Mohon maaf baru update. Makasih sudah setia menunggu.
“Mau minum apa Sayang?”Salwa mengambil tempat duduk kosong di samping keponakan kesayangannya. Ia menatap gadis bermanik hazel itu dengan tatapan yang penuh telisik. Ia sangat mengenal kepribadian gadis itu karena memang memiliki kemiripan dengannya dalam beberapa hal.Biasanya Farah itu selalu menunjukan wajah ceria. Namun belakangan, ia pun membenarkan ucapannya kakaknya bahwa memang Farah menjadi pendiam saat ini. Bahkan Nuha mengatur pertemuan putrinya dengan tantenya agar mencari tahu sebetulnya apa yang terjadi pada gadis cantik berwajah blasteran itu.“Aunty gak usah repot-repot.”Farah menjawab sekenanya. Ekor matanya menangkap sesuatu di atas meja, sebuah buku yang tebal tentang dunia kedokteran. Gadis itu pun mengambil buku itu, melihat-lihat blurbnya kemudian menaruhnya lagi. Ia memilih menyandarkan punggungnya pada badan sofa dengan helaan nafas kasar.“Suasana rumah sakit ramai Aunty. Aku lihat banyak pasien yang masuk karena kecelakaan tadi.”Farah mengangkat mata kemudi
“Apa maksudmu Tuan? Kau jangan berlebihan! Dia hanya menumpahkan jus! Itupun sedikit!”Farah berkacak pinggang dan menaikan suaranya seakan menantang pria di hadapannya. Ia memang tak gentar. “Apa kau tahu jas yang aku pakai? Ini jas premium hasil rancangan desainer terkenal di Paris. Limited edition!”Pria angkuh itu berkata sembari menatap tajam Farah. Farah sampai menelan salivanya tatkala menatap sorot matanya yang setajam Elang. Sorot mata yang mengingatkannya pada seseorang. Mata yang sipit tetapi tajam. Siapa?Entah berapa tahun pria itu sudah meninggalkan tanah air dan memilih study di luar negeri sembari mengelola perusahaan ke dua orang tuanya. Hari itu ia baru saja kembali dari USA dan langsung kena sial karena jas yang dipakainya untuk bertemu dengan kliennya kotor akibat tumpahan jus jeruk.Sayang, Farah belum menyadari siapa dirinya. Pria itu juga lebih memilih diam.Ke dua netra bersiborok dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Farah yang jengkel melihat kesombongan pr
Semalaman Farah tak bisa memejamkan matanya. Ingatannya berputar antara kejadian di restoran dan rencana pertemuannya dengan ayahnya Yusuf.Farah menjadi merasa bersalah pada pemilik restoran di mana ia makan. Ia sudah berburuk sangka padanya. Namun ia tidak mengklarifikasinya terlebih dahulu. Mungkin pria itu tersinggung atas sikapnya yang lancang.Farah meremat rambutnya frustasi. “Aduh, aku terlalu reaksioner! Aku kira pelayan itu yang salah.”Farah menatap pantulan wajahnya di depan cermin rias. Ia menghela nafas panjang. Mungkin sebaiknya ia meminta maaf pada pria tadi. Tapi bagaimana caranya? “Ah, sudahlah! Lagipula, aku tidak mengenalnya! Semua yang terjadi juga karena kesalahpahaman.”Farah mencoba meyakinkan hatinya. Gadis itu buru-buru pergi ke kamar mandi. Ia akan bersiap-siap pergi ke sebuah restoran yang berada di dekat kampus di mana ia mengemban ilmu.“Mas, aku ingin bicara sebentar,” bisik Farah yang baru saja keluar dari kamarnya dengan penampilan yang sudah rapi dan
Baik Farah maupun Asyraf terdiam setelah mendengar cerita yang disampaikan oleh Attar pada mereka. Attar menceritakan segalanya dengan tanpa menutupi apapun. Yusuf mengalami kecelakaan saat ia akan terbang ke Aussie. Namun Attar tidak mengetahui tujuan pasti kepergian Yusuf ke sana. Namun Farah yang mendengarnya seakan dadanya dihantam palu godam. Ingatan beberapa tahun silam melintas. Sial, Farah lupa jika dirinya sempat mengatakan pada Yusuf bahwa sedang berada di Aussie. Saat itu ia sedang berlibur bersama keluarga besar Jonathan Dash.Mendengar Farah yang sedang berada di sana, Yusuf memutuskan ingin menjumpainya dan memberikan kejutan manis padanya. Naasnya, rencana tersebut tidak terwujud sebab Yusuf justru mengalami kecelakaan pesawat yang kini membuatnya amnesia dan lumpuh!Seketika tangisan Farah tak terbendung. Dadanya terasa sesak. Attar cukup kaget melihat reaksi gadis yang sangat cantik itu. Namun Asyraf dengan sigap memeluk adiknya, membiarkan adiknya meluapkan kesedihan
