengah memijat kaki Farah yang terasa pegal akibat perjalanan jauh. Farah tidak memperlakukan Nia seperti seorang asisten yang disuruh-disuruh. Namun Nia selalu berinisiatif memijit Farah setiap kali melihat Nona mudanya itu merasa letih apalagi sakit.Farah terdiam mendengar perkataan Nia. Betul sekali apa kata Nia, seharusnya ia menemani Nada. Bukankah mereka sepakat akan menikmati liburan bersama di sana? Bahkan Nada sebetulnya sudah mengetahui niat Farah ke sana tidak sekedar berlibur, namun ingin menemui Yusuf?Nada sudah cukup mengalah dan mengikuti keinginannya. Seharusnya sebagai sahabat Farah juga tidak boleh egois. Ia juga harus selalu ada untuknya.Farah pun bangun deng
“Kau tidak boleh lama memainkan laptop! Kau baru saja sembuh!”Tanpa tedeng aling-aling, Maesarah merampas laptop yang dipakai Yusuf. Ia merasa kesal pada putranya karena seharian Yusuf memainkan laptopnya.Yusuf mendengus kesal karena ibunya begitu saja menyambar laptopnya. Padahal ia sedang mencoba menghubungi salah satu teman lamanya yang diyakininya. “Ummi, sebentar!” imbuh Yusuf bernada lembut. Ia memang selalu bersikap sopan pada ibunya. Bahkan ia tidak berani membantah perintah ibunya. Sekalipun ia kehilangan sebagian besar memorinya. Namun ia tidak kehilangan kebiasaan baiknya. Perangainya tetap sopan saat berhadapan dengan orang lain, terutama ke dua orang tuanya.Maesarah mematikan layar laptop milik putranya dan menaruhnya di atas meja. Mengabaikan Yusuf, wanita dewasa itu duduk di samping putranya kemudian berkata. “Mas Yusuf baru sembuh. Jadi harus istirahat yang cukup. Mas Yusuf boleh memainkan laptop hanya satu jam. Tidak boleh lebih!”Yusuf menyimak betul perkataan ib
“Cie yang baru pulang dari Kairo? Bagaimana kabarnya? Apa sudah dapat gebetan orang sana?”Seorang pemuda bermanik mata hazel menyambut kepulangan Farah yang baru saja turun dari mobil jemputan. Ia adalah Asyraf. Saudara kembarnya yang baru saja pulang dari Aussie. Asyraf langsung memeluk Farah dengan erat dan mencium keningnya penuh kasih sayang. “My princess jet lag ya? Tumben!”Farah tak terlalu menanggapi pemuda itu. Ia hanya menatapnya sekilat kemudian tatapannya beralih pada kopernya. Ia menarik kopernya sendiri. Tak mengijinkan siapapun membawa barang bawaannya. Gadis itu terlihat badmood dengan wajah yang ditekuk.Di belakangnya Rakha dan Nia hanya membawa barang-barang serupa oleh-oleh dari Kairo.Biasanya Farah akan euforia menyambut kepulangan saudara kembarnya dari Aussie. Namun kali ini ia tidak merasakan gairah apapun. Ia hanya ingin tidur dan melupakan yang terjadi! Setelah seminggu berada di Kairo, Farah memilih segera menyudahi petualangannya di sana. Ia sama sekali
“Nak, kau belum tidur?”Maesarah bertanya pada putranya yang terlihat senyum sendiri sembari melihat kamera yang dipegangnya. Mendengar suara ibunya, Yusuf hanya menoleh, lalu tersenyum simpul memandang ibunya sejenak. Tatapan pemuda berhidung bangir itu kembali pada kamera. Semenjak pulang dari Sungai Nil, ia terlihat bahagia dan ceria. Ia tidak tahu alasannya mengapa ia begitu bahagia. Namun yang pasti, ia suka sekali melihat foto seorang gadis hasil jepretannya. Selama tinggal di sana, Yusuf sudah tak aneh melihat gadis cantik berwajah khas wanita Arab, berkulit putih bersih, bermanik mata yang indah hingga senyuman yang khas.Namun entah mengapa hari itu, ia merasa baru pertama kali melihat sedang gadis cantik yang unik. Jika dikatakan bule atau blasteran Eropa memang betul. Namun sekilas bentuk alis dan bibirnya mirip keturunan Arab.“Ummi jadi penasaran, memang Yusuf memotret apa sih? Kelihatan happy begitu,” imbuh Maesarah dengan penasaran. Wanita bertubuh semampai itu berjala
