Maaf baru update. Makasih supportnya.
Semalaman Farah tak bisa memejamkan matanya. Ingatannya berputar antara kejadian di restoran dan rencana pertemuannya dengan ayahnya Yusuf.Farah menjadi merasa bersalah pada pemilik restoran di mana ia makan. Ia sudah berburuk sangka padanya. Namun ia tidak mengklarifikasinya terlebih dahulu. Mungkin pria itu tersinggung atas sikapnya yang lancang.Farah meremat rambutnya frustasi. “Aduh, aku terlalu reaksioner! Aku kira pelayan itu yang salah.”Farah menatap pantulan wajahnya di depan cermin rias. Ia menghela nafas panjang. Mungkin sebaiknya ia meminta maaf pada pria tadi. Tapi bagaimana caranya? “Ah, sudahlah! Lagipula, aku tidak mengenalnya! Semua yang terjadi juga karena kesalahpahaman.”Farah mencoba meyakinkan hatinya. Gadis itu buru-buru pergi ke kamar mandi. Ia akan bersiap-siap pergi ke sebuah restoran yang berada di dekat kampus di mana ia mengemban ilmu.“Mas, aku ingin bicara sebentar,” bisik Farah yang baru saja keluar dari kamarnya dengan penampilan yang sudah rapi dan
Baik Farah maupun Asyraf terdiam setelah mendengar cerita yang disampaikan oleh Attar pada mereka. Attar menceritakan segalanya dengan tanpa menutupi apapun. Yusuf mengalami kecelakaan saat ia akan terbang ke Aussie. Namun Attar tidak mengetahui tujuan pasti kepergian Yusuf ke sana. Namun Farah yang mendengarnya seakan dadanya dihantam palu godam. Ingatan beberapa tahun silam melintas. Sial, Farah lupa jika dirinya sempat mengatakan pada Yusuf bahwa sedang berada di Aussie. Saat itu ia sedang berlibur bersama keluarga besar Jonathan Dash.Mendengar Farah yang sedang berada di sana, Yusuf memutuskan ingin menjumpainya dan memberikan kejutan manis padanya. Naasnya, rencana tersebut tidak terwujud sebab Yusuf justru mengalami kecelakaan pesawat yang kini membuatnya amnesia dan lumpuh!Seketika tangisan Farah tak terbendung. Dadanya terasa sesak. Attar cukup kaget melihat reaksi gadis yang sangat cantik itu. Namun Asyraf dengan sigap memeluk adiknya, membiarkan adiknya meluapkan kesedihan
Farah terkesiap saat melihat siapa yang datang. Pemuda tampan yang terlihat agak kurus tengah duduk di kursi roda. Matanya tak berkedip karena saking terkejut melihat sosok itu ada. Rambutnya yang agak ikal terlihat memanjang hingga melewati cuping telinga. Namun tak mengurangi kadar ketampanannya. Meskipun berada di balik kursi roda, tubuh Yusuf tinggi menjulang dengan badan yang tegap.“Yusuf, kau dari mana saja? Kenapa kau tak memakai jaketmu? Di luar dingin.”Mendengar Yusuf memanggilnya, Attar langsung menghampiri putranya. Yusuf baru saja menghabiskan waktunya untuk berjalan-jalan di sekitar halaman rumahnya yang asri dan indah. Ada pepohonan hijau nan rimbun dan bebungaan warna-warni yang menghiasi setiap sudut halaman rumah.Untuk mengusir rasa jenuh dan sekaligus menggali ingatannya, Yusuf memilih berkeliling di sekitar rumah. Bahkan ia melarang perawat yang selalu menemaninya untuk tidak mengikutinya. Ia akan berusaha mandiri dan tak bergantung pada siapapun.Yusuf hanya fok
Suatu pagi hari yang cerah, keluarga Darren Dash tengah menyantap sarapan dengan sukacita. Momentum tersebut tak hanya untuk sarapan saja, namun tempat di mana mereka berbagi cerita dan kehangatan sebagai sebuah keluarga yang harmonis. Sekalipun sibuk, Darren Dash akan menyempatkan dirinya sarapan di rumah. Karena saat sarapan, mereka semua berkumpul bersama. Karena saat makan malam, Darren Dash tidak selalu bisa ikut karena kesibukannya dalam bekerja. “Ayah dan Ibu, karena waktu libur masih panjang, aku ingin magang di rumah sakit Aunty Sally.”Saat mereka asyik menikmati sarapan yang dimasak oleh Nuha, tiba-tiba saja Farah angkat bicara. Ia lebih dulu menyelesaikan makanannya. Tentu saja, ia hanya makan sereal dan beberapa potongan buah. “Apa?”Darren menaruh garpu seketika di atas piring hingga suaranya berdenting nyaring tatkala putri kesayangannya berkata padanya. Bagaimana bisa putrinya ingin magang? Bukankah sebelumnya ia tidak berminat?Nuha pun tak kalah terkejut mendengar