Farah terkesiap saat melihat siapa yang datang. Pemuda tampan yang terlihat agak kurus tengah duduk di kursi roda. Matanya tak berkedip karena saking terkejut melihat sosok itu ada. Rambutnya yang agak ikal terlihat memanjang hingga melewati cuping telinga. Namun tak mengurangi kadar ketampanannya. Meskipun berada di balik kursi roda, tubuh Yusuf tinggi menjulang dengan badan yang tegap.“Yusuf, kau dari mana saja? Kenapa kau tak memakai jaketmu? Di luar dingin.”Mendengar Yusuf memanggilnya, Attar langsung menghampiri putranya. Yusuf baru saja menghabiskan waktunya untuk berjalan-jalan di sekitar halaman rumahnya yang asri dan indah. Ada pepohonan hijau nan rimbun dan bebungaan warna-warni yang menghiasi setiap sudut halaman rumah.Untuk mengusir rasa jenuh dan sekaligus menggali ingatannya, Yusuf memilih berkeliling di sekitar rumah. Bahkan ia melarang perawat yang selalu menemaninya untuk tidak mengikutinya. Ia akan berusaha mandiri dan tak bergantung pada siapapun.Yusuf hanya fok
Suatu pagi hari yang cerah, keluarga Darren Dash tengah menyantap sarapan dengan sukacita. Momentum tersebut tak hanya untuk sarapan saja, namun tempat di mana mereka berbagi cerita dan kehangatan sebagai sebuah keluarga yang harmonis. Sekalipun sibuk, Darren Dash akan menyempatkan dirinya sarapan di rumah. Karena saat sarapan, mereka semua berkumpul bersama. Karena saat makan malam, Darren Dash tidak selalu bisa ikut karena kesibukannya dalam bekerja. “Ayah dan Ibu, karena waktu libur masih panjang, aku ingin magang di rumah sakit Aunty Sally.”Saat mereka asyik menikmati sarapan yang dimasak oleh Nuha, tiba-tiba saja Farah angkat bicara. Ia lebih dulu menyelesaikan makanannya. Tentu saja, ia hanya makan sereal dan beberapa potongan buah. “Apa?”Darren menaruh garpu seketika di atas piring hingga suaranya berdenting nyaring tatkala putri kesayangannya berkata padanya. Bagaimana bisa putrinya ingin magang? Bukankah sebelumnya ia tidak berminat?Nuha pun tak kalah terkejut mendengar
“Halo, Om! Assalamu’alaikum!”Sesaat turun dari kendaraan yang dikemudikan oleh supir pribadinya, Elia langsung berjalan gontai menghampiri Attar dan Yusuf.“Waalaikumsalam wa rohmatullahi wa barokatuh,” jawab ke dua pria tampan berbeda usia tersebut. Mereka menyambut kedatangan Elia seperti biasa dengan penuh keramahtamahan.Mereka cukup terkejut akan kedatangan Elia. Mengapa gadis itu tiba-tiba saja sudah berada di sana. Padahal ia sibuk kuliah di Kairo. Nekad sekali, pikir Attar. Gadis itu terlihat begitu sayang terhadap Yusuf sampai menyempatkan diri datang ke sana.“Maaf, Om, aku datang tiba-tiba. Soalnya, saat aku pergi ke rumah. Kalian sudah pulang ke tanah air. Jadi aku datang menyusul.”Elia berkata dengan kekehan pelan. “Kebetulan Nana juga lagi sakit. Jadi aku sekalian pulang jenguk beliau dan Yusuf juga.”Yusuf hanya mendesah pelan mendengar ceritanya. Namun saat yang sama, ia pula tak enak hati karena mendengar Elia jauh-jauh datang demi dirinya. Attar menengok arloji mah
“Yusuf, apa yang kau lakukan di sini?”Saking antusias melihat Yusuf, Farah langsung menyerbunya. dengan pertanyaan. Seharusnya Farah sudah bisa menebak tujuan kedatangannya. Yusuf pasti berobat datang dalam kondisi seperti itu.“Aku ikut terapi di sini,” jawab Yusuf dengan tatapan yang tak luput dari wajah cantik gadis berjilbab putih itu. Apalagi melihat senyuman Farah yang teramat manis. Siapapun lelaki tak mungkin untuk tak mengaguminya. “Kalau kau?” “Um, aku cuma ngisi waktu libur di sini.”Farah menjawab dengan senyum yang terus mengembang. Entahlah, bertemu dengan Yusuf di sana secara tidak sengaja adalah takdir indah. Karena jika secara sengaja ia mengunjungi Yusuf rasanya sukar terwujud. Untuk bisa keluar rumah saja, ke dua orang tuanya senantiasa menyerbunya dengan berbagai pertanyaan yang intimidatif.“Magang? Kau dokter magang?” tebak Yusuf. Beberapa kali ia menelan salivanya. Kadang ia gugup jika ditatap intens oleh gadis itu. Padahal ia sendiri senang menikmati wajahnya