“Farah, bangun, Nak! Kau kenapa? Mimpi buruk?”Nuha menepuk-nepuk pipi putrinya dengan lembut. Setiap malam wanita cantik itu selalu mengecek satu per satu anaknya, apakah mereka sudah tidur ataukah belum. Kemudian ia selalu mendoakan ubun-ubun mereka sesaat sebelum mereka tidur. Ketika ia membuka pintu kamar Farah yang gelap, justru ia terkejut. Farah menangis dan bergumam tak jelas dalam tidurnya. Saat merasa telapak tangan ibunya menyentuh wajahnya, Farah pun mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian ia langsung memeluk ibunya dengan erat.“Ibu, Ibu …” lirih Farah dalam dekapan sang ibu. Di sana ia meneruskan tangisannya. Anehnya, ia sendiri tak bisa mengingat mimpi apa yang baru saja ia alami. Hanya saja, dalam mimpi itu ia sedang bersedih hati hingga ia tak mampu membendung tangisannya. Mungkin alam bawah sadarnya. Saat ini gadis bermanik mata hazel itu sedang sedih karena belum bisa bertemu dengan kekasih hatinya. Sebagai seorang ibu yang baik, Nuha pun mengusap punggung putr
“Dokter! Dokter tolong selamatkan istri saya, Dok! Berapapun akan saya bayar asalkan dokter selamatkan istri saya!”Seorang pria paruh baya berlari tergopoh-gopoh sembari memangku istrinya. Terlihat istrinya tak sadarkan diri.Dokter pria yang baru saja berjalan di lorong sontak terkejut melihat kedatangan pasien tersebut. Padahal ia baru saja selesai melakukan operasi bedah. Ia pun buru-buru menyuruh perawat membawakan brankar. Dua orang perawat pria itu langsung membantu pria tadi, membaringkan istrinya ke atas brankar dan membawanya ke ruangan instalasi gawat darurat.Menurut tingkat kegawatdaruratan, wanita tadi langsung dibawa menuju garis merah, di mana ia harus menjalani resusitasi jantung. Di sana dokter jaga langsung memeriksa kondisinya. Tak lama kemudian, terdengar suara ambulans yang berisik tiba di area parkir dekat instalasi gawat darurat. Dari mobil tersebut ada seorang pasien yang menjadi korban kecelakaan mobil. Tak lama kemudian, iring-iringan mobil lain pun menyusul
“Mau minum apa Sayang?”Salwa mengambil tempat duduk kosong di samping keponakan kesayangannya. Ia menatap gadis bermanik hazel itu dengan tatapan yang penuh telisik. Ia sangat mengenal kepribadian gadis itu karena memang memiliki kemiripan dengannya dalam beberapa hal.Biasanya Farah itu selalu menunjukan wajah ceria. Namun belakangan, ia pun membenarkan ucapannya kakaknya bahwa memang Farah menjadi pendiam saat ini. Bahkan Nuha mengatur pertemuan putrinya dengan tantenya agar mencari tahu sebetulnya apa yang terjadi pada gadis cantik berwajah blasteran itu.“Aunty gak usah repot-repot.”Farah menjawab sekenanya. Ekor matanya menangkap sesuatu di atas meja, sebuah buku yang tebal tentang dunia kedokteran. Gadis itu pun mengambil buku itu, melihat-lihat blurbnya kemudian menaruhnya lagi. Ia memilih menyandarkan punggungnya pada badan sofa dengan helaan nafas kasar.“Suasana rumah sakit ramai Aunty. Aku lihat banyak pasien yang masuk karena kecelakaan tadi.”Farah mengangkat mata kemudi
“Apa maksudmu Tuan? Kau jangan berlebihan! Dia hanya menumpahkan jus! Itupun sedikit!”Farah berkacak pinggang dan menaikan suaranya seakan menantang pria di hadapannya. Ia memang tak gentar. “Apa kau tahu jas yang aku pakai? Ini jas premium hasil rancangan desainer terkenal di Paris. Limited edition!”Pria angkuh itu berkata sembari menatap tajam Farah. Farah sampai menelan salivanya tatkala menatap sorot matanya yang setajam Elang. Sorot mata yang mengingatkannya pada seseorang. Mata yang sipit tetapi tajam. Siapa?Entah berapa tahun pria itu sudah meninggalkan tanah air dan memilih study di luar negeri sembari mengelola perusahaan ke dua orang tuanya. Hari itu ia baru saja kembali dari USA dan langsung kena sial karena jas yang dipakainya untuk bertemu dengan kliennya kotor akibat tumpahan jus jeruk.Sayang, Farah belum menyadari siapa dirinya. Pria itu juga lebih memilih diam.Ke dua netra bersiborok dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Farah yang jengkel melihat kesombongan pr