“Halo, Om! Assalamu’alaikum!”Sesaat turun dari kendaraan yang dikemudikan oleh supir pribadinya, Elia langsung berjalan gontai menghampiri Attar dan Yusuf.“Waalaikumsalam wa rohmatullahi wa barokatuh,” jawab ke dua pria tampan berbeda usia tersebut. Mereka menyambut kedatangan Elia seperti biasa dengan penuh keramahtamahan.Mereka cukup terkejut akan kedatangan Elia. Mengapa gadis itu tiba-tiba saja sudah berada di sana. Padahal ia sibuk kuliah di Kairo. Nekad sekali, pikir Attar. Gadis itu terlihat begitu sayang terhadap Yusuf sampai menyempatkan diri datang ke sana.“Maaf, Om, aku datang tiba-tiba. Soalnya, saat aku pergi ke rumah. Kalian sudah pulang ke tanah air. Jadi aku datang menyusul.”Elia berkata dengan kekehan pelan. “Kebetulan Nana juga lagi sakit. Jadi aku sekalian pulang jenguk beliau dan Yusuf juga.”Yusuf hanya mendesah pelan mendengar ceritanya. Namun saat yang sama, ia pula tak enak hati karena mendengar Elia jauh-jauh datang demi dirinya. Attar menengok arloji mah
“Yusuf, apa yang kau lakukan di sini?”Saking antusias melihat Yusuf, Farah langsung menyerbunya. dengan pertanyaan. Seharusnya Farah sudah bisa menebak tujuan kedatangannya. Yusuf pasti berobat datang dalam kondisi seperti itu.“Aku ikut terapi di sini,” jawab Yusuf dengan tatapan yang tak luput dari wajah cantik gadis berjilbab putih itu. Apalagi melihat senyuman Farah yang teramat manis. Siapapun lelaki tak mungkin untuk tak mengaguminya. “Kalau kau?” “Um, aku cuma ngisi waktu libur di sini.”Farah menjawab dengan senyum yang terus mengembang. Entahlah, bertemu dengan Yusuf di sana secara tidak sengaja adalah takdir indah. Karena jika secara sengaja ia mengunjungi Yusuf rasanya sukar terwujud. Untuk bisa keluar rumah saja, ke dua orang tuanya senantiasa menyerbunya dengan berbagai pertanyaan yang intimidatif.“Magang? Kau dokter magang?” tebak Yusuf. Beberapa kali ia menelan salivanya. Kadang ia gugup jika ditatap intens oleh gadis itu. Padahal ia sendiri senang menikmati wajahnya
Melihat Yadi terdiam, Yusuf pun angkat bicara. “Om Yadi, jangan bilang ke Abi dan Ummi kalau aku beli ponsel. Nanti aku sendiri yang akan bilang. Aku juga pengen beraktifitas normal. Sekarang aku sudah bertemu dengan teman-temanku. Oleh karena itu aku pengen bisa berkomunikasi dengannya.”Yadi tergugu mendengar permintàan anak majikannya. Sebelumnya Yusuf tidak pernah memperlihatkan sikap bersikukuh seperti tadi. Namun ia terlihat agak memaksa. ‘apa karena Nona cantik itu?’ batin Yadi dilanda penasaran. Namun jujur Yadi senang melihat perubahan mood Tuan mudanya. Selama ini Tuan mudanya kesepian selama menjalani pengobatan di Kairo. Baru beberapa hari tinggal di kampung halamannya ia terlihat ceria dan bergairah dalam menjalani hidupnya.“Baiklah, mari Mas saya antar!”Yadi pun mengangguk patuh. Mungkin ia akan melapor pada Attar setelahnya. Hanya saja, saat ini ia hanya ingin melihat pemuda malang itu tersenyum. Semenjak merawatnya, Yadi merasa iba pada Yusuf yang terlihat pendiam da
“Tante, aku mau pulang.”Elia berpamitan pada Maesarah karena ia merasa kesal sikap Yusuf hari itu. Semenjak ia datang ke sana bahkan untuk ke dua kalinya, Yusuf bersikap dingin padanya. Entah apa alasan Yusuf mengabaikan dirinya. Padahal sebelumnya ia selalu menyambut kedatangannya dengan ramah. Maesarah sudah menduga jika Yusuf sudah bertemu dengan Farah. Namun kapan waktunya ia tidak mengetahuinya. Ia dan Attar nyaris tak bicara sama sekali. Maesarah mendiamkan suaminya karena ia masih memendam kesal atas keputusan Attar. “Elia, Tante tau kau kecewa pada Yusuf. Tapi, Tante harap, kau jangan berpikir macam-macam! Bukankah kau tau suasana hati Yusuf memang naik turun dengan kondisi kesehatannya yang seperti itu.”Maesarah berupaya menghibur hati Elia yang terlihat buruk karena diabaikan oleh Yusuf sehingga membuatnya ingin segera pulang dari sana. Ia tidak ingin gadis itu kecewa dan menyerah akan hubungannya dengan Yusuf.Langkahnya untuk menyatukan ke duanya sudah terlampau jauh